Pertama kali aku tergugah
Dalam setiap kata yang kau ucap
Bila malam tlah datang
Terkadang ingin ku tulis semua perasaanKata orang rindu itu indah
Namun bagiku ini menyiksa
Sejenak ku fikirkan untuk ku benci saja dirimu
Namun sulit ku membenciPejamkan mata bila kuingin bernafas lega
Dalam anganku aku berada disatu
persimpangan jalan yang sulit kupilihKu peluk semua indah hidupku
Hikmah yang ku rasa sangat tulus
Ada dan tiada cinta bagiku tak mengapa
Namun ada yang hilang separuh
DirikuAku mendengarkan suara seorang penyanyi perempuan di sebuah cafe milik tanteku, lagu itu rasanya sukses menusuk relung hatiku, aku menghembuskan napas pelan, jangan menangis lagi Zan! Kamu kuat.
Hari ini mama dan papa mengajakku untuk makan malam di sini, seraya memperkenalkan calon suamiku yang satu bulan lagi akan sah menjadi suamiku, dalam waktu yang begitu singkat itu bisakah aku mengenalnya dengan baik? Syukur-syukur jika ada suatu keajaiban yang bisa membuatku langsung jatuh cinta pada pandangan pertama seperti film-film yang suka aku tonton. Tetapi ini adalah kehidupan nyata, sulit sekali aku merasakan cinta pandangan pertama.
"Gimana hubungan kamu sama Dito?" Mama mengambil topik itu seraya menunggu kedatang orang yang katanya akan menjadi calom suamiku, papa sedang ketoilet, kebelet pipis. Jika dia tau mama menanyakan ini padaku dia pasti akan marah, sebenarnya kedua orang tuaku sangat benci dengan apa yang namanya pacaran!
"Aku sama Dito udah selesai ma." Aku menghirup udara sebanyak-banyaknya.
"Terus? Dito marah sama kamu?"
"Dito nggak marah sama aku, karena dia nggak pernah marah sama aku, dia selalu pengertian, meski dia harus di tinggalkan."
Mama terlihat menghela napasnya pelan. "Dia laki-laki yang baik." Gumam mama, aku mengangguk, tak lama papa kembali, katanya orang yang akan di jodohku akan sampai sekitar 15 menit lagi, saat itu rasanya jantungku bekerja lebih kencang, bolehkah aku berharap hingga ada sebuah keajaiban?
15 menit berlalu dengan cepat, seorang pria muda dengan pria berusia paruh baya telah berada di depanku, papa dan mama berdiri dari kursinya menyambut kedatangannya, aku ikut berdiri, ku tatap wajah pria yang akan di jodohkan denganku, ini seperti mimpi untukku, bagaimana bisa aku menjalani kehidupan dengan pria yang baru aku kenal hari ini, bahkan hingga detik ini aku tidak mengetahui namanya.
Kulirik mama dan papa yang tersenyum lebar melihat keberadaan mereka berdua, aku pun ikut tersenyum tipis, tipis sekali. Kami kembali duduk di kursi kami masing-masing, pria itu duduk di hadapanku, membuatku gugup seketika.
Dia datang dengan ayahnya dari cerita mama yang aku ketahui ibunya sudah tidak ada. Aku sedikit iri saat semua orang di dunia dapat melihat dan merasakan kasih sayang dari orang tua kandungnya, bukan seperti aku.
"Pasti nak Zana belum kenal dengan anak saya, kenalkan anak saya namanya Hilman." Ujar ayah pria yang bernama Hilman itu, aku mengangguk, tersenyum.
Kembali ku lirik pria itu dia menangkupkan kedua tangannya di dada, menatapku hanya beberapa detik kemudian menundukkan pandangannya, benarkah ini calon suamiku?
"Hilman itu memang sedikit pendiam, tapi kalo kamu udah kenal dekat sama dia, dia itu perhatian banget jadi kamu harus bisa memecahkan hati batunya." Jelas ayah Hilman, aku kembali mengangguk, karena sebenarnya aku pun bingung harus melakukan atau berbicara apa selain mengangguk.
"Yasudah kalo begitu kami tinggal kalian berdua agar kalian dapat berkenalan dengan lanjut, kami pindah meja sebelah." Ujar mama, awalnya aku menolak memberikan isyarat 'jangan' tetapi sepertinya mama tak mengerti, akhirnya mereka semua melangkah pergi tanpa mendengar persetujuanku dan Hilman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Cinta Memilihmu
SpiritualCinta itu seperti api, ketika api itu hidup setetes, maka dia akan membesar, menghabiskanmu.