Suara derit pintu menghentikan lamunan seorang gadis yang tengah duduk di ranjangnya dengan pandangan tertuju ke depan
"Apa kau sudah siap?" Tanya seseorang itu dengan memegang kenop pintuGadis itu menoleh,
"Eoh Ne. Aku akan keluar sebentar lagi" jawabnya"Hm baiklah. Aku akan menunggu di depan pintu. Jangan lama-lama" balas wanita paruh baya itu, lalu menutup kembali pintu itu.
"Haruskah?" Gumam Jihyo lelah, berdiri mengambil sesuatu disampingnya.
Lalu menegakkan benda itu dan menopangnya dibawah lengan.Gadis itu Park Jihyo. Ia seorang yang telah yatim piatu, bisa bertahan hidup pun karena Bibinya yang telah bersedia menanggung hidupnya.
Terlahir dengan sempurna, tapi semuanya hancur saat 15 tahun lalu. Dia dan kedua orangtuanya harus menanggung naas saat melakukan perjalanan antara Seoul dan Guri.
Kecelakaan itu membuatnya kehilangan dua permata di hidupnya dan harus hidup terbiasa dengan tongkat yang selalu berada di bawah lengannya. Berobat? Biaya dari mana? Bisa makan saja sudah sangat bersyukur.
Dan hari ini adalah Hari Pernikahannya. Pernikahan? Hal yang sama sekali belum pernah terlintas di pikirannya. Apalagi harus menikah dengan seorang yang tak dikenalnya. Dia tak mengenalnya, tak tau bagaimana bentuk rupa dan tubuhnya. Menolak? Apa dia Setega itu dengan Bibinya yang telah menghidupinya selama ini? Bibinya telah terlilit hutang dengan Ayah pria itu.
Jihyo hanya tau bahwa Ayah pria itu adalah seorang Rentenir, hanya itu yang dikatakan Bibinya. Bahkan namanya saja dia tidak tau. Dia harus rela dirinya menjadi bayaran untuk melunasi hutang Bibinya. Dan untuk melunasinya hanyalah pernikahannya dengan putra dari rentenir itu.
Ini juga karena dirinya. Bibinya telah mengurusi makan, dan pengobatannya. Mau bekerja? Kerja apa yang bisa gadis cacat sepertinya? Mau berjalan saja susah, apalagi bekerja. Mungkin dia hanya akan membuat orang semakin mengumpati kekurangannya itu.
"Bibi, aku sudah siap" ucap Jihyo setelah keluar dari kamarnya dan menghampiri Bibinya yang sudah berdiri dibalik pintu kamar yang tak lain tak bukan adalah Kim Dahyun.
Dia bukan Bibi kandung dari Jihyo. Dia hanyalah seorang pedagang kue kecil, dia bertemu Jihyo 15 tahun lalu saat wanita itu tengah celingak-celinguk di pasar dengan tongkat kayu pendek ditangannya. Entah apa yang dilakukan Jihyo pada saat itu, dan akhirnya Dahyun menghampiri dan memberikan beberapa kue jualannya pada Jihyo.
Setelah ditanya apa yang dia lakukan di tengah pasar itu Jihyo hanya menjawab dia lapar dan tidak punya tempat tinggal. Beruntunglah Kim Dahyun seorang janda yang baik, ia mengajak Jihyo untuk tinggal di rumahnya dan itu berlangsung sampai sekarang. Kim Dahyun yang mengurusinya, mengurus pengobatannya, membelikan dia tongkat, makannya dan semua itu Jihyo balas dengan ini, Sebuah Pernikahan, untuk membayar utang Bibinya, Kim Dahyun.
Setelah kecelakaan itu, Jihyo benar-benar tak tau harus berbuat apa. Orang tuanya adalah Pemilik Perusaahan Travel yang memang besar di Seoul.
Dia ingin pulang ke rumahnya, dan mengabari tentang kecelakaan itu kepada karyawan Orang tuanya, tapi dia tak ingat dimana rumahnya dan karena kesedihan yang begitu dalam, dia tak bisa berpikir harus berbuat apa, hingga setelah beberapa Minggu berlalu, dia di temukan oleh Kim Dahyun di pasar itu.
Dan dia tak tau apakah Perusaahan Ayahnya masih berjalan atau tidak, dia tidak memikirkan hal lain kecuali hidupnya, dan dia berpikir akan mencari tahunya nanti.
"Kau cantik Jihyo" puji wanita paruh baya itu yang tak lain dan tak bukan adalah Bibinya. Kim Dahyun.
Jihyo hanya tersenyum. Cantik? Aah pasti Bibinya hanya ingin menghiburnya. Mana mungkin gadis cacat seperti nya cantik? Apalagi hanya gaun putih sederhana yang menutupi tubuhnya, dan menurutnya itu biasa saja. Kenapa dia hanya memakai gaun sederhana saja di hari pernikahannya? Apalagi dengan Putra dari Rentenir yang kaya raya? Heol! Apa rentenir itu bodoh?
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Go
FanfictionTerkadang cinta itu tak selalu dihiasi dengan kebahagiaan. Lantas bagaimana jadinya jika dalam dunia pernikahan hanya satu orang yang mendirikan tiang cinta? Akankan tiang itu berdiri kokoh walau hanya sebatang? Silahkan dibaca jika penasaran. Enjo...