Part 13-Little Surprise

25K 1.5K 17
                                    

N E A R A

Segalanya terasa nikmat apabila kita mensyukurinya. Ya, sebenarnya nikmat yang Allah berikan sudah jauh lebih banyak dibanding dengan hal-hal yang selalu kukeluhkan.

Ya, kuakui, selama ini aku merasa amat sangat sedih dengan kehilangan perhatian dan kasih sayang kakakku. Dan Allah gantikan rasa sedihku dengan anugerah yang tiada bandingannya. Aku sungguh merasa bahagia.

Begitu pun dengan Bang Raka. Ia merasakan juga kebahagiaan seperti ini. Aku menyukai pancaran wajahnya.

Aku menaiki motor matic yang dikendarai oleh Abang. Kami berencana, sepulang dari dokter akan pergi ke toko kue donat.

Sesampainya di toko kue, aku memilih donat bermacam varian rasa. Dari subuh tadi aku ingin sekali makan donat. Rupanya aku ngidam! Ah, benar kata Ibu, bawaan dedek.

Setelah membayar, kami pun beranjak dari sana.

"Sempet aneh pas subuh-subuh tadi kamu minta donat. Ternyata eh ternyata... istri Abang ini ngidam, ya!" goda Bang Raka sambil mencubit pipiku.

Sontak saja itu membuatku tersipu. Kau tahu, meskipun sudah beberapa bulan kami menikah, tetap saja rasanya seperti pengantin baru. Ya, dia jago membuatku jatuh cinta berkali-kali.

Saat berjalan keluar, aku menyempatkan diri untuk melirik-lirik toko-toko pakaian di sebelah. Aku ingin membelikan hadiah untuk Kak Caca.

"Abang, kita kesana dulu yuk. Pengen beliin sesuatu buat Kak Caca" ucapku sambil menarik tangan Bang Raka.

"Yaudah, mau beli apa emang?" tanya Abang sambil mengiringi langkahku menuju toko pakaian.

"Enggak tahu. Makanya ini mau lihat-lihat dulu" jawabku sambil tetap menggandeng tangannya.

Aku menyuruh Abang untuk berhenti di tukang gado-gado di depan toko. Karena aku memang lebih suka sendiri jika memilih hadiah.

Tidak memerlukan waktu bermenit-menit untuk sampai disana. Aku segera berjalan menyusuri barisan pakaian yang terpajang disana. Ada baju, celana, jaket, topi, dan aksesoris lainnya.

Perhatianku terhenti di deretan pajangan topi. Disana ada berbagai macam model topi dengan motif dan tulisan yang berbeda-beda.

Tanganku memegang topi bermodel topi rimba. Motifnya... Oh astaga! Ini cocok sekali untuk Kak Caca. Ya, topi rimba ini bermotif loreng. Dan pikiranku langsung melayang kepada Kak Dani. Si sersan tentara yang kurasa sedang mendekati Kak Caca. Dan kak Caca pun terlihat merespon 'baik'. Yeah, you know what I mean.

Hm, bukankah hadiah itu yang diperlukan kesannya? Orang tidak akan terlalu peduli isinya apa dan harganya berapa. Yang terpenting adalah kesan yang terpancar dari barang tersebut ataupun cara memberinya yang tidak biasa.

Aku mengambilnya. Kuputuskan, aku akan membeli topi rimba loreng ini. Kemudian, aku kembali menyusuri rak dan terhenti saat melihat Jaket loreng.

Ah, loreng lagi. Ini sih Kak Dani banget!

Kuserahkan kepada kasir satu topi loreng dan satu jaket loreng. Setelah membayarnya, aku keluar toko menemui Bang Raka yang sedang duduk di kursi milik pedagang gado-gado.

"Udah, Dek?" matanya menatapku yang menenteng satu paper bag.

"Iya, Bang. Abang udah makannya?"

"Iya, udah" jawabnya sambil tersenyum menawan. Aih, suamiku ini.

"Ayo pulang" ajakku seraya menarik tangannya.

"Oke siap!" jawab Abang sambil berdiri dan menggandeng tanganku.

Kami pun berjalan beriringan.

"Eh tunggu!" aku tiba-tiba menghentikan langkah. Teringat sesuatu.

DESTINY (Terimakasih, Sersan!) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang