25. Amnesia

42 6 16
                                    

Budayakan vote:)

Kepala Cavy sangat pusing sehabis pandangannya berubah menjadi putih. Beberapa kali ia mengerjapkan matanya dan akhirnya ada objek lain yang mumcul selain warna putih.

"Eh di mana ini?" gumam Cavy, seakan belum sadar total sehabis pindah dunia.

"Hmm temboknya, eh ini kan rumahnya Dylan." kata Cavy setelah tersadar bahwa ia tengah berada di dalam playroom milik Dylan, tempat terakhir di mana dia berada di bumi sebelum pindah dunia saat itu.

"Eh, Zee." kata Cavy setelah menemukan kepala Zee tergeletak di atas kakinya. Pantas saja kakinya terasa agak kram.

"Aduh pala gue pusing." kata Dylan sambil memegang kepalanya. Cavy langsung berbalik karena kaget mendengar suara lain.

"ADOOOH." pekik Levi saat kepalanya terkena kaki meja. Dylan dan Cavy langsung menoleh ke asal suara.

"Eh kita habis ngapain sih? Kok pada teler semua?" tanya Levi menujuk semua yang masih belum tersadar.

"Gue gatau apa-apa." kata Cavy mengangkat kedua tangannya, berkata jujur. Sehabis kejadian, pandangannya berubah putih dan ia tak bisa ingat apa-apa saja kejadian sebelum itu.

"Kita tunggu aja mereka bangun."

Satu-persatu dari ketujuh orang itu bangun. Yang pertama itu Stella, lalu Ruby, Jeremy, Kate, Zee, Bryan, dan yang terakhir Britney. Sepertinya Britney paling susah bangun karena posisinya paling nyaman.

Benar sekali, tertidur di atas bantal.

Pantas saja bangunnya lama.

"Aduh burem." kaya Britney sambil meraba-raba sekeliling. Cavy dan Stella spontan memberikan gelas berisi air pada Britney. Mereka semua sudah minum segelas air setelah bangun.

"Apa yang terjadi, sih? Kenapa gue ga bisa ingat apa-apa?" tanya Britney pada kesembilan sahabatnya yang kini duduk berjejer di depannya.

"Gue juga ga inget apa-apa. Bangun-bangun pala gue sakit." kata Dylan.

"Lu semua tidur tadi cuy." kata Levi.

"Elu juga, gue yang pertama bangun. Bangun-bangun kaki kram tau-taunya ditidurin sama Zee." kata Cavy menunjuk Zee. Yang ditunjuk hanya nyengir kuda karena memang tadi dia tadi tiduran di kaki Cavy. Cavy harus menunggu agak lama hingga Zee tersadar lalu berdiri.

"Hehehe sorry."

"Tapi serius tadi kita ngapain?" tanya Kate.

"Sabar, gue coba tanya Derek." kata Dylan lalu bangkit berdiri, lalu kemudian terdiam. "Eh, Derek udah pulang belum?" ia tiba-tiba teringat bahwa Derek pamot pergi ke Mall bersama teman-temannya jadi ia memanggil kesembilan sahabatnya ini untuk berkumpul.

"Cari aja, teriak kek."

"DEREEEEEEEK!" Dylan mengeluarkan suaranya yang sangat membahana pada walkie-talkie yang terhubung ke kamar Derek sampai-sampai semua orang yang ada di dalam playroom kecuali dirinya itu menutup telinga mereka.

"APAAAAAAAA?" sahut Derek dari walkie-talkienya.

"TURUN DULU SINI." perintah Dylan. Derek pun segera turun dan masuk ke dalam playroom.

"Kita ini sebenarnya habis ngapain, sih?" tanya Dylan pada Derek. Derek spontan terkejut, pasalnya mereka tidak ada dalam sini beberapa saat yang lalu.

"Lah? Mana gue tau. Kaga jelas lu." kata Derek sambil menggaruk kepalanya bingung.

"Lah serius dong." Zee berkata dengan raut wajah serius.

"Ih beneran, kak Zee. Gue gatau apa-apa." Derek diam sebentar. "Tapi kayaknya lima menit lalu kalian ga ada di sini." lanjut Derek yang membuat kesepuluh pasang mata sukses membelalak.

Sebenarnya apa yang telah terjadi?

"Beneran?" tanya Dylan memastikan.

"Iya beneran astaga, udah deh gue mau lanjut main lagi nanti team gue marah-marah. Bye-bye." pamit Derek dan segera naik ke atas lagi.

Zee dan Dylan kembali pada kedelapan orang yang kini berganti formasi menjadi melingkar. Mereka berdua duduk di celah untuk mengisi kekosongan.

"Eh, iya. Kita di sini kan mau main Werewolf." kata Levi tiba-tiba mengingat.

"Oh iya, kan lu baru beli kartu." kata Kate menunjuk Dylan. Dylan mengerutkan dahinya, lalu kemudian mengingat hal serupa.

"Eh iya, bentar. Gue ambil dulu." arah pandang mereka mengikuti Dylan yang tengah mengambil kartu di sebuah rak khusus benda-benda kecil.

"Eh btw bagus bonekanya." Cavy menunjuk sebuah boneka serigala yang terletak di samping kartu sebelum Dylan mengambilnya.

"Thanks." balas Dylan lalu mengambil sembilan kartu yang isinya satu werewolf, satu cenayang, dua healer, satu anak malang, satu sniper, dan tiga warga desa biasa.

"Yuk main, gue jadi moderator kayak biasanya." kata Zee sambil mengacak susunan kartu-kartunya.

Akhirnya, mereka main werewolf seperti rencana sebelumnya sampai teman mereka Luna tiba dari bandara dan ikut bermain dengan mereka, dan tidak menyadari bahwa boneka werewolf itu tersenyum melihat mereka bermain.

Perlahan tapi pasti, mereka akan mengingat lagi peristiwa itu.

Minggu, 14 Juni 2020. Akhirnya selesai astaga terharu😭. Terima kasih yang sudah membaca cerita ini dari awal sampai tamat. Terima kasih juga buat LAMBDA (udah ada Charlie) yang menjadi tokoh dari cerita ini aku sayang kalian semua <3

miércoles, 11 de agosto 2021

LAMBDA - INTERTWINE [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang