Maaf baru muncul lagi, soalnya aku habis sakit dan lagi banyak banget urusan jadi baru sempet lagi.
Selamat membaca...Hari ini Khanza akan berangkat ke luar kota untuk beberapa hari, menjalankan tugasnya sebagai relawan kemanusiaan. Sejak setahun belakangan Khanza memang aktif sebagai relawan. Ia sering terjun langsung kelapangan untuk membantu korban-korban bencana atau menjalankan program kemanusiaan lainnya.
Karena keberangkatannya mendadak ia ingin memberi tahukan Erza melalui sambungan telpon. Namun sepertinya Erza sedang sibuk, ia tidak mengangkat telponnya, jadi terpaksa Khanza memberitahukannya melalui pesan WA.
Setelah semua barang bawaannya siap, Khanza segera bergegas pergi. Ia berangkat bersama dengan Ray dan dua relawan lainnya. Mereka hanya pergi berempat karena sebagaian besar relawan sudah berangkat kemarin, begitu terjadi bencana banjir dan tanah longsor di daerah Jawa Barat. Karena mereka akan berangkat dengan satu mobil, mobil Ray. Mereka memutuskan untuk berkumpul di salah satu cafe.
Begitu keluar dari apartemen Khanza langsung naik kedalam taxi yang tadi sudah dipesannya. Ia memberitahukan lokasi tujuan kepada supir taxi. Tidak terlalu jauh memang mungkin hanya sekitar lima belas menit dari apartemen Erza. Khanza kembali mengecek ponselnya, belum ada balasan dari Erza. Ia malah mendapatkan beberapa pesan dari Ray.
From Ray: Mau aku jemput?
From Ray: Kamu sudah berangkat?
To Ray: Tidak perlu, aku sudah di jalan.
Setelah mengetikan balasan pesan Ray, Khanza kembali memasukan ponselnya kedalam saku jaket yang ia kenakan.
Saat ia tiba di cafe tujuannya, disana sudah ada Amanda dan juga Moza, dua relawan yang akan berangkat bersamanya dan Ray. Tak lama setelah kedatangan Khanza, Ray tiba.
"Kita berangkat sekarang?" Tanya Ray begitu ia tiba di meja tempat Khanza dan yang lainnya berkumpul.
"Kamu nggak mau pesen makan atau minum dulu?" Tanya Khanza.
"Ini udah cukup." Ray mengambil gelas minuman Khanza yang baru diminum sedikit oleh pemiliknya.
Khanza hanya tersenyum, membiarkannya. Sejak kenal dan dekat dengan Ray hampir setahun belakangan, hubungan mereka memang sudah sangat akrab. Khanza sudah menganggap Ray sebagai sahabatnya sendiri. Jadi ia tidak sungkan untuk berbagi makanan dengan Ray. Awal mereka saling kenal juga karena bergabung menjadi relawan di organisasi yang sama.
"Yaudah jalan sekarang yuk!" Ajak Moza.
Setelah Moza membayar minuman yang mereka pesan. Mereka segera berangkat, supaya bisa tiba disana saat hari masih terang. Karena setelah bencana banjir dan longsor terjadi pemadaman listrik, yang membuat lokasi gelap karena minimnya pencahayaan. Khanza duduk di sisi kiri bangku kemudi, sedangkan Amanda dan Moza duduk di bangku penumpang belakang. Barang bawaan mereka dan beberapa barang sumbangan yang dibutuhkan korban juga sudah tertata rapih di bagasi mobil.
Ponsel Khanza berdering, begitu mereka baru memulai perjalanan. Erza. Nama yang tertera dilayar ponsel milihnya. Khanza langsung menerimanya.
"Lo mau pergi? Berapa lama? Bukannya disana masih rawan terjadi longsor susulan?" Cecar Erza, bahkan tanpa penyapa terlebih dahulu.
"Hei, santai bro. Gue cuma pergi dua atau tiga hari. Lagian disana gua akan ada di area pengungsian, jadi aman. Tenang aja, oke? " Ucap Khanza santai.
"Terus kalau gue kangen gimana?"
"Apaan sih lo Za?" Sewot Khanza. "Eh tapi kok suara lo kaya orang lagi flu sih, perasaan tadi pagi nggak kenapa-napa?"
Cuaca beberapa hari belakangan ini memang sedang kacau, tiba-tiba hujan lebat seharian, lalu dihari berikutnya berubah menjadi panas, atau sejak pagi panas tiba-tiba huja lebat saat malam hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still You Are My Love
RomanceSebelumnya Khanza tidak pernah membayangkan untuk menikah, terlebih dengan pria yang sudah menjadi sahabatnya hampir dua puluh tahun. Hingga orangtua mereka berharap mereka dapat terus bersatu dalam hubungan yang lebih serius, pernikahan. Situasi t...