Bab 18 Pengakuan Rio

3.4K 110 0
                                    


            Aku mulai memahami perasaan Dani, dia melakukan semuanya hanya karena rasa cintanya pada Ovi, rasa cinta yang salah dengan melakukan segala cara, akupun meminta Dani agar bisa membahagiakan Ovi.

           "Dani... aku janji tidak akan membalas sms Ovi dan mengangkat teleponnya, aku hanya minta satu, bahagiakan Ovi dan Yolan, kamu harus sabar menghadapi Ovi," pintaku pada Dani.

           "Terimakasih Rio, aku janji akan menjaga mereka, aku minta maaf sudah mencurigaimu, aku tidak tahu lagi pada siapa aku mengadu," jawab Dani dengan sedih.

           "Apakah Ibumu masih tinggal di Desa?" tanyaku pada Dani.

           "Apa? desa? kamu tahu Ibuku di Desa? apa kamu mengenal Ibuku?" tanya Dani.

           Aku terdiam, apakah aku perlu mengatakan pada Dani bahwa aku adalah Rio anak gendut yang selalu menjadi bahan ejekan teman-temanku saat masih SMP, Dani memandangiku dengan heran.

          "Rio? apa kamu mengenal Ibuku?" tanya Dani penasaran.

          "Tidak, aku tidak mengenal Ibumu, aku hanya tahu kamu pernah tinggal di Desa itu, karena aku pernah tinggal di desa itu bersama Budeku", jawabku.

          "Jadi kamu pernah tinggal di Desa itu? aku jadi rindu Desa itu, Ibuku di makamkan di sana, ingin sekali aku ke sana nyekar ke makam Ibuku," ucap Dani matanya mulai berkaca-kaca mengingat Almarhum Ibunya.

          "Jadi ibumu telah wafat? maaf aku tidak bermaksud mengingatkanmu untuk jadi sedih, sejujurnya akupun ingin sekali ke Desa itu, aku kangen Budeku," ucapku.

           "Benarkah? bagaimana kalau akhir liburan panjang kita ke sana, Rio?" ajak Dani.

           "Boleh, aku setuju, liburan kita ke sana," balasku senang.

          Dani pamit pulang setelah kita banyak bicara, mendengar kematian Ibunya, aku semakin tidak tega pada Dani, sedangkan Ovi terus saja menghubungiku, dan saat aku pulang, Ovi sudah berada di depan rumahku.

           "Aku ingin bicara Rio!" sapa Ovi begitu keras.

           "Ada apa Vi? kenapa kamu ada di sini? tidak baik jika di lihat orang, kamu sudah bersuami Vi!" jawabku tegas.

           "Cukup Rio! aku kecewa sekali! tega kamu membiarkan aku menikah dengan orang yang tidak aku cintai! kamu jahat Rio!" ucap Ovi membentak.

           Aku pegang ponselku dan aku kirim sms pada Dani tanpa sepengetahuan Ovi, aku tidak mau dia salah paham lagi.

          "Dani, tolong jemput Ovi, dia ada di depan rumahku," tulis pesanku melalui sms.

           Aku masukkan kembali ponselku, aku masih melihat Ovi marah, aku mencoba menenangkannya.

          "Vi, sekarang sedang hamil, kamu tidak boleh marah-marah terus seperti ini," bujukku.

          "Cukup Rio! kamu masih mencintaiku atau tidak, aku akan tetap menceraikan Dani!" ucap Ovi marah.

          Beberapa menit lewat Dani datang dan langsung menghampiri Ovi.

          "Sayang, ayo kita pulang," ajak Dani pada Ovi.

         "Oh, jadi kamu tahu aku di sini? pasti diberitahu Rio, kan? kalian memang jahat!" ucap Ovi semakin marah.

         "Tenang Vi, tenanglah, bukankah kalian dari dulu saling mencintai dan bercinta di gedung itu, kenapa kamu membenci Dani, apa hanya karena dia anak pembantu? itu tidak adil Vi," ucapku menenangkan Ovi.

          Dani dan Ovi terkejut dengan ucapanku, hari itu juga aku terpaksa jujur bahwa aku adalah Rio anak gendut.

         "Maaf, selama ini aku tidak jujur pada kalian, sebenarnya aku adalah Rio, yang pernah kalian hina, Rio anak gendut teman SMP kalian," ucapku terpaksa.

 ***

Petaka Cinta Di Gedung Tua (part 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang