19 - Taman Belakang

8 1 0
                                    

Sudah dua hari Gino tidak masuk. Tapi hari ini ia menampakkan dirinya. Betapa leganya ketika Milla melihat dirinya sedang memarkirkan mobilnya. Ingin sekali Milla rasanya menghampirinya dan mengucapkan 'selamat pagi' tapi tidak mungkin ia lakukan, Milla sudah berjanji untuk menjauhinya.

Bagi Milla melihatnya saja sudah membuat hatinya lega dan senang. Milla membalik tubuhnya berjalan ke arah depan menuju kelasnya, namun suara yang khas di telinga Milla dan tak dipungkiri lagi kalau itu adalah Gino.

"Mil!" Panggil Gino sedikit teriak

Milla meneruskan jalannya berpura-pura tidak dengar.

"Nih orang congean apa ya!" Batin Gino

"Milla!" Gino pun sedikit berlari mengejar Milla dan mencekal tangannya.

Milla pun berbalik badan menghadap Gino, Milla berusaha memasang wajah biasa aja seakan seperti layaknya baru kenal dengan Gino waktu dulu.

"Kenapa?" Jawab Milla biasa

Gino berdiam sebentar menatap Milla yang bisa bersifat biasa aja, yang seakan-akan mereka baru kenal.

"Aku mau ngomong sama kamu Mill, berdua!" Kata Gino berusaha ingin memegang tangan Milla, namun teralihkan dengan Milla berpura-pura membenarkan rambutnya.

"Ngomong tentang apa yaa, kalo boleh tau? Soalnya aku banyak tugas, jadi males buat bahas soal yang nggak penting," Tutur Milla yang berhasil membuat Gino sedih karena dengan cepat Milla bisa bersikap seperti ini kepadanya.

"Untuk yang ini penting. Dan bisa nggak bisa harus bisa, aku nggak perduli kamu beralasan banyak tugas!" Balas Gino dan langsung meninggalkan Milla.

"Kenapa kita harus seperti ini? Entah Gin, takdir sedang menguji kita. Yang entah akhirnya kita bisa bersama lagi atau tidak," Batin Milla

Milla menaruh tasnya dan duduk dengan raut wajah yang lesuh. Acha sahabatnya yang sedang mendengarkan lagu langsung melepaskan earphone nya dan menanyakan apa yang terjadi dengan sahabatnya itu.

"Oi cui, ngapa lo? Muka udah kek setrikaan belom digosok," Cibir Acha melongok wajah Milla yang tertunduk.

Milla tak tahan menahan air matanya, ia menangis didekapan dada Acha. Acha pun heran dan bingung dengan Milla.

"Mill, lo kenapa nangis? Milll lo kenapa?" Tanya Acha di telinga Milla.

Isakan Milla begitu amat terlihat sedih dan menahan luka. Sampai Acha bisa merasakan apa yang Milla rasakan.

"Mill, lo kuat! Jangan lemah," Kata Acha mengelus punggung Milla.

"Chaa.... Gino.. chaaaa," Lirih Milla

"Gino kenapa Mill? Lo berantem sama dia," Tanya Acha.

Milla pun menceritakan semuanya kepada Acha.

"Gue bingung sama semua nya cha. Gue gatau harus gimana lagi. Udah setahun gue deket sama Gino, dan selama setahun juga Milka memendam rasa sama Gino Cha. Gue bingung harus lakuin apa saat itu. Yang akhirnya gue bertengkar sama Milka cuma karna Gino. Orang tua gue tau gue bertengkar, gue nggak bisa ngeliat Milka ngebatin mendam perasaan sendirian, di satu sisi gue sama Gino lagi bahagia-bahagianya. Gue nggak bisa bahagia di atas penderitaan kakak gue sendiri. Dan akhirnya malam itu gue putusin gue akan jauhin Gino demi Milka. Dan saat gue mau curahin hati gue dengan ngomong baik-baik sama Gino, kebesokan malamnya dia nembak gue dengan surprise yang dia udah bikin, gue hancurin perasaan di saat itu. Gue tolak dia Cha, itu bukan kemauan hati gue. Tapi gue harus relain perasaan gue berkorban demi Milka. Gue nggak sanggup Cha, gue harus apa?" Tutur Milla di tengah-tengah isakannya.

MIGO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang