Menutup Luka

2.6K 108 1
                                    

Beberapa kali aku mendengar ponselku berdering. Aku hanya duduk di sudut  kamar sambil memeluk lututku.
Betapa menyedihkannya aku saat ini.

"Maafkan aku yah" lirihku.

Aku hanya menghela nafas kasar.
Memandang kembali langit-langit kamar yang gelap.
Tepat di umur 21 tahun orang yang aku cintai , orang yang aku sayangi dan bahkan orang yang sudah aku berikan seluruh hidupku padanya meminta cerai padaku dan bahkan konyolnya kami menikah saat umurku baru menginjak 20 tahun.

Aku bahkan tak heran jika ada yang menertawakanku saat ini.

Kadang aku selalu berpikir apalah arti pernikahan jika perceraian masih ada.
Apalah arti cinta bahkan menikah pun bukanlah suatu ikatan selamanya.

Dan sekarang takdirku yang hanya setahun baginya bisa dengan mudahnya dia berpaling dengan wanita lain.

Ah.. remuknya aku saat ini.

Aku masih sangat mengingatnya di ulang tahun nya yang ke 23 dia mengatakan telah membagi perhatian nya ke wanita lain.

Menjijikkan nya dia menunjukkan betapa baik hatinya wanita menyedihkan itu mengirimkan bukti transfer sejumlah uang yang bahkan tak seberapa di banding gajiku saat aku bekerja selama sebulan.

"Murahan"

Laki-laki yang aku pacari selama 2 tahun dan hidup bersamaku selama 1 tahun tak lebih rendah dari pelacur.

Entah apa yang merasuki otaknya.

Kalian jangan bertanya apa yang sudah aku lakukan.
Berkali-kali aku berusaha mempertahankan hubungan ini. Dan berkali-kali juga rasa sakit yang aku terima. Hingga hari  di mana aku di usir olehnya tiba.
Bajingan itu memaki ku , mengataiku sebagai istri yang tidak baik yang hanya bisa marah-marah dan melempariku uang 10rb untuk ongkos pergi.

"Sigh"

Bahkan uang di dompetku lebih dari itu.
Ingin aku membalas ucapan nya. Istri gila mana yang tidak ingin bertengkar dengan nya yang dengan bangga mengakui dirinya SELINGKUH

Mertua? Ipar?

Mereka tentu membelaku. Mereka tentu membantuku tapi akhirnya aku berakhir pada satu titik dimana jika orang yang aku cintai tidak menginginkanku lagi. Aku memilih pergi untuk selamanya dari daftar kehidupan mereka.

Ini adalah penyesalan ketiga yang aku alami.

Pertama,  ibuku berpulang.

Kedua , anak yang aku nanti kehadirannya pun juga ikut di panggil-Nya.

Ketiga,  aku kehilangan dia.

Ingin mati?

Sudah tentu aku ingin mati. Orang normal mana yang tak ingin mati di beri cobaan kejam seperti ini oleh Tuhan.

Tapi Tuhan masih ingin menyiksaku mungkin?

Aku terlalu takut mati. Aku tau manusia pasti akan mati. Terpikir di benakku setidaknya aku masih memilik ayah dan seorang adik. Walaupun hubungan kami setelah aku menikah menjadi renggang karena beliau memang tak setuju aku menikah dengan nya. Terutama saat ayah tau dia gemar minum alkohol dan pekerjaannya bahkan belum sampai 3 bulan sudah di pecat atau dia berhenti tiba-tiba karena alasan gaji tidak cocok dan sebagainya. Ayah takut kalau dia tidak bisa menghidupiku yang notabene nya keluarga kami berkecukupan. Dia takut akan hal yang lebih buruk lagi terjadi.

MENUTUP LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang