9. Day Three

71 27 0
                                    


Budayakan vote :)

Hari sudah pagi. Savannah masih mengkhawatirkan keadaan Ruby yang tak kunjung pulang semenjak kemarin.

Ia pun berjalan ke arah kamar cowok, kemudian membuka pintunya.

Ia pun masuk dan mendapati Levi, Dylan, dan Jeremy masih tertidur pulas. Ia terbingung karena mereka bertiga memakai pakaian yang sama saat berada di playroom Dylan.

Ia pun langsung melihat pakaiannya, dan ternyata ia juga memakai pakaian saat berada di playroom Dylan waktu itu.

Ia lalu menyisir rambutnya dan tiba-tiba ada seseorang dari belakang.

"Ngapain?" tanya Dylan secara tiba-tiba.

Savannah terkejut dan melempar sisirnya ke belakang. Untungnya, tak mengenai Dylan maupun kedua cowok lainnya.

"Kaget astaga. Nggak liat gue lagi nyisir, woi." jawab Savannah.

"Terus itu apaan?" tanya Dylan. sambil menunjuk secarik kertas di atas meja rias.

Savannah pun mengambil kertas tersebut dan membacanya.

'Aturan permainan berubah, selamat bermain.'

"Kok ngeri ya bacanya." Savannah memperlihatkan kertas itu pada Dylan.

Mereka pun bingung. Siapakah yang mengubah aturan tersebut. Apakah itu Zee? Apakah ia menjadi Master pada permainan ini karena ia moderatornya?

"Kita keluar dulu aja, deh." ajak Savannah, tidak ingin membangunkan Levi dan Jeremy.

"Eh, gelang lu juga ga nyala. Mati ya?" tanya Dylan.

Savannah terbingung. Empat lampu di gelangnya masih menyala. Ia lalu melihat ke gelang Dylan, dan gelangnya tak menyala.

"Gelang lu yang ga nyala. Gelang gue nyala." katanya bersikeras, mereka pun berdebat.

"Eh, kan aturan permainannya diubah. Jadi mungkin gitu. Tapi nggak tau juga lah." kata Savannah tersadar.

"Eh, iya juga ya." kata Dylan mengerti.

"Eh kalian ngapain, sih?" tanya Levi tiba-tiba yang membuat mereka berdua refleks menoleh.

Tanpa berkata apa-apa, Levi langsung merebut kertas yang dipegang oleh Savannah dan membaliknya, lalu memberikannya pada Dylan.

Dylan pun membacanya dengan teliti lalu berkata.

"Pantas gue ga bisa liat gelangnya Jeremy." kata Levi.

"Terus Jeremy juga mulai pikun-pikun deh. Pas gue tanya gelangmu kok gak nyala dia malah balik nanya ini di mana." kata Levi.

"Perlahan tapi pasti, kita bakal lupa semuanya. Di mana gua denger itu ya?" gumam Savannah.

"Sekarang Jeremy di mana?" Tanya Levi melihat tempat tidur itu sudah kosong.

"Tadi sih keluar." jawab Levi

"Kok ga kedengaran?" tanya Dylan.

"Belum kembali?" tanya Savannah.

Levi menggeleng. Mereka bertiga lalu pergi ke luar untuk mencari Jeremy.

Dasar pembuat masalah. batin Dylan.

Mereka bertiga pun pergi keluar dan berpencar untuk mencari Jeremy yang hilang.

Menit demi menit, detik demi detik mereka mencari Jeremy, namun tak kunjung mendapatkan hasil. Malah mereka bertiga yang tersesat dan lupa jalan pulang.

Hari mulai gelap. Kabut mulai muncul. Artinya, mereka harus cari tempat berlindung. Hawa dingin mulai terpancarkan.

Savannah melihat kesana kemari, mencari tempat berlindung. Akhirnya, ia menemukan sebuah rumah kecil yang kungkin tak berpenghuni karena terlihat seperti rumah tak terurus.

Ia berniat untuk masuk, tetapi niatnya ia urungkan akibat lampu yang tiba-tiba mati.

Ia lalu berjalan sedikit lebih jauh dan menemukan sebuah klinik. Klinik tempat ia pertama kali terbangun dari tidurnya di tempat ini. Klinik yang berada di depan pohon berdaun ungu.

"Eh, klinik ini lagi. Masuk aja deh bodo amat." kata Savannah.

Ia pun membuka pintu klinik tersebut dan mendapati Ruby sedang duduk manis.

"Heh? Kok lu bisa di sini?" tanya Savannah.

"Lupa jalan pulang. Jadi gue ke sini." jawab Ruby.

"Jadi lu dari kemarin di sini?" tanya Savannah lagi.

"Enggak. Lupa juga di mana. Tapi bukan di sini. Semakin gue jalan semakin gue lupa." jawab Ruby.

Savannah lalu mengangguk mengerti. Mereka berdua lalu menunggu sampai hari benar-benar sudah malam.

Senin, 19 November 2018

miércoles, 11 de agosto 2021

LAMBDA - INTERTWINE [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang