Dua bulan terakhir ini, Kira sedang dipusingkan oleh acara tahunan sekolahnya yang diselenggarakan sebentar lagi. Sebagai ketua panitia, Kira sangat sibuk mempersiapkan semuanya, belum lagi dia ini adalah bawahan langsung ketua OSIS SMA Pertiwi, itu membuat bebannya semakin berat.
Sudah sekitar dua jam Kira bolak balik mengangkat telepon dan berkutat dengan laptopnya, menerima telepon dari berbagai macam vendor dan pihak sponsor. Padahal sudah jam 6 sore dan dia masih saja setia duduk diruang kerja OSIS dengan gadgetnya.
Rambutnya yang semula dikuncir kuda sekarang sudah berantakan dan tidak terlihat bentuknya. Seragamnya pun sudah lecek dan nggak karuan. Sesekali ia memijat kepalanya, pusing rasanya menjadi ketua panitia. Kalau bukan karena ketua OSIS nya adalah teman baik kakaknya dan dia tidak bisa menolak, dia tidak akan mau menjadi ketua panitia acara sekolah yang hebohnya minta ampun.
Masalahnya, yang menawarkan dia jabatan tersebut adalah kak Satria, ketua OSIS yang paling terkenal karena wibawa dan karismanya. Tapi, bukan karena itu Kira mau menerima tawarannya, tapi karena paksaan dari kak Jake, kakak kandungnya yang notabenenya adalah teman dekat kak Satria. Katanya, "udah-lah dek, nggak apa-apa, hitung-hitung juga nambah pengalaman kan?"
Rasanya Kira mau marah aja pas dia bilang gitu. Habisnya, Kira masih kelas sebelas dan sudah direpotin sama kerjaan anak kelas dua belas. Mana nggak ada yang bantu lagi, sembilan-puluh persen Kira itu cuman kerja sendiri. Bahkan team humas dan panitia lainnya juga cuman mengandalkan Kira dan bersantai-santaiaja, nggak ada kasihannya sama sekali sama Kira yang udah kewalahan ngerjain semuanya sendiri.
Saat lagi sibuk-sibuknya ngetik, pintu ruang kerja OSIS ada yang ngetuk, tok tok tok. Kira menoleh kearah pintu, sempet takut karena udah jam segini ada yang ketuk pintu, kalau ternyata hantu gimana? Batinnya. Tapi dia menyampingkan ketakutannya lalu menyaut, "ya? siapa ya?" tanya-nya. "boleh masuk?" tanya orang yang diluar tanpa menghiraukan pertanyaan Kira. "yaudah, masuk aja, nggak dikunci kok." ucap Kira.
Pintu kayu tersebut pun terbuka, menampilkan sosok tinggi berambut hitam yang membawa dua buah buku digenggamannya. "loh, Kira?" ucap sosok tinggi itu. Ia adalah Damar, siswa kelas dua belas yang statusnya adalah tak lain dan tak bukan pacar dari Kira. "loh, Mar? Bukannya tadi kamu udah pulang?" tanya Kira. "e-eh, iya, tapi aku balik lagi buat ngembaliin buku punya Karin." ucap Damar. "oh, Karinnya udah pulang daritadi, taruh aja dimejanya" ucap Kira seraya menunjuk meja Karin yang notabenenya adalah sekretaris OSIS.
"kamu, kapan pulang?" tanya Damar. "masih lama kayaknya, kerjaan masih banyak." ucap Kira. Damar yang sekarang sudah duduk dimeja depan meja Kira menghembuskan nafas, "kamu kebiasaan, kalau kerja terlalu semangat. Istirahat dulu aja yuk, pulang, habis itu lanjut besok." ucap Damar. "nggak bisa, Mar, harus selesai hari ini" balas Kira. "kata kak Satria gitu?" tanya Damar, Kira hanya menggeleng dan tersenyum tipis tanpa dosa. "tuh kan, kamu nya aja yang terlalu perfeksionis, ayo pulang." ajak Damar.
Namun Kira tetap menggeleng dan tidak mau pulang sebelum kerjaannya selesai. "yaudah, aku tungguin kamu aja deh. pulangnya bareng aku ya?" ucap Damar. "nggak usah Mar, kamu pulang aja, aku bisa sendiri kok." namun layaknya tidak mendengar Kira, Damar sudah ada diambang pintu ruang OSIS seraya berkata, "aku tunggu diparkiran motor ya" yang membuat Kira hanya menggeleng dan berdecak.
Kira dan Damar sudah menjalin hubungan sekitar 3 bulan. Dari awal kenal, Damar memang sudah jatuh hati pada sosok Kira yang ramah dan menggemaskan. Kata Damar, setiap melihat Kira tersenyum, rasanya semua rasa penat didalam tubuh Damar luntur seketika. Saat kabar bahwa Damar dan Kira jadian, banyak yang patah hati dan tidak terima.
Sebagian besar adalah perempuan-perempuan yang naksir Damar, sisanya adalah lelaki-lelaki yang menyukai Kira. Mereka berdua memang sama-sama terkenal, Damar yang terkenal karena posisinya sebagai drummer di band Enam Hari, dan Kira yang terkenal karena kebaikannya serta parasnya yang bagaikan malaikat.
KAMU SEDANG MEMBACA
letting go (놓아, 놓아, 놓아) ✅
FanfictieTRIP TO NEVERLAND; PLATFORM 1 "I've been holding on for too long, i must let go." "There's nothing i can do to make this work more than before" "It is the only way to make you happier" "If i keep holding on, i'll make it worse" "I know it all, the...