Bab 22 Kematian Ovi membuat Rio syok

3.6K 117 0
                                    


            Kami berjalan keluar dari gedung tua, sangat beda sekali suasananya, kami dihadang mahluk-mahluk halus yang sangat aneh. Dani langsung Takbir dan berjalan dengan cepat, sampai di sisi jalan, Dani menurunkan Ovi dari gendongannya.

           "Rio, aku pinjam senternya, aku ambil mobil dulu, kamu di sini tunggu aku, kita harus cepat-cepat membawa Ovi ke Rumah sakit," pinta Dani.

          "Apa? aku di tinggal sendiri di sini? aku saja yang ambil mobil, kamu suaminya, harusnya kamu yang menunggu di sini bersama Ovi," jawabku protes.

          "Sudah Rio, jangan banyak bicara, akan buang waktu, aku pergi dulu", ucap Dani.

          Dani langsung lari sambil membawa senter, aku tidak mengerti jalan pikirannya, kenapa dia tidak mau menunggui Ovi.

         "Rio... " suara Ovi memanggil.

         "Ya Vi, kamu sudah sadar?" jawabku.

         "Rio, jangan bawa aku ke Rumah sakit, bawa aku pulang dan nikahi aku sesuai janjimu Rio," pinta Ovi.

         "Vi, tenanglah, jangan banyak bicara dulu ya? kamu keguguran, harus di tangani Dokter Vi," ucapku menenangkan Ovi.

          Aku tidak tega Ovi dibaringkan di sisi jalan, aku angkat kepalanya dan aku rebahkan di pahaku, wajahnya sangat pucat, aku tidak tega melihatnya.

          "Rio, apa kamu mencintaiku?" tanya Ovi pelan.

          "Iya Vi, tapi kamu harus sadar, kamu sudah punya suami, Vi!" jawabku.

          "Rio, aku tunggu janjimu untuk menikahiku, aku tunggu Rio," pinta Ovi.

          Mata Ovi terpejam, udara semakin dingin menusuk pori-poriku, aku pandangi wajah Ovi, entah kenapa hatiku merasakan sakit dan sedih melihat wajahnya, jantungku berdebar sangat kencang, Danipun datang membawa mobil, dan langsung memerintahkan aku membawa Ovi masuk, aku langsung marah pada Dani.

          "Aku heran, Ovi ini istrimu! tapi kenapa kamu memilih mengendarai mobil, Dani!" tanyaku marah.

          "Maaf Rio, aku tidak sanggup lihat darah, maafkan aku Rio," jawab Dani mengelak.

           Kami menuju Rumah sakit, aku pegang tangan Ovi sangat dingin, sampai di Rumah sakit, kami membawa Ovi ke UGD, Dokter langsung menangani, dan kembali dalam lima menit.

           "Maaf mana suami pasien yang baru saja masuk UGD?" tanya Dokter.

           "Aku, Dok!" jawab Dani.

           "Maaf Pak, terlambat membawa pasien, dia sudah meninggal beberapa jam lalu karena kehabisan banyak darah," ucap Dokter.

           "Apa?" kami menjawab sangat terkejut.

           "Ya, maaf! kami hanya bisa membantu membersihkan darahnya saja, selanjutnya silahkan di urus Administrasinya, sebentar lagi sudah selesai," ucap Dokter.

           Kami terduduk dan lemas, kami tidak menyangka Ovi telah pergi, aku tidak percaya Ovi sudah meninggal beberapa jam lalu, Ovi masih sempat mengajakku bicara. Dani langsung menghubungi keluarga Ovi.

           Aku beranikan masuk ke ruangan Ovi dibaringkan, aku meminta ijin pada Suster agar mengijinkan aku melihat wajah Ovi, pelan-pelan aku buka penutup wajahnya, tak terasa air mataku mengalir memandang wajahnya yang cantik dan pucat, Ovi langsung membuka matanya.

           "Rio, aku ingin pulang dan menikah denganmu Rio," pinta Ovi.

           "Vi? kamu masih hidup, Vi?" tanyaku terkejut.

           "Aku akan selalu hidup untukmu Rio, aku tunggu janjimu Rio," jawab Ovi sangat pelan.

           "Tapi Vi?" ucapku ragu.

           Belum sempat Ovi menjawab, Suster langsung menutup kain dan membungkus Ovi.

           "Tunggu Suster! kenapa dia di bungkus? dia masih hidup Suster!" tanyaku heran.

          "Maaf Pak, dia sudah meninggal, aku hanya menjalankan perintah Dokter, agar segera di bungkus kain, supaya malam ini bisa di bawa ke rumah kediamannya," jawab Suster.

          "Tidak! tolong buka! dia masih hidup, barusan dia bicara denganku!" pintuku dengan tegas.

           Suster kebingungan dan memanggil Dokter, Dani menghampiriku.

          "Rio, ada apa kamu teriak sampai terdengar dari luar?" tanya Dani heran.

          "Ovi masih hidup Dani! istrimu masih hidup, tapi Suster itu bilang, Ovi sudah meninggal dan ingin membungkus Ovi!" jawabku cemas.

           Dani kebingungan, Dani mendekati Ovi yang tertidur, Dokter masuk ruangan dan memeriksa Ovi, Dokter langsung memberitahu kami.

          "Maaf, pasien ini sudah meninggal, jika tidak percaya silahkan bawa ke Rumah sakit yang lain," ucap Dokter tegas.

          "Tapi Dok, barusan dia bicara Dok," jawabku.

          "Maaf, mungkin itu hanya halusinasi Bapak, pasien ini sudah meninggal saat di bawa ke Rumah sakit," ucap Dokter meyakinkan aku.

          Aku dekati Ovi, aku pegang pergelangan tangannya, aku raba urat nadinya tidak ada denyut sama sekali, jarinya masih memakai cincin pemberianku. Diam-diam aku melepaskan cincin Ovi yang masih melingkar di jarinya, aku ambil untuk kenang-kenangan terakhir.

 ***

Petaka Cinta Di Gedung Tua (part 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang