PEMAIN
YEN (KAKAK WANG A)
Hobby : semua yang positif, menjadi perfeksionis, senyum, hidup. 😋
.
.
.
.
.
.
。。。。。。。。。。。。。。。。。。Sichuan's POV.
"Wang A? Siapa dia? Kok kayaknya kakak baru lihat," tanya gadis cantik yang tampak lebih tua dua atau tiga tahun dari Wang A. Dia pasti kakaknya.
"Oh. Dia temen baru aku. Namanya Sichuan."
Aku segera mendekat agar lebih sopan. Membungkukkan badan 90 derajat untuk menghormatinya. Kelihatannya, kakak Wang A sangat berbeda dengan Wang A. Benar-benar lembut dan halus.
"Ohhh kamu pasti Sichuan yang sering diceritakan Wang A."
"Ih! Kakak apaan, sih?" Wang A jadi malu dan terusik.
Kakaknya hanya cengengesan.
"Aku lihat kamu pernah bersama seseorang yang aku kenal. Kamu adiknya Bonn, kan?"
"AH! IYA! BENAR! Kakak kenal dengan Kak Bonn?" Sahutku sangat bersemangat.
"Iya. Aku temannya Bonn dulu. Bagaimana dia sekarang? Kerja di mana?"
"Mm..." apakah pertanyaan itu harus kujawab? Malu sekali memberitahukan status Kak Bonn yang masih mahasiswa itu. Harusnya sudah lulus sejak dua tahun yang lalu. Boro-boro kerja. Lulus aja masih bulan depan.
"Kak Yen! Gimana kalau kita ke Lei aja?" Usul Wang A yang peka sekali membaca isi hati dan pikiranku. Eak :v
Akhirnya, kami bertiga berjalan menuju Fanlei yang sedang menikmati segelas anggur sendirian di meja tengah. Dia menyambut kami dengan senyuman berkarisma. Hari ini, ku akui saja, dia terlihat lebih maco daripada biasanya. Ia memakai jas putih tulang dengan hem putih yang terlihat mekar di bagian dada bidangnya. Bunga tulip mungil berbalut warna merah muda di sakunya itu membuatnya terlihat sebagai pria yang lembut. Hingga terbesit di pikiranku, bagaimana bisa ada lelaki setampan ini?
"Hey, Lei. Aku Yen, kakak Wang A."
Kedua kaki jenjang Lei menjadi lebih rapat, lalu ia membungkukkan badan 90 derajat untuk mengucapkan salam hormat pada kakak Wang A yang cantiknya luar biasa itu. "Saya Fanlei, teman Wang A sejak SMA. Tapi Kak Yen.."
"Ah, iya. Aku memang sedang belajar di München sejak Wang A duduk di bangku SMA. Baru tadi pagi aku pulang setelah sekian lama menghirup udara Deutschland."
Wah! Class~! Sudah cantik, body-nya UWOW UWOW DOUBLE WOW, tajir bukan main, pinter, lulusan sarjana di Jerman, baik hati. Benar-benar.... MALAIKAT!😯
"Wang A!" Tiba-tiba terdengar suara melengking dari jauh memanggil nama Wang A.
Wang A dan Kak Yen langsung menuju ke seorang perempuan cantik berambut pendek dengan pakaian simple tapi tetap glamor.
Dan yang perlu kalian tahu, tinggallah aku dengan Lei berdua di sini.
Berdua~.
Entah kenapa, Fanlei semakin menatap dalam-dalam kedua bola mataku yang mungkin terbaca jelas di matanya kalau aku sedang gugup. Bukan karena aku masih suka Lei. Tapi justru karena kami saling membenci.
Zzzzzz.........
Ah! Aku tidak tahan lagi.
"Sichuan."
Lei memanggilku."Hm?"
"Bisa kita bicara sebentar?"
Lalu dia pergi tanpa menunggu jawabanku. Aku pun langsung mengekorinya dari belakang. Dia membawaku ke teras rumah lantai dua. Tidak banyak orang di sana. Suasananya juga lebih tenang daripada di lantai satu.
"Mau ngomong apa? Cepetan." Ujarku judes karena kedinginan.
"Jangan deketin Wang A."
"Ha?"
"Dia bisa saja suka sama kamu."
"Yeaaaa....and then? Jangan bilang kamu ... cemburu??!!"
Dia meringis menertawaiku. "Bagaimana bisa aku masih menyukai perempuan keras kepala sepertimu? Hm. Wang A sudah dijodohkan dengan wanita lain. Aku cuma nggak pengen kamu dijebak sama dia."
Fanlei. Kenapa kamu begitu peduli terhadap perasaanku? Kenapa? Justru ini. Aku bisa saja jatuh cinta lagi padamu! Oh no!
"Stop, Lei. Stop peduliin aku."
"Oh. Peduli? Siapa juga yang peduli? Aku cuma kasihan aja sama kamu kalau kamu terjebak sama trik kotor cowok untuk yang kedua kalinya. Masih inget kan siapa yang pertama? Lelaki yang ada di depanmu ini."
Nada santai tapi maknanya yang menyebalkannya itu semakin membuatku kesal.
"Stop Lei. Jangan pernah bahas masa lalu. Nggak penting tau nggak."
"Kenapa nggak penting?"
Bodoh. Dia terlalu bodoh hingga bertanya semacam itu. Bagaimana bisa ia tidak menyadari kesalahannya sendiri?
"Lei." Aku mulai serius mengajaknya berbicara. Tanpa gugup. "Kamu tau? Kamu adalah orang pertama yang memisahkan aku dengan sahabat terbaik aku, Zua. Kamu yang udah mengkhianati aku lima tahun yang lalu. Aku udah kehilangan kepercayaan sama kamu! Aku udah mati rasa sama kamu! So.. jangan ganggu aku lagi. Aku mau deket sama Wang A, mau deket sama siapa kek, ini hidup aku. It is my life. Kamu siapa aku hingga ngerasa punya hak ngatur jodoh aku? Pergi, Lei. Walaupun kita ketemu, jangan pernah lihat aku. Kita ini strange. Nggak saling kenal."
Aku beranjak pergi meninggalkannya, tapi---sreett!! Dia menarik kencang pergelangan tanganku dan nada bicaranya semakin tegas. "Jangan pernah percaya sama Zua. Zua bukan orang yang baik."
"Lalu kamu apa??!! Kalau Zua bukan orang baik, kamu yang lebih kotor dari Zua itu apa?!! Hah!?! Aku tuh nggak ngerti, ya. Kamu tuh nggak pernah sadar kalau di sini tuh kamu punya kesalahan terbesar!"
"Kamu udah dijebak sama Zua!"
"Haah?!"
"Lei! Chuan!" Wang A memanggil kami dari jarak jauh. Lalu ia dengan senyum merekahnya menghampiri kami yang masih dalam keadaan Lei menggenggam erat pergelangan tanganku. Begitu sadar, cepat-cepat aku dan Lei saling menghindar dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa.
"Dicariin, juga. Di sini ternyata. Yuk! Udah mau dimulai, nih, acaranya."
Okay. Kami bertiga langsung turun ke lantai bawah untuk merayakan acara hari ulang tahun Wang A.
"Lei.. chapter hari ini nggak penting. Jadi anggep aja hari ini kita nggak pernah ketemu," aku berbisik pada daun telinga kanannya.
Lei hanya diam menatapku. Entah apa arti tatapannya. Kecewa?
。。。。。。。。。。。。。。。。。。
🙅🙅🙅🙅🙅🙅🙅🙅🙅🙅🙅🙅🙆🙇🙇Makasih viewers setiaku😙 Maaf chapter ini panjang bener 😗
Vote dan komen sangat kunantikan Storyginal😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Putih
Teen FictionPernah nggak lo nyesel karena udah suka sama seseorang? Itulah yang gue rasain. Gue nyesel udah jatuh ke dalam hipnotisnya, tapi anehnya, gue nyaman terjebak di dalamnya.