4. Stella & Britney

87 32 6
                                    


Budayakan vote :)

Suara kicauan burung membangunkan Stella. Gadis berambut pirang itu terbangun di atas sofa berwarna abu-abu. Mirip seperti sofa di rumah Dylan, hanya beda warnanya saja.

Ia lalu bangun dari sofa tersebut dan mulai berjalan melihat-lihat ruang tamu dari sebuah rumah tempat ia berada.

Terdapat sebuah TV, perapian, sofa, dan dua kursi kayu. Dengan ruang tamu bertembok batu bata, seperti rumah orang-orang Eropa.

Tunggu. Dua? Yang satunya inibuat apa? tanya Stella dalam hati.

Ia lalu berjalan ke arah dapur. Ia berhenti di sebuah kulkas, kemudian membukanya dan melihat isinya.

"Wah makanannya banyak banget." katanya dengan mata berbinar. Nampaknya ia merasa lapar setelah tidur panjangnya.

Ia lalu berjalan ke ruang makan, yang kebetulan bersebelahan dengan dapur. Ada sebuah meja dengan dua kursi, dan sebuah lilin yang tak menyala di hadapan masing-masing piring.

Ia masih bingung untuk apakah kursi yang satu itu. Apakah masih ada orang di sini, dan berjaga-jaga jika ada orang lain yang mengikutinya dari belakang.

Ia lalu menaiki tangga dan menemukan dua kamar tidur bersebelahan.

Ia pun masuk ke kamar sebelah kiri untuk mengecek keadaannya. Ia memilih kamar sebelah kiri terlebih dahulu karena pintunya terbuka sedikit.

Ternyata kosong. Ia pun beralih ke kamar yang satunya.

Ia mengetuk pintunya terlebih dahulu, jaga-jaga kalau ada orang lain.

Tok tok tok.

Tak ada jawaban. Ia pun langsung memasuki kamar tersebut. Rasa penasarannya menutupi rasa takutnya terhadap kamar tersebut, karena bisa saja ada yang sengaja berbuat seperti itu untuk memancing korban. Biasanya pembunuhan.

Ternyata, yang di dalam kamar terdebut adalah Britney. Ia sedang tertidur di tempat tidur yang berwarna putih.

Untung deh gue gak sendirian. batin Stella. Ia mengelus dadanya lalu duduk di sebuah kursi yang menghadap jendela.

Britney pun terbangun akibat suara pintu yang dibuka oleh Stella. Ia pun terkejut karena mendapatkan sosok Stella sedang berada di satu kamar bersama dengannya.

"Ini di mana? Mana Dylan?" tanya Britney tiba-tiba.

Stella pun terkejut karena suara dan pergerakan Britney.

"Astaga, akhirnya lu bangun." kata Stella berdiri.

Britney pun kebingungan. Ia baru saja terbangun dan tak tahu apa-apa.

"Hah?" tanyanya pada Stella sambil mengusap matanya.

"Nggak papa, santai. Tapi gue gak tau ini di mana. Gue juga terbangun di sofa lantai bawah." jelas Stella. Britney pun ternganga. Seperti mimpi saja. Ataukah ia masih bermimpi. Britney lalu menampol pipinya, memastikan bahwa ini bukan mimpi, dan ternyata bukan. Mana pipinya sakit kena tampol diri sendiri.

"Eh, sini. Coba lu lihat ke luar jendela." ajak Stella. Britney langsung bangun dari tempat tidurnya dan beranjak pergi ke jendela tempat Stella berada.

Betapa terkejutnya Britney. Ia melihat sebuah pohon berwarna ungu, dengan kayu berwarna merah muda.

"Keluar, yuk." ajak Britney. Ia sangat penasaran terhadap pohon tersebut. Karena di dunia nyata, pohon seperti itu pasti mustahil untuk dijumpai.

Mereka berdua turun ke lantai bawah dan keluar untuk menghampiri pohon tersebut.

"Astaga, pohon apa nih?" tanya Stella sambil memandangi pohon berwarna-warni tersebut. Indah namun aneh.

"Lebih anehnya lagi, ada klinik di situ." Britney menunjuk ke arah jarum jam sebelas. Klinik itu terletak persis di seberang rumah yang mereka tempati tadi. Jaraknya yang lumayan jauh dan kabut yang menutupi pandangan membuat klinik itu tidak terlihat. Meskipun ada kabut, warna pohon itu sangat mencolok sehingga mustahil untuk diabaikan.

Stella pun mengikuti arah telunjuk Britney, dan juga terkejut. Dan, benar apa kata Britney.

"Lah iya ya. Untuk apa ada klinik di sini? Emang ada orang lain?" tanya Stella kebingungan.

"Eh tunggu. Kalau ada klinik pasti ada dokter atau perawatnya. Kayaknya ada orang deh. Ayo, coba lihat!" ajak Britney, Stella hanya mengikuti saja karena tidak ingin ditinggal sendirian.

Namun, belum saja mereka sampai, tiba-tiba suara muncul dari tiang-tiang jalanan.

"Permainan telah dihidupkan. Masing-masing peran mempunyai lima nyawa. Manfaatkanlah waktu kalian sebisa mungkin." kata suara itu.

"Astaga... itu suara Zee!" kata Stella terkejut.

Dan sesaat kemudian, sebuah gelang muncul di pergelangan tangan mereka.

"Loh?" tanya Stella sambil menunjuk gelang yang mereka pakai.

"Hadeh, cobaan macam apa lagi ini?" tanya Britney sok dramatis.

"Sebaiknya kita jangan ke klinik dulu. Kita pergi sejauh mungkin dari tempat ini. Tapi hafal saja jalannya." kata Stella.

"Hafal pohonnya aja." kata Britney, karena hanya ada satu pohon aneh di sekitar sana.

Mereka lalu pergi dengan cepat. Mereka tak sadar ada sebuah bayangan yang lewat di belakang mereka.

Minggu, 18 November 2018

martes, 10 de agosto 2021

LAMBDA - INTERTWINE [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang