Sichuan's POV.1 minggu lamanya telah berlalu. Sekarang, suasana hatiku sudah membaik. Segalanya telah membaik. Kabar baiknya lagi, skripsi Kak Bonn akhirnya di ACC, GENGS!!! Buat kalian yang mau datang ke acara wisuda kakak aku bulan depan, jangan sampai pingsan, ya, gara-gara lihat tampangnya yang gantengnya kebangetan.😆
Cuaca pagi ini benar-benar cerah! Secerah senyumku. Hehe. Aku mencoba dandan secantik dan senatural mungkin di depan kaca kamarku setelah sekian lama aku tak bsgitu memperdulikan penampilanku.
"Chuan! Mau nge-date ke mana, sih?" Tiba-tiba saja Kak Bonn datang mengintipku dan akhirnya membuyarkan lipstikku yang sudah rapi ini. Belepotan sudah.
"Ih! Apaan sih Kak? Siapa juga yang nge-date?"
"Dandannya rapi bener?"
"Mau pergi ke ulang tahun temen."
"Temen siapa? Emang kamu punya temen?" Tanya Kak Bonn sengaja meledek dan membuatku kesal. Kali ini aku diam saja. Tidak penting menghiraukannya. "Kabar Lei gimana? Sama temen Lei satunya tuh..."
"Wang A? Ih! Apaan sih kakak? Tiba-tiba nanya dua cowok itu?!"
Kak Bonn lalu bersikap lebih tenang dan duduk di atas kasur Sichuan. "Chuan. Apa kamu yakin kalau Lei adalah pelaku sebenarnya kasus pemerkosaan Zua?"
BRAKK!!! Aku memukul permukaan meja rias di depanku dengan keras!!! Sampai telapak tanganku memerah!
"Chuan. Di mata hukum, Lei memang bersalah! Tapi coba kamu pikir lagi. Mana bukti nyatanya? Dan juga, kamu pikir kenapa Zua menghilang begitu saja tanpa kabar sampai sekarang? Karena pasti ada yang nggak beres!!"
"Karena malu, Kak!! Zua pasti telah tersakiti harga dirinya. Apa kakak tidak berpikir seperti itu??!"
"Tentu saja kakak berpikir akan keadaan Zua sebagai korban. Tapi apa kamu bahkan pernah berpikir bagaimana perasaan Lei yang dituduh sebagai pelaku tanpa ada bukti yang jelas?!!"
Zzzzzzz....
Aku mulai merenung. Kak Bonn benar. Selama ini, aku hanya percaya tanpa bukti dengan tuduhan itu. Tapi bukankah semua sudah cukup jelas? Mereka masuk ke dalam hotel berdua. Hanya berdua. Dalam waktu yang lama. 4 jam. Lalu, Lei pergi sendirian. Tampak jelas itu wajah Fanlei di CCTV depan kamar 207 itu. Dan Zua keluar dengan air matanya yang bercucuran deras membasahi kedua belah pipinya. Ditambah lagi, Fanlei tidak mengelak dengan tuduhan yang diberikan padanya.
"Aku sudah kehilangan kepercayaan dengan Lei, Kak. Sekalipun aku melayat ke rumahnya kemarin, tapi itu ku anggap sebagai pertemuan terakhir. Perasaan benciku padanya tidak akan pernah terhapuskan. Sampah tetaplah sampah. Meski sudah didaur ulang menjadi barang berguna, tetap saja asal mulanya ia adalah sampah. Sampai kapanpun, sampah tetaplah sampah."
"Tapi sampah juga awalnya barang berguna!"
"Nggak semua barang itu berguna, Kak. Asal kakak tau, aku bener-bener menyesal pernah ingin memiliki barang tak berguna itu."
Tak ingin menjadi semakin kesal dengan perkataan Kak Bonn selanjutnya, aku memutuskan pergi dari kamar. Menghindarinya. Dan bergegas pergi ke ulang tahun Wang A.
Sesampainya di lokasi, sebuah gedung mewah dan terkenal paling mahal biaya penyewaannya di Jakarta, aku yang berpakaian gaun pendek tanpa lengan berwarna putih mutiara yang tampak elegan dan anggun, kalung berlian yang tampak berkilau namun tidak berlebihan, serta highheels warna merah muda soft yang serasi dengan tasku, diizinkan masuk oleh penjaga pesta ulang tahun yang berdiri di depan pintu untuk mengecek bukti kartu undangan ulang tahun Wang A.
Begitu aku masuk, aku langsung berpapasan dengan Wang A.
"Si---Sichuan??" Ia tampak tertegun dengan penampilanku yang jelas berbeda 180 derajat dari biasanya.
Sial.
Kenapa?
Karena di belakang Wang A, berdiri sosok Fanlei.
。。。。。。。。。。。。。。。。。。
🙌🙌🙌🙌😺😺😺😺🙈🙈🙈🙈👫👫👫Vote dan komen jangan sampai dilupakan ya Storyginal😊
Ah, ngantuk banget😌
NEXT!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Putih
Teen FictionPernah nggak lo nyesel karena udah suka sama seseorang? Itulah yang gue rasain. Gue nyesel udah jatuh ke dalam hipnotisnya, tapi anehnya, gue nyaman terjebak di dalamnya.