BAB II Perjodohan

107 7 0
                                    


Pasti sulit untuk Sarah melihat suami yang sangat dicintai sakit parah. Bahkan hingga membuat Khanza ikut sedih saat memeperhatikan mereka. Tepukan pelan dibahu Khanza membuat ia menoleh. Ia tidak sadar dengan kehadiran Haikal disana.

"Erzanya mana?"

"Lagi ke toilet, kak."

"Mama titip ini buat Erza dan tante Sarah sarapan, tolong lo kasihin ya." Haikal memberikan plastik berisi dua kotak makan.

"Yaudah gue ke ruangan praktek dulu." Haikal mengelus kepala adiknya.

Khanza hanya mengangguk.

Seorang suster dan dokter datang hampir bersamaan dengan kembalinya Erza dari toilet. Mereka datang untuk memeriksa kondisi pasien. Sarah pun diminta untuk menunggu di luar ruangan, selama pemeriksaan. Khanza pun memberikan makanan yang tadi di bawa Haikal.

"Mendingan Tante sarah sama Erza sarapan dulu aja, kalian kan belum makan dari semalam."

"Tante nggak laper Khan." Tolak Sarah.

"Walaupun tante nggak laper, tante tetep harus makan suapaya punya tenaga buat jagain om Haris."

"Iya mi Khanza bener. Mami makan dulu ya sama Erza."

Sarah pun akhirnya mau untuk makan, walaupun dengan terpaksa. Karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan dan juga jadwal rapat yang harus ia hadiri. Khanza pamit untuk pergi dahulu, walaupun sebenarnya ia enggan untuk pergi, tapi ia punya tanggung jawab pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan. Erza dan Sarah pun mempersihlakan Khanza untuk pergi. Mereka merasa sangat berterima kasih karena Khanza sudah ikut menemani di rumah sakit. Khanza pun berjanji akan segera kembali kerumah sakit bila pekerjaannya sudah selesai.

****

Selama beberapa hari ini Khanza terus menyempatkan waktu untuk menjenguk Haris di rumah sakit. Seperti saat ini ia baru saja tiba dirumah sakit. Ia sedikit terkejut ketika melihat kedua orangtuanya, Sarah, Erza, Keisya dan Reza –suaminya Keisya berada disana. Mereka terlihat sedang bebicara dengan serius diluar ruang inap. Haris sudah di pindah ke ruang inap kemarin, karena kondirinya sudah mulai stabil. Semua mata menatap ke arah Khanza begitu menyadari kehadirannya gadis itu. Sementara orang yang ditatap hanya mengerutkan dahinya.

"Kenapa kalian menatap ku seperti itu?"

"Sebaiknya kita bicara diruangan saya." Irwin menatap kearah Sarah dan Lia.

"Apa terjadi sesuatu?" Khanza semakin khawatir karena tak mendapat jawaban.

Khanza di rangkul Lia supaya ikut keruang kerja Irwin. Sarah dan Erza juga ikut bersama mereka. Sedangkan Reza dan Keisya ditinggal untuk menjaga Haris bila dokter sudah selesai memeriksa.

Wajah mereka semua terlihat sangat tegang begitu juga dengan Erza. Ia bahkan tidak menoleh sedikit pun kearah Khanza selama perjalanan menuju ruangan kerja Irwin. Di dalam ruangan kerja Irwin pun, ia duduk berjauhan dari Khanza.

Irwin orang pertama yang buka suara. Ia mulai menjelaskan kepada anaknya tentang keadaan Haris, yang menurut dokter harus segera menjalankan operasi. Sayangnya pria itu mau dioperasi dengan satu syarat. Sarah kembali tak kuasa menahan tangis menginat kondisi suaminya.

"Om Haris baru mau dioperasi kalau kamu sama Erza bersedia untuk dijodohkan." Khanza terbelalak mendengar ucapan Irwin. "Iya takut kalau operasinya gagal dan belum sempat melihat anak laki-lakinya menikah." Lanjutnya.

Kalau tidak dalam kondisi seperti ini. Khaza pasti akan langsung menolaknya dengan tegas. Bagaimana mungkin ia dijodohkan dengan sahabatnya sendiri? Tapi situasi saat ini membuatnya hanya bisa terdiam. Keputusannya berhubungan dengan nyawa orang yang bahkan sudah dianggapnya seperti orangtuanya sendiri. Ia juga tidak ingin membuat keluarga Erza semakin sedih.

Still You Are My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang