Happy Reading ~
Beberapa hari telah berlalu, Jihyo dan Chanyeol sudah masuk ke dalam suasana yang bagus. Banyak yang sudah mereka ceritakan tentang semua yang terjadi saat Tuhan memisahkan mereka.
Jika ditimbang-timbang, waktu untuk bercerita tentang segalanya memang tidak akan pernah cukup. Makanya kedua insan itu memilih untuk tidak terlalu terpaku pada kelamnya kelabu masalalu. Mereka akan mengungkit, hanya jika diperlukan.
Saat ini sudah menunjukkan pukul 14.35 waktu setempat, Jihyo masih disibukkan dengan berkas yang menggunung dimeja kerjanya.
Tandatangan sini, tandatangan situ. Itulah kegiatannya selama kurang lebih 25 menit ini. Hingga tumpukan terakhir telah tiba, wanita itu merenggangkan sejenak tubuhnya. Berjalan menuju dinding kaca yang terpasang apik, menampilkan suasana kota Seoul yang tak lama lagi akan memasuki musim dingin.
Iris hazel itu masih setia memandangi aktivitas padat dibawah gedung kantornya.
Dia berdiri dengan tangan yang dilipat didada. Pikirannya melayang entah kemana, seperti dibawa oleh layang-layang yang dimainkan di tepi pantai.Jika dilihat lama-lama Jihyo sudah seperti orang yang tidak waras. Bagaimana tidak, sesekali material basah itu tersenyum, tetapi beberapa detik kemudian kembali ke bentuk semula.
Dan sampai saat ini juga kita tidak tau, kemanakan pikirannya berlayar.Setelah sekian lama, Jihyo membuyarkan lamunan petangnya, membalikkan badannya dan berjalan kembali ke meja kerjanya.
Dia meraih benda pipih yang tergeletak di mejanya, tampak sibuk mendail nomor seseorang.
“Ke ruangan ku sekarang” singkat padat dan jelas. Kalimat pendek itu terdengar seperti perintah.
Selang beberapa menit, suara ketukan pintu membuatnya mengalihkan perhatian dari memandang ponsel pintar itu ke-- arah pintu.
“Cepat sekali” gumamnya. “Masuklah, aku tidak mengunci pintunya” kemudian menyuruh seseorang dibalik pintu sana untuk masuk kedalam.
Tampil sosok wanita berkulit putih susu “Kenapa Nona?” sarkasnya langsung.
“Aku tidak memanggilmu sebagai karyawan ku” hazel itu mengalihkan perhatian. “Duduklah Nayeon” sambungnya.
“Kenapa Ji?” tanya wanita yang diketahui Nayeon itu. Mengambil alih duduk dikursi, berseberangan dengan Jihyo.
Jihyo melirik Nayeon “Kurasa kita harus menyambut anggota baru kita”
Nayeon mengernyit, belum memahami apa yang dimaksud oleh wanita didepannya itu “Menyambut anggota baru?” tanyanya “Aku tidak mengerti”
“Kim Yerim, dia anggota baru kita. Kabid pula” jawab Jihyo cepat.
Sekarang Nayeon sudah mengerti. Tapi tunggu. Apa Jihyo bilang? Menyambut Kim Yerim? Dia bercanda 'kan? Kenapa? Pasalnya, selama bekerja dengan Jihyo, Nayeon belum pernah diajak oleh Jihyo untuk mengadakan pesta penyambutan, walaupun Kabid.
“Apa tak berlebihan?” hanya itu yang bisa ditanya Nayeon. Di satu sisi dia ingin bertanya lain dan bahkan dia bisa saja menggebrak meja ini karena saking terkejutnya dengan keputusan Jihyo. Tapi disisi lain dia sangat lelah hingga tak mampu melakukan itu. Uuh Nayeon yang malang ~
Jihyo mengedikkan bahunya santai “Tidak. Kau yang atur” berdiri dari duduknya. “Aku akan melihat proses pembuatan gaun John Yuri” berlalu meninggalkan Nayeon yang masih mematung dikursi. Tak percaya dengan peristiwa yang dialaminya barusan.
~Chapter 11~
“John, kau terlihat sangat menyedihkan” ujar Chanyeol pada Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Go
FanfictionTerkadang cinta itu tak selalu dihiasi dengan kebahagiaan. Lantas bagaimana jadinya jika dalam dunia pernikahan hanya satu orang yang mendirikan tiang cinta? Akankan tiang itu berdiri kokoh walau hanya sebatang? Silahkan dibaca jika penasaran. Enjo...