Azalea II

529 58 6
                                    

Aku hanya menghela nafasku panjang. Kami telah sampai di rumah pohon yah. Karena kalian tau tidak mungkin kami mengajak kak dindra menginap di apartment karena kamar apartment nya kecil dan sempit. Awalnya kak dindra ingin menginap di hotel saja dan kak nantha melarang. Selain pemborosan toh masih ada ruang kerja di apartment yang bisa di jadikan kamar tidur tapi aku ikut nimbrung dan menolak. Lalu memberi saran untuk kak dindra menginap di rumah pohon saja. Kak nantha sampai bertanya kembali kepada ku untuk meyakinkan apa benar aku mengijinkan kak dindra menginap di rumah pohon . dan yah dari pada nanti kita tiduran pisah-pisah dan kemungkinan kak nantha lebih memilih tiduran di ruang kerja lebih baik kan kita bertiga tidur di rumah pohon. Selain kamarnya luas juga pastinya membuat liburan kak dindra jadi lebih nyaman di sini. Aku baik kan tapi huh.. oke Baiklah untuk sementara aku percaya kalau kak dindra adalah 'teman' kak nantha. Jangan salahkan aku di sini. Di sini aku bahkan tidak pernah tau kak dindra itu siapa.

Kak nantha tak pernah bercerita tentang nya. Apalagi kak dindra sangat cantik. Benar saja apa dia selingkuhan kak nantha?

Dari segi fisik dia cukup tinggi untuk seorang wanita di tambah dengan kulit sawo matang dan dengan pelengkap senyum ramahnya.

Ah.. siapa pun pasti ingin dekat dengannya apalagi saat dia berbicara. Padahal kami baru kenal dan dia benar-benar sangat akrab denganku. Banyak topik yang kami bicarakan hingga aku sampai melupakan kehadiran kak nantha yang sudah tersenyum masam ke arah kami berdua yang sangat merasa di abaikan dari tadi.

Dia ngambek. Dan sontak saja kak dindra terus mengejeknya.

Mereka saling melempar hinaan hingga membuatku tertawa lepas di buatnya.

"diem lo tikus basah" teriak kak nantha

"sapi beranak bacot"ejek kak dindra

"lo tu yang kaya cicak sange"

"najis. Muka lo tu yang kaya lutung smile"

"berhenti engga ngatain"

"kamu tuh yang pantesnya berhenti"

"wah beneran ngajak berantem dia" kata kak nantha mulai mengambil ancang -ancang memainkan jari - jarinya yang siap menyerang kak dindra.

"ehh.. berani deket adek lo aku culik nih"katanya kak dindra yang sudah menyandera ku.

Aku hanya tertawa melihat wajah kak nantha yang panik.

"ngapain adekku yang jadi sandera. Sini jangan apa-apain dia"

"bodo amat. Yuk candra sama kak dindra aja bobonya. Dia tinggal aja tidur sendirian di kamar sebelah"

"temen apaan kamu din. Please jangan dong" rengeknya

"Candra sini kenapa. Ngelawan atau gimana gitu" kesalnya.

"udah candra biarin aja dia engga usah di ajak"kata kak dindra.

Dan langsung membuat raut wajah kak nantha tambah masam.

"kamu nurut siapa candra"kata kak nantha yang sudah cemberut.

"menurut kakak?"kataku yang ikut menggodanya.

"huffttt.. ya udah sana dah " katanya yang sudah jengkel dan beranjak pergi keluar.

"mau kemana?"

"beli makan!"katanya yang sedikit berteriak dan berjalan begitu saja melewati kami yang terkekeh melihat pipi kembungnya kak nantha yang ngalahin bakpao daging.

Aku baru kali ini melihat kak nantha seperti itu.

Aku tahu dia memang jahil tapi sekalinya dia di jahilin. Kenapa bisa seimut itu ekspresinya.

MENUTUP LUKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang