Jangan Pulang

99 7 0
                                    

PEMAIN

SICHUAN AMHobby : Ngomongin aib orang X_人

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SICHUAN AM
Hobby : Ngomongin aib orang X_人

KLEIHobby : Mencintai keluarga dengan tulus 💞:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KLEI
Hobby : Mencintai keluarga dengan tulus 💞:)

MIA Hobby : Shopping perhiasan, hidup glamor 👠👜👢⌚, sayang Sichuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MIA
Hobby : Shopping perhiasan, hidup glamor 👠👜👢⌚, sayang Sichuan

BONN ZAOHobby : Kuliah (mangkannya udah 2 tahun ini jadi mahasiswa lemburan) :v😌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BONN ZAO
Hobby : Kuliah (mangkannya udah 2 tahun ini jadi mahasiswa lemburan) :v😌

SELAMAT MENYAKSIKAN🙏🙏🙏🙏

/EH

SELAMAT MEMBACA, STORYGINAL🐶🐸🐼🐧🐨

.
.
.
.
.
.

。。。。。。。。。。。。。。。。。。

09.45 WIB, Jakarta.

"Halo, Nak?"

"Ma, mama di mana?? Cepat pulang! Ah--TIDAK! SEKARANG! Pulanglah sekarang, Ma!"

Dap. Dap. Dap. Dap. Dap.
Suara derap kaki yang terdengar semakin cepat langkahnya mengarah ke lampu lalu lintas. Wajahnya terbasuh dengan air matanya sendiri yang mengalir deras, deras, sampai matanya membuta dan

BBRUKKK!!!!

Darahnya bercucuran membasuh dahi, tangan dan kakinya. Tubuhnya basah akan air mata dan darah. Ditemani mobil tronton besar yang telah merenggut nyawanya.

Di detik yang sama, gadis berbaju merah jambu ini panik dan ketakutan akan sesuatu. Ia mondar-mandir untuk menemukan apa yang dicarinya, obat.

"Sial. Obatnya habis!" Gumamnya kesal dan panik ketika menyadari obat yang dicari-carinya ternyata tertinggal bungkus saja di atas meja dapur.

Cepat-cepat ia menelpon mamanya, tapi tak ada jawaban. Ia menelpon lagi, lagi, lagi, lagi, lagi sampai "lagi" itu terhitung sebanyak 48 kali. Hingga akhirnya ia lelah dengan "lagi" itu, dan menelpon yang lain. Dan "yang lain" itu adalah Bonn, kakaknya yang sedang kuliah dan belum pulang selama 2 hari gara-gara mati-matian mengerjakan skripsi yang sudah ditolak 3 kali oleh dosen di kampus. Tapi, baru tiga kali menelpon, tak ada jawaban, ia langsung mundur. Tetangga? Ia tak punya tetangga. Rumahnya mewah, besar, 3 kali lebih besar daripada lapangan golf. Dan rumah mewah yang hanya ditinggali 4 orang itu berada di ujung pedesaan yang terletak di pegunungan. Sendirian. Lebih tepatnya, jauh satu kilometer dari rumahnya. Hingga akhirnya, ia memesan kurir online untuk membeli obat. Papanya sudah sekarat. Ia melakukan semua ini demi nyawa papanya. KLIK. It had been sent.

"Si..ichuan," suaranya yang berat terdengar lemah. Sichuan, anak seorang konglomerat itu tak sanggup mendengar suara papanya.

"Papaa...." Sichuan menangis tersedu-sedu, menghadap senyum papanya. "Papa harus bertahan. Sebentar lagi, obatnya datang! Mama juga datang!"

"Ss..ichuan.."

Tik-tok, tik-tok, tik-tok, GONG.
Sudah 25 menit, tapi obatnya masih belum sampai juga. Bagaimana tidak gopoh? Sichuan daritadi menelpon kurir tersebut tapi tidak diangkat-angkat, sedang papanya tampak memucat daritadi, menunggu kedatangan obat.

"Sudahlah, Sichuan. Hari ini...adalah hari papa harus pulang," kata papa Sichuan yang bernama Klei itu dengan tenang pada putri tercintanya.

"Apa maksud papaaa?? Pulang ke mana? Ini sudah rumah papa! Papa nggak perlu pulang lagi. Sichuan mohon BERHENTI BILANG PULANG, PULANG, PULANG!!," Sichuan yang awalnya menangis terisak-isak semakin lama semakin marah dengan sikap pesimis papanya. Ia datang menghampiri papanya, memeluk erat sambil memalingkan wajahnya yang penuh linangan air mata.

"Aku sayang papa. Papa juga sayang aku. Aku tahu itu. Kita tahu itu. Jadi, aku mohon, Pa. Jangan pernah tinggalkan Sichuan. Sichuan janji akan selalu bangun pagi, akan belajar rajin, akan kuliah dan dapat gelar di Berlin, akan bantu mama dan papa, ak---"

"Kamu tidak perlu mengejar semua itu secara mati-matian, Nak. Kamu hanya perlu berjalan, meskipun pelan, asalkan kamu tidak terjatuh, kamu akan sampai pada tujuanmu. Papa akan selalu menjaga kamu, akan selalu berada di samping kamu, agar kamu tidak sampai jatuh. Terlukalah, Nak. Luka itu wajar. Luka itu kekuatan. Tapi jangan biarkan luka itu membunuhmu. Jadikan luka itu obat yang kuat untuk hidupmu agar kamu tidak akan terluka lagi."

"Apa yang papa bicarakaaann??!! Ini bukan hari terakhir kita bertemu."

"Sichuan, jagalah mama dan kakakmu, sayang. Papa sayang kamu, sayang mama dan sayang Kak Bonn. Maafkan papa. Pa-pa--paaahhh...sss-sayang ka--lya--an."

"Pa.. pa... PAA!! PAPA! PAPA!"

Tertutup sudah usianya.

些些

➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿➿

☕🍜 Hai, Storyginal🍸
Bagaimana kesan kalian pada awal cerita ini? Ssttt ... gue mau spoiler dikit, nih. Jadi, besok tuh ada cowok ganteng. Terus, Sichuan seneng ketemu cogan? Kalo gue sih seneng. Gatau lagi kalo Sichuan.

By the way... turut berduka cita untuk Sichuan sekeluarga🙏🙏😸

Sekian, terimakasih💋❤

Eits! Jangan lupa komen sebanyak-banyaknya dan kasih aku bintang yang cerah ya Storyginal🐙🐙🐙🐙

Gut Moorneeng🌞🌝

Cinta PutihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang