TING-TUNG. TING-TUNG.
Perempuan yang tengah diguyur keputusasaan, tangisan yang semakin jera, amarah, sedih dan lagi, "marah", berlari ke arah pintu setelah ia menelpon ambulans.
Begitu pintu terbuka, ternyata yang menekan bel rumahnya adalah : SI KURIR ONLINE.
"Maaf, Mbak. Ini obat pesenan Mbak," kata si kurir sambil menyodorkan obat tersebut dengan santun.
Sichuan, gadis yang berdiri menghadap kurir itu spontan menarik obat itu dan melemparkannya ke tong sampah yang tak jauh dari teras rumah. Kurir itu berkacak muka bingung, apa yang sedang dilakukan pelanggan tersebut terhadapnya.
"Maaf, Mbak. Tapi, saya---"
TLLILILILITT.. "Halo, Dok? Bagaimana keadaan mama saya? Dan apakah ambulansnya sudah berangkat? ... Baik. Saya tunggu."
Klik. Sichuan mematikan ponselnya dan kembali menatap mata kurir setajam pisau.
TLILILILITT... Kini giliran si kurir yang menerima telpon.
"Halo? ... Apa?! Sa---saya dipecat? Atas dasar apa??!!!! ... apa?"
Ia lalu mematikan ponselnya.
"Sekarang kamu pasti sudah tahu alasan saya membuang hasil tenaga dan keringatmu ke sampah. Karena kamu juga tidak ada bedanya dengan sampah yang sudah membunuh kedua orang tua saya!! Ah, tidak. Aku tidak bisa menyalahkanmu atas kepergian mamaku. Tapi, papaku yang sakit-sakitan ini..."
Pria itu terdiam, mencoba mencerna kata-kata yang disampaikan Sichuan dengan penuh amarah terhadapnya. Dan dalam hitungan detik, ia mendapatkan poinnya.
"Mbak.. jangan bilang .. obat ini adalah obat untuk papa Mbak?"
Sichuan mengiyakan dalam diam.
"Lalu, papa Mbak... bagaimana keadaan Beliau sekarang Mbak?"
Sichuan tetap diam, tapi garis bibirnya naik miring menertawakan sikap si kurir yang berkacak peduli padanya dan keluarganya.
"Kurir? Kurir nyawa maksudnya? Kamu! Saya akan tuntut kamu atas tuduhan pembunuhan papa saya! Kamu sudah kehilangan pekerjaan, pasti kamu sekarang punya lebih banyak waktu untuk pergi ke pengadilan, bukan?"
"Saya tidak ada maksud, Mbak! Kenapa harus ke pengadilan? Ini bukan tindakan yang disengaja!"
"DIAAMMM!!!!!"
"Jadi Mbak yang membuat saya dipecat?"
Dengan tatapan matanya yang tajam dan berani, "iya."
Sesaat hati lelaki itu hancur, merasa harga dirinya diinjak-injak.
"Kenapa? Kenapa harus dengan cara ini, Mbak!?"
Tapi sekarang, lelaki itu justru balik marah ke Sichuan. "Kamu ingat baik-baik nama saya! Fanlei. Kalau ibu saya mati karena tidak bisa operasi penyakit kankernya, jangan pernah berharap kamu bisa hidup tenang." Lalu pria yang baru saja mengaku namanya Fanlei itu pergi dengan amukannya.
Sichuan tak peduli. Tak peduli apa yang akan terjadi terhadap Fanlei, atau bahkan ibunya. Sichuan sendiri tak bisa menebak kenapa pria itu justru marah kepadanya. "Dasar pembunuh nggak tahu diri."
。。。。。。。。。。。。。。。。。。
STORYGINAL, APA KABARRR??
Jadi, sekarang kalian udah pada paham kan sama cerita di chapter 2 yang tiba2 si cowok datang ke rumah Sichuan buat minta maaf?Okay. Stay tune utk cerita kelanjutannya yaa😊😊😊😊😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Putih
Teen FictionPernah nggak lo nyesel karena udah suka sama seseorang? Itulah yang gue rasain. Gue nyesel udah jatuh ke dalam hipnotisnya, tapi anehnya, gue nyaman terjebak di dalamnya.