٣٥. ✍TENTANG BERCANDA

701 47 0
                                    


======

Canda yang proporsional bisa mengakrabkan teman duduk, menghilangkan kekakuan suasana, serta mengusir kejenuhan dan kebosanan.

Bukan hanya itu, bercanda juga bisa bernilai ibadah.
Bila dengan canda kita membuat hati orang lain berbahagia, tentu niatnya harus karena Allah.

Terlebih lagi Islam sangat menganjurkan untuk saling membahagiakan sesama muslim.

Tapi, dalam bercanda haruslah tetap memperhatikan adab, akhlak dan batasan syariat.

Karena canda bisa saja berujung dosa dan menyisakan penyesalan.

Misal, memanggil teman dengan nama orangtuanya. Oleh sebagian orang ini dianggap bercanda.

Tapi, bagi orang lain ini adalah sebuah hinaan.

Jika teman kita tidak senang dengan hal tersebut, maka jangan lakukan hal itu padanya.

Intinya, jangan lakukan pada orang lain yang engkau sendiri tidak senang bila hal itu terjadi padamu.

Juga perlu diperhatikan saat bercanda pada lawan jenis. Tidak boleh mengatakan "sayang, cinta, mama-papi", termasuk mengirimkan emotion sepeti ini> 😘 (kiss) dengan alasan 'kami cuma bercanda kok.

Tidak ada kata bercanda dalam perkara yang Allah haramkan.

Sahabat...
Silahkan bercanda tapi jagalah perasaan orang lain, karena ini adalah hal paling penting dalam sebuah persahabatan.

Jangan sampai kita merasa bahagia, tapi justru ada hati yang terluka. Kan nggak enak jadinya.

Ingat, luka karena tajamnya pedang itu bisa hilang dengan hitungan hari. Tapi, luka sebab lisan itu bisa dibawa sampai mati. Maka jagalah hati. Caranya?

Dengan menjaga sikap dan lisan. Setiap ucapan maupun perbuatan, haruslah dipikirkan terlebih dahulu sebelum dilakukan.

Sabda Nabi Saw.berikut bisa jadi renungan:

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

"Yang disebut Muslim adalah orang yang menyelamatkan muslim lainnya dari bahaya lisan dan tangannya".
[HR. al-Bukhari, shahih]

Hadis diatas menjelaskan kepada kita tentang kriteria muslim yang sejati, yaitu lisannya senantiasa berkata baik meskipun saat bercanda.

Sahabat...
Apa yg menurut kita candaan, boleh jadi menurut orang lain itu sebuah hinaan.

Dalam kitab Bahjatul Majaalis, *Abu Haffan* menuturkan:
"Candailah temanmu selama ia masih suka bercanda!
Namun berhati-hatilah kamu ketika bercanda!
karena boleh jadi bercanda dengan teman itu akan menjadi kunci pembuka pintu permusuhan".

Sahabat...
Kalaupun harus bercanda, jangan pernah bumbui dengan adab yang buruk.

Tidak selayaknya canda dilakukan terlalu sering, apalagi secara terus-menerus.

Pepatah orang bijak menyebutkan:
"Bercanda dapat menggerogoti wibawa sebagaimana api melahap kayu bakar".
[Adabud Dunyaa wad Diin, hlm.310]

Orang bijak juga menuturkan:
"Siapa yang banyak bercanda, hilanglah kewibawaannya".

Ibnu Abdil Bar rahimahullah menjelaskan: "Segolongan ulama membenci larut dalam canda karena dapat mengakibatkan sesuatu yang buruk, menjadi gerbang utk menjatuhkan kehormatan diri, mengundang kebencian, serta merusak persaudaraan".

Sa'id bin al-Ash berkata: "Jangan coba-coba mencandai orang terkemuka, sebab dia bisa mendendam kepadamu! Jangan pula mencandai orang rendahan, sebab dia bisa bersikap lancang kepadamu".

Canda dalam ucapan ibarat garam dalam makanan. Apabila tidak digunakan garam, atau penggunaannya berlebihan, maka ia baru dikatakan tercela.

Sahabat...
Santaikanlah jiwamu yang letih oleh keseriusan, niscaya ia akan rileks. Hilangkanlah kepenatanmu dengan sedikit canda, namun jika kamu memberinya gurauan hendaklah ia sekadar garam untuk membumbui makanan.
🙂🙂

Makassar, 8 oktober 2018
__________
Akhukum
Heri Al-Fatih

Berbagi IlmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang