Part 9-Forgive

27.4K 1.7K 34
                                    

A U T H O R

Dani keluar dari kamar tersebut. Ia menghampiri Raka untuk meminta maaf. Itu pun karena diperingatkan oleh Caca untuk meminta maaf kepada Raka.

Terlihat disana Raka sedang duduk berdua dengan istrinya.

"Raka, gue minta maaf buat kejadian tadi. Sorry, gue lepas kendali" ujar Dani kepada Raka dengan tulus.

Raka pun menghela nafasnya.

"Iya, Dan. Gue juga ngaku, omongan lo enggak sepenuhnya salah. Gue emang enggak pantes buat Caca. Dan kata-kata kasar tadi, maaf juga. Karena gue emosi sama Caca yang terus-terusan ngediemin gue dan Nea. Lagipula kan itu salahnya juga, awalnya dia terlalu berharap sama gue" ucap Raka kembali.

"Perempuan enggak akan berharap kalau gak dikasih harapan, Raka. Mereka enggak se-gak tahu diri itu" jawab Dani menusuk kembali.

Mereka sudah dewasa, jadi sudah tahu bagaimana keputusan terbaik setelah berkelahi.

"Ya, lo harus belajar ngertiin perasaan perempuan. Mereka itu rumit, misterius, dan bikin penasaran. Mood-nya kadang-kadang berubah tanpa sebab" ucap Dani lagi.

"Tapi Caca udah nyuekin kita sejak dua bulan lalu, Dan. Menurut gue sendiri itu bukan masalah mood. Karena mood itu sifatnya singkat, enggak melekat. Gue sama Nea bingung harus gimana" lirih Raka mengungkapkan perasaannya.

Dani menggeleng lemah. Sejujurnya, ia juga tidak mengerti apa yang harus dilakukan oleh mereka agar Caca kembali seperti dahulu.

"Lo mau pulang, Dan? Kita bisa jagain Caca, kok"

Dani tersenyum dan kembali menggeleng lemah.

"Gue udah hubungin orangtuanya Caca. Biar mereka yang gantiin kalian jaga Caca" jawab Dani dengan tegas.

"Lho, kenapa? Kan kita ada disini. Ngapain lo repot-repot manggil Ayah sama Ibu?" tanya Raka heran.

"Kalian capek, kan? Waktunya kalian istirahat di rumah" jawab Dani "Caca enggak sudi ketemu sama lo lagi, Raka"

Jawaban Dani sukses membuat Raka dan Nea terpaku. Rupanya, Caca sangat sakit hati dengan ucapan Raka barusan. Ia merasa bahwa Raka tidak ikhlas menjaganya, makanya ia sampai mengeluarkan kata-kata seperti tadi. Sangat terngiang di kepalanya kata-kata Raka yang terakhir ia ucapkan kepada Caca, gak tahu diri!

Kalimat tersebut sukses menancap dalam hati Caca.

"Gue harus minta maaf sama Kak Caca, dia salah paham. Gue tadi cuma kebawa emosi" ucap Raka khawatir. Ia tak mau hubungannya dengan Caca semakin buruk, bagaimana pun mereka adalah keluarga sekarang.

"Terserah" jawab Dani datar.

"Kak Dani enggak pulang? Ini udah malem, Kak Caca biar kita yang jagain selama nunggu Ayah Ibu" Nea mencoba mengalihkan pembicaraan.

Dani hanya tersenyum "Saya enggak bisa ninggalin Caca sama kalian" jawab Dani jujur kepada Nea.

Tak lama kemudian, orangtua Caca pun datang menghampiri mereka.

Dani segera bersalaman dan menyapa Ayah dan Ibu Caca.

"Assalamu'alaikum, Bu, Pak. Saya Dani yang tadi nelpon" ujar Dani menyalami kedua orangtua Caca.

"Wa'alaikumussalam warohmatullah, oh ini. Cacanya gimana?" tanya ayah khawatir.

"Caca udah baikan, pak. Di dalam lagi istirahat. Ayo, kita ke dalam aja" ucap Dani kemudian membawa kedua orang tua Caca ke dalam kamar rawat.

"Caca...." lirih ibu kala melihat sang anak yang terbaring di atas ranjang.

"Ibu, aku kapan pulang ke rumah?" tanya Caca tak sabar.

DESTINY (Terimakasih, Sersan!) - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang