LDR

483 52 3
                                    

Nantha POV

setelah drama sesaat yang di buat oleh dindra. aku hanya bisa tertawa walaupun sebenarnya juga sedih. lihat saja bagaimana lamanya dindra tak rela melepaskan pelukannya pada candra.

"apakah ini akan berlangsung seharian? kamu enggak takut peswatmu terbang duluan dan meninggalkanmu"

"bisakah qe sedikit baik sama aku hari ini. Candra baik-baik ya jangan baik sama dia"katanya menunjuk ke arahku.

"Dindra..."kataku menepuk-nepuk bahunya.

"apa.. jangan pegang-pegang deh"

"wih.. sombong ya"

"Candra ikut ke bali ya enggak baik lo tinggal sama dia"

"tenang kak mulai besok candra di tinggal kok sama kak nantha 10 hari"

"serius creng?"

"hu.um"

"kok qe engga ada bilang?"

"dan kamu mau menculik candra?! No.. no.. no"

"cih"

"sikap apaan itu"

"ya udah bubay ya Candra sayang. dan buat qe bye"

"oh mau ngambek-ngambekkan nih"

"enggak kok. qe hati-hati berangkatnya ya , jangan lama-lama di tinggal dede candra nya"

"kamu yang hati-hati. semoga selamat sampai tujuan ya. salam untuk keluarga mu"

"oke oke.. aku pergi"

"bye bye kak" bukan menjawab dindra malah kembali memeluk ca

ndra.

dengan susah payah aku pun terpaksa melepaskan pelukananya karena pesawat yang akan membawanya sudah beberapa kali memberikan tanda kalau akan segera berangkat.

____________________________________________________________________

"mungkin aku bakal kaya kak dindra tadi"

"hum?'

"iya .. bakal meluk kakak erat-erat dan nangis enggak rela kalau kakak beneran pergi lama"

"hanya 10 hari candra"

"iya kak" katanya yang hanya memandang keluar jendela.

kami sedang dalam perjalanan menuju apartment. aku hanya bisa menghela nafas sembari memperhatikan jalan di depanku. entah kenapa aku merasa sedih jika melihat candra yang terlihat seperti ini.

sesampainya di apartment candra membantuku mengemasi barang-barangku.

dia juga langsung menyiapkan makan malam untuk kami.

selesai makan pun dia juga yang mmbereskan semua peralatan makan dan mengusirku mandi.

parahnya selesai mandi dia masih berkutat di dapur. entah apa yang dia lakuakn sampai tangannya ikut teriris pisau.

dia meringis kesakitan. reflek aku mengambil jarinya yang terluka dan menghisapnya.

ada bulir-bulir air mata yang mentes membasahi pipinya.

jujur saja hatiku juga ikut terluka melihatnya.

aku tak mengatakan apapun hanya dengan sigap mengambil kotak P3K  membalur tangannya dengan alkohol dan mebalurnya dengan obat merah. setelahnya aku perban.

dia hanya memandangiku.

"seharusnya kakak memarahiku atau mengejekku sekarang"

"memangnya aku sejahat itu"

MENUTUP LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang