Part 24-Kacang ijo itu?

22K 1.3K 1
                                    

"Hatcih!" suara hidungnya yang gatal mulai mengganggu kenyamanan waktu tidur Caca.

Caca kembali terbangun diwaktu dini hari seperti ini. Tidak masalah, sih. Justru ia bersyukur bisa bangun untuk salat tahajjud tanpa menggunakan alarm.

Namun ada hal lain yang kerap mengganggu pikirannya. Entah kenapa, akhir-akhir ini Caca sudah beberapa kali memimpikan Biyan dalam tidurnya. Um, memang sih tidak masalah. Mimpi itu hanya bunga tidur bukan? Tetapi tetap saja mimpinya itu sangat melekat dalam memori. Aneh, tak biasanya Caca seperti ini.

Dalam mimpi malam-malam kemarin ia bertemu dengan Biyan seperti biasa. Namun Biyan menatapnya begitu intens, dan Caca justru membalas tatapannya. Padahal kalau di dunia nyata, ia selalu menghindari tatapan mautnya itu.

Tetapi mimpi yang barusan begitu berbeda. Biyan. Wajahnya yang memang putih bersih terlihat begitu bersinar dengan baju koko putih yang melekat pada tubuhnya. Ia terlihat berkali-kali lipat lebih tampan. Kemudian tangannya yang kekar menggenggam tangan Caca dan menariknya menuju taman bunga yang indah. Sangat indah. Caca dan Biyan berjalan beriringan, tertawa riang bersama sembari menyusuri indahnya taman. Wajah sumringah yang tulus begitu jelas terlihat dalam guratan wajah mereka berdua.

Yaa Allah, indah sekali. Caca tak tahu mengapa, yang pasti mimpi itu begitu jelas tercetak dalam memori.

Hey, kenapa aku jadi memikirkan itu? Sudahlah, lebih baik aku segera beranjak dan mengambil air wudu. Karena waktu ini adalah waktu untukku menjalankan laporan rutin kepada Allah. Mencurahkan segala keluh kesah, memohon ampunan, dan berdoa. Batin Caca.

**

Hari ini Caca kembali ke butik. Kembali menyapa gedung dan juga ruangan yang sempat ia tinggalkan selama beberapa hari.

Deretan gamis dan berbagai busana muslim karyanya menyapa pagi yang indah milik Caca. Wiwit, karyawan sekaligus rekan kerjanya, telah datang lebih dulu dan bisa menyambut kedatangan Caca.

"Selamat pagi Mbak Caca" ucap Wiwit dengan senyum yang hangat seperti hatinya.

Caca membalas senyuman Wiwit, "Selamat pagi juga Wiwit. Apa kabar?" tanyanya ramah.

"Alhamdulillah baik, Mbak Caca sendiri apa kabar? Gimana seminarnya?" tanya Wiwit penasaran.

Mengingat seminar di Bandung berarti mengingat kabar mengejutkan yang didapat disana.

Caca menghela nafas sejenak. "Um, lancar, kok. Dapet banyak ilmu" senyumnya tak setulus yang tadi.

Wiwit mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum. Sungguh sopan sekali gadis berkerudung biru dihadapan Caca ini. "Alhamdulillah kalau begitu, bisa bagi-bagi ilmunya sama saya,"

Caca kembali tersenyum. "Sure, Wiwit. Oke deh, saya ke ruangan duluan. Semangat!" ujarnya sembari melangkahkan kaki menuju ruangan pribadi di dalam gedung butiknya.

Setelah masuk ke dalam ruangan, Caca segera mendaratkan tubuhnya di atas sofa yang sengaja disediakan untuk tamu. Ia meletakkan tas selempangnya di atas meja.

Tak ada kerjaan, Caca membuka ponselnya. Ia mulai berselancar kembali dalam akun instagram. Ada beberapa notifikasi yang belum terbuka. Ah, paling hanya sekedar pemberitahuan like atau followers baru.

Eh, benar. Disana ada notifikasi permintaan izin mengikuti akun Caca yang sengaja diprivasi.

Akun @why_biyan meminta izin untuk mengikuti akun Caca. Namanya... sungguh tidak asing. Tanpa pikir panjang, Caca segera mengecek profil akun tersebut.

Terpampanglah disana.

@why_biyan
Wahyudika Biyan Anggara

👮 Indonesian Army
📭 Batalyon Infanteri 320/Badak Putih

DESTINY (Terimakasih, Sersan!) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang