PEMAIN
ZUA YEN
Hobby : Apa saja yang menguntungkan :)
.
.
.
.
.
.
.。。。。。。。。。。。。。。。。。。
5 tahun yang lalu, sebelum Sichuan berulang tahun yang ke-22 di bulan Juli.Masa-masa remaja memang indah. Dan menjadi kenangan terbaik sepanjang sejarah hidup manusia. Tapi, masa remaja Sichuan tak berakhir indah seperti remaja lain pada umumnya.
Saat itu, Sichuan yang masih duduk di kelas 2 SMA, berdiri di lapangan basket. Menanti seseorang.
"Duh... gimana, sih, nih anak? Ga dateng-dateng? Keburu panas juga mataharinya."
Berjam-jam sudah Sichuan menunggu seseorang itu. Panas sekali terik matahari saat itu.
Sampai hari sudah beranjak sore. Lalu, matahari semakin menyembunyikan awaknya. Semakin turun dan hari menjadi senja. Di hari senja itu, Sichuan mulai kedinginan. Ia sudah berjuta kali menelepon seseorang yang ditunggunya, kirim sms juga sudah, tanya ke teman-temannya dan teman seseorang itu juga sudah, keliling sekolah juga sudah, lalu balik lagi ke tempat ia menunggu, seseorang itu masih belum datang juga. Sampai hari mulai gelap, langit mendung jadi tak tampak. Perlahan tapi cepat, air hujan turun dari langit, semakin deras dan mengguyur badan gadis yang mungil dan kurus itu. Ia berlari mencari tempat teduh. Di bawah pohon dekat gerbang utama. Kemudian ketahuan oleh Pak Satpam, lalu ia disuruh cepat pulang saja karena gerbang sekolah sudah mau ditutup. Akhirnya, Sichuan menyerah. Seseorang yang ditunggunya itu, mungkin tidak akan pernah datang.
Sichuan berjalan di atas jalanan aspal yang tergenang air hujan. Badannya basah kuyup, namun ia tak mau mencari payung. Ia biarkan dirinya kehujanan, sambil menangis, agar air mata kesedihannya itu tak dilihat orang lain. Dan setelah ia berjalan satu kilometer dari sekolah, ia sampai di depan kedai mi. Ia berjalan ke depan kedai, berteduh di sana.
Dan seseorang itu, datang.
Fanlei.
Datang.
Sichuan terpusat perhatiannya pada kehadiran Fanlei. Fanlei yang baru datang dengan basah kuyup juga, memeluk Sichuan. Fanlei yang memakai seragam sekolah yang sama itu tampak sedih.
"Maaf, aku terlambat. Maafkan aku tidak bisa datang sesuai janjiku."
Sichuan melepaskan pelukan Fanlei dan mendorong Fanlei menjauh darinya. "Kamu keterlaluan, Lei. Kamu jujur sama aku sekarang! Kamu ada hubungan apa sama Zua? Hhe??? Kamu tahu? Di grup sekolah, lagi rame isu kalau kamu dan Zua pacaran, kamu dan Zua mengkhianati akuu, 'Sichuan'."
"Ha? Kamu bicara apa sih Chuan? Aku nggak ngerti!!"
"Awalnya aku nunggu kamu karena kita udah janji mau makan di kedai ini. Tapi kemudian tujuan aku nemui kamu berubah. Tapi percuma aja. Kamu nggak datang. Kamu malah berduaan dan tidur sama sahabat aku! Kamu tunggu aja. Kalau dia sampai hamil, aku akan bikin dia dan kamu semakin sengsara."
Ancaman.
"Chuan," Fanlei terpojok dengan raut mukanya yang putus asa, sedih dan tak bisa menjawab Sichuan dengan sepatah katapun.
"Kita..."
"CHUAN! AKU ADA ALASAN TERSENDIRII!!!!"
"Kita sampe di sini aja, Lei. Aku nggak mau pacaran sama orang nggak bertanggungjawab kayak kamu."
Ketika Sichuan bermaksud pergi dengan membalikkan badan, Fanlei membuka mulut dengan nada tinggi. "Tunggu!!" Dan Sichuan refleks berhenti. "Kalau kamu nggak mau dengerin aku, it's okay. Tapi aku nggak akan biarkan kamu pergi ninggalin aku. Kali ini, aku yang akan ninggalin kamu." Fanlei seorang diri berjalan melewati Sichuan di depannya, pergi tanpa meninggalkan senyuman, pergi dengan hati yang terluka. Malam itu adalah malam yang paling pedih bagi keduanya.
Tinggallah Sichuan seorang diri dengan goresan luka di hatinya, berdiri di depan kedai.
Keesokan harinya...
WIIU WIIIU WIIU WII...
Suara sirine mobil polisi menarik yang berbunyi di depan lobby sekolah menarik perhatian seluruh murid. Mereka bergerombol dan memandangi ke arah mobil polisi dari jendela kelas masing-masing. Beberapa polisi keluar dan berdatangan ke kelas XI BAHASA yang ada di lantai atas, mencari seseorang yang bernama FANLEI. Ketika mereka sampai di sana, tanpa dipaksa, Fanlei keluar dari kelasnya dengan tampang berani di hadapan teman-teman sekolahnya yang sedang menatapnya dengan marah atau prihatin atau bahkan sudah kehilangan rasa percaya padanya. Lalu, kekasihnya itu datang.
Oh. Bukan. Tapi mantan kekasihnya, Sichuan.
Mereka saling diam. Saling bertatap muka. Seakan waktu dan dunia hanya milik mereka berdua. Sichuan berjalan semakin dekat dan PLAK!! "Tega kamu manfaatin Zua. Tega kamu menghamili dia!," ujarnya setelah telapak tangannya melayang untuk menampar keras wajah kanan Fanlei.
Diam itu emas, batin Fanlei.
Segera polisipun menggiring Fanlei masuk ke dalam mobil polisi.
Kegaduhan di antara para siswa lainnya masih begitu bising. Ada yang bertanya sejak kapan Fanlei menyukai Zua, apa yang terjadi dengan Zua, sejak kapan Fanlei menyukai Zua, menebak seberapa sakitnya perasaan Sichuan yang dikhianati pacar 2 tahunnya itu, berbelas kasih kepada nasib Sichuan.
"Zua," batin Sichuan begitu tersadar Zua tidak ada di dalam kelasnya. Sichuan tidak bisa membiarkan Zua, sahabatnya itu pergi sendirian dengan keadaan yang miris seperti itu.
Berlarilah ia seribu langkah, sekuat tenaga, berlari tanpa henti, dan sampailah ia di sebuah bandara. Ya, bandara. Ia telah menggali informasi di segala sumber dan akhirnya terungkap bahwa Zua pada lima belas menit lagi akan pergi ke Negeri Tirai Bambu, China. Begitu sampai di bandara, Sichuan bergegas mencari Zua. Ia tahu ini sudah terlalu terlambat untuk mencari Zua karena ia datang terlambat lima belas menit. Tapi yang namanya Sichuan itu, keajaiban mustahil tidak pernah terjadi dalam hidup manusia.
Namun kenyataannya, Sichuan belum mendapatkan keajaiban itu. Ia kehilangan Zua, sahabat yang selalu bersamanya sejak mereka masih sama-sama ingusan di bangku TK.
Pesawat arah Negeri Tirai Bambu telah meluncur pergi.
Zua
Menghilang entah ke mana.
。。。。。。。。。。。。。。。。。。
✈✈✈✈✈✈✈✈✈✈✈✈✈✈✈Jangan lupa sumbangan komen dan votenya yaaaa Storyginal😊
ぉゔぇ😙😘😚😗🙆🙆🙆🙆
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Putih
Teen FictionPernah nggak lo nyesel karena udah suka sama seseorang? Itulah yang gue rasain. Gue nyesel udah jatuh ke dalam hipnotisnya, tapi anehnya, gue nyaman terjebak di dalamnya.