Ikhlas, Saila. [Saquel Lelaki untuk masa depan]

2.2K 41 3
                                    

Awal sebelum masa mengenal hari-hari yang dilalui dengannya, aku suka sepi, menyendiri di rooftop sekolah atau mengurung diri di kamar, menutup mata serta hati atas suatu kenyataannya yang tidak bisa di terima diri.

Berdiri sendiri menelan kepahitan hidup, aku hanya ingin di mengerti, ingin ditemani, ingin nasehati, ingin merasa di pedulikan, bukan di anggap aneh karena suka sendiri. Allah maha baik, ketika diri tak punya harapan kembali, dia memberikan cahaya terang, mengirimkan sinar rembulan yang menerangi hari, menerangi hati agar tidak tersesat, sehingga menyesal suatu hari, namanya Aadhira Adi Candra, orang yang mengajarkan arti bersyukur walau beribu ujian menunggu ketika kita bangkit berdiri.

Pena kehidupan telah tertulis jauh-jauh hari, takdir mengantarkan diri pada apa yang telah di tentukan, semua orang datang dan pergi, yang harus aku lakukan hari ini adalah menerima takdir yang telah dituliskan.

Aku hanya meyakini satu hal, bahwa apa yang terjadi hari ini adalah yang terbaik, aku tidak bisa melakukan apa-apa atas keputusan ini, sebenarnya aku ingin melakukan sesuatu, tetapi detik berikutnya seperti ada seseorang yang menampar keras, aku tersadar aku tidak kuasa, merebut kebahagian orang lain.

Di samping seorang Ayah, aku terlihat rapuh, menangis di pangkuannya. Memang semua yang kita inginkan tidak selalu kita dapatkan, ibarat bunga dandelion yang selalu aku tiup, begitulah hatiku sekarang, hancur. Hari yangku kira akan bahagia malah membawa petaka.

"Ketika kamu meniup salah satu butir dandelion, artinya kamu telah memberikan satu kebaikan, kamu mungkin tidak menyadarinya, tetapi kamu benar-benar melakukan sebuah kebaikan saat itu. Kamu memberikan kehidupan untuk butir dandelion itu, bayangkan jika butir dandelion itu berubah menjadi bunga dandelion utuh, butir dandelionnya tertiup angin, menjadi bunga dandelion lagi, begitu seterusnya.”

Aku masih mengingat apa yang Irsyam katakan padaku, aku harap aku bisa seperti bunga dandelion, walaupun  aku hancur, tetapi aku masih memberikan kebaikan bagi banyak orang. Tiba-tiba bayangan bersama Irsyam menghampiri, jika Irsyam masih hidup, akankah dia marah pada Hira dan menguatkanku seperti 15 tahun yang lalu?

Irsyam dan Hira adalah dua orang pria yang selalu menguatkanku saat jatuh dan mereka adalah dua orang yang juga meninggalkanku sendiri, membuatku kembali terjatuh.

Irsyam adalah cahaya matahari yang menerangi hati.

Hira adalah cahaya rembulan yang menerangi hati.

Setelah mereka meninggalku, aku benar-benar terjebak dalam kegelapan, arti namaku memang sama seperti arti nama Irsyam, tetapi aku tidak bisa menyinari diri sendiri, aku butuh seseorang untuk menguatkan, mengerti, memperdulikan dan menjelaskan nilai-nilai kehidupan.

Suatu hari Hira pernah menawarkan suatu kebahagiaan yang aku yakini, akan menjadi sebuah kenyataan yang membahagiakan, tetapi hari ini aku sadar bahwa aku terlalu percaya pada Hira, aku mengutuk semua kebodohanku.

Ketahuilah aku tidak benar-benar membencinya, aku hanya kecewa dengan keputusan dan hari-hari yang di penuhi ucapan manis yang membuatku terbang, sebelum menjatuhkan.

“Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia. (Ali Bin Abi Thalib)” Daddy berkata pelan, dia mengusap kepalaku yang terbalut dengan jilbab.

“Saila benar-benar menyesal Dad.”

“Hari ini maukah kamu mendengar sebuah cerita dari Daddy?” Aku hanya mengangguk sebagai jawaban dari tawarannya. “Tapi kamu harus berjanji pada Daddy, jangan sampai dia menguasai dirimu.”

“Saila berjanji.”

Bagiku, hal yang tersulit agar dia tidak menguasai diri bukanlah trauma yang sangat parah, tetapi bagaimana aku bisa menerima apa yang terjadi di masa depan, aku takut sendiri, cahaya rembulan yang menerangi malam sunyi kini telah pergi.

***

Yang udah baca novel "Lelaki untuk masa depan" mana suaranya? Aku punya kabar gembira karena sekarang aku udah publish "Ikhlas, Saila" yang merupakan saquel Lelaki untuk masa depan, baca yaaa..

Jangan lupa untuk selalu meninggalkan jejak.

Terima kasih.

WiwitWidianti

Ketika Cinta MemilihmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang