Part 1 - Spesies langka yang bikin gemes

81K 2.5K 15
                                    

C A C A

Hari libur memang hari yang selalu kutunggu. Rehat sejenak dari beban pekerjaan yang selalu menghantuiku setiap harinya. Aku memang bekerja untuk keluarga ini. Ayahku sudah pensiun, dan aku memiliki seorang adik perempuan yang cantik. Aku ingin dia juga sukses lebih dari kesuksesanku.

Ibu adalah penyemangat kerjaku setiap harinya. Keluarga kami memang bukan keluarga kaya dari lahir. Namun keluarga ini lahir dari sebuah perjuangan panjang yang telah diciptakan oleh ayah dan ibuku sampai aku sukses.

Rumah yang kami tempati sebenarnya belum terlalu lama. Usianya baru sekitar satu tahun. Hasil kerjaku dicampur tabungan Ayah kami jadikan proyek renovasi rumah yang menurutku sudah sedikit jelek. Akhirnya aku membuat rumah dengan konsep yang ada dalam ideku sendiri.

Adik perempuanku, Neara Kinanti, kini sedang kuliah. Tadinya ia ingin bekerja juga, namun setelah dipertimbangkan denganku akhirnya ia memutuskan untuk kuliah. Karena kurasa aku masih mampu membiayainya. Asalkan tidak terlalu jauh dari daerah Pandeglang, asal kota kami.

Aku lulus sekolah empat tahun yang lalu, sedangkan Nea dua tahun yang lalu. Usia kami memang tidak terpaut jauh. Semenjak di SMK, aku memang sudah suka belajar desain pakaian. Dan bisnis yang kujalani sekarang adalah hobi yang kutekuni sejak dulu, yaitu membuka butik pakaian campur. Dari pakaian muslimah, kebaya syar'i, dan baju koko bertemakan batik.

Alhamdulillah, bisnis itu telah mengangkat sedikit masalah perekonomian dalam keluargaku. Meskipun pekerjaan ini sering sekali sangat menyita waktuku, aku masih belum bisa meninggalkan butik sepenuhnya. Mungkin suatu saat nanti aku akan menambah karyawan, karena aku pun memiliki masa depan impian yang tidak diganggu oleh pekerjaan.

"Kak, sini deh duduk. Kita ngobrol-ngobrol. Mumpung Nea lagi di rumah nih" ujar Nea sambil memakan camilan di depan Televisi.

Aku pun menghampirinya dan duduk di samping Nea. "Nih udah duduk. Mau ngobrolin apaan emang?" aku turut mengambil camilan di hadapannya.

"Hehe apaan ajalah!" gadis itu nyengir kuda.

Aku berdecak kesal. "Hih, gak jelas!"

"Eh, Kak Caca! Enggak mau nanyain kabar seseorang gitu? Yang sekampus sama Nea" ujar Nea menaik-turunkan kedua alisnya.

Aku memandangnya heran, "nanyain apaan sih?"

"Nanyain si Raka itu. Hahaha" jawab Nea sambil tertawa renyah.

Mendengar nama itu, memang sedikit membuat hatiku bergetar. Astaghfirullah.

"Yailah Ney, biarin aja kali. Ngapain ditanya-tanyain" pipiku memerah karena berbohong.

"Akhir-akhir ini dia sering ngechat Nea. Pas awal-awalnya sih sering nanya-nanyain Kak Caca terus" ujar Nea mulai bercerita.

"Oh awal-awalnya? Kalo seterusnya?" tanyaku yang entah kenapa menjadi penasaran. Ah tak tahulah, nama yang Nea sebutkan tadi memang selalu membuatku penasaran.

"Kalau kesini-sininya sih cuma ngobrolin tentang kuliah dan organisasi aja. Biasalah, kerjaan ketua LDK di kampus"

"Haha, mamam tuh rasanya jadi aktivis!" aku tertawa meledek Nea.

"Iya ih! Capek ya banyak kegiatan, susah liburnya. Enggak kebayang deh tuh sama si Raka itu gimana capeknya dia aktif banget di kegiatan"

"Ya kalau udah biasa mah kerasanya juga biasa aja, Ney" jawabku.

Nea pun mengendikkan bahunya dan kembali melanjutkan aktivitas ngemil-nya.

Hm, Raka. Rasanya lama sekali aku sudah tidak bertemu dengannya. Saat di sekolah dulu, kita memang sering bertemu, sering bercanda, pulang bareng, dan hal-hal lain yang biasa dilakukan anak sekolahan. Meskipun tidak suka chattingan, tapi kami seperti menahan rindu masing-masing.

DESTINY (Terimakasih, Sersan!) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang