SATU || Kisah Cinta Masa Kecil

118 50 0
                                    


CHAPTER 1

Aini Akifah Fadiyah,
Aku ingin kembali mengajakmu ke hari dimana pertama kita bertemu. Hari pertama kita bersekolah di SD Sepanjang Jalan XII.

  Hari itu senin, sekitar 11 Juli 2005.
Senin yang mendung. Aku begitu semangat menjalani hari pertamaku bersekolah. Ibu yang mengantarku waktu itu.

Setelah pamit kepada Ayah, aku bergegas menyusul Ibu yang sudah berada di luar rumah. Kemudian Aku dan Ibu berangkat ke sekolah berjalan kaki.

Sepanjang perjalanan menuju sekolah,
Ibu terus menasihatiku tentang ;
" Jangan nakal " dan dengarkan Bu Guru baik-baik. Aku hanya mengangguk nurut perihal nasehat dari Ibu

Tiba disekolah, suasananya begitu ramai dan banyak orangtua yang juga ikut mengantar anaknya bersekolah pada hari pertama. Setelah menunggu beberapa menit, bel tanda masuk berbunyi. Seorang guru perempuan bernama Ibu Ita mengarahkan para orangtua untuk masuk kelas bersama anak-anaknya.
Aku dan Ibu mulai berjalan masuk kelas, agak berdesak-desakan di pintu masuk. Tapi,
disanalah kalih pertama aku melihatmu.

     Aku mungkin bukan anak kecil biasa.
Aku selalu merasa seperti itu. Sejak TK, aku selalu merasa lebih dewasa daripada usiaku yang sesungguhnya. Dan, pada hari itu aku merasa bahwa aku jatuh cinta kepadamu, pada pandangan pertama. Di usiaku yang masih enam tahun, mungkin aku memang bukan anak kecil biasa ...

  Entah apa yang ada pada dirimu, tetapi dengan perasaan dan cara berpikir apapun yang dimiliki seorang anak berusia enam tahun, demi apapun, aku menyukaimu.
Aku suka matamu, dan aku suka seluruh bagian lain dari wajahmu. Ya, begitulah kenyataannya. Selama ini aku selalu mengaku jatuh cinta kepadamu sejak pertama melihatmu.
Aku agak malu mengakuinya, tetapi itulah kenyataannya, mau bagaimana lagi?

  Ternyata ibuku mengenal mamamu, Ni.
Aku kaget, tetapi bahagia kala itu. Saat ibuku mulai mengobrol dengan mamamu, Dan tau ayahku dengan papamu bekerja di Pabrik yang sama. " Ah, mungkin memang sudah takdir untuk kita." ucapku dalam hati.
Saat Ibuku bertanya kepadamu,
" Adek cantik, siapa namanya... ? "
Dan, kamu menjawabnya dengan malu-malu, " A-Ainiii, Bu... " ucapmu malu-malu.
Suaramu terdengar sangat lucu bagiku.

  Di dalam kelas, Ibu Ita berbicara kepada para orangtua murid untuk meninggalkan kelas dan mempercayai anak-anaknya kepada guru-guru disini.
ibuku dan mamamu meninggalkan kita yang duduk bersebelahan dengan meja yang menyatu, dadaku berdebar hebat saat itu juga.

  Ada beberapa siswa yang menangis di tinggal orangtuanya keluar, aku melihatmu tertawa sangat senang menertawakan mereka yang sedang menangis. Aku suka caramu tertawa.

  Ibu Ita adalah guru yang hebat, ia mampu menghibur anak-anak yang merasa malu & grogi dihari pertama masuk sekolah.
  Bagi mereka hanya butuh waktu 5-10 menit untuk membuat murid-murid yang grogi menjadi nyaman berada di kelas untuk mengikuti pelajaran-pelajaran pertama.

  Aini, kita duduk berdampingan di meja yang sama, tetapi saling berjauhan. Aku duduk di sebelah kanan sedangkan kamu di kiri. Seolah ada hantu di tengah-tengah yang menjauhkan kita berdua.

  Sepanjang pelajaran menghitung dan membaca, aku mencoba memandangimu yang sedang fokus mencatat & mendengarkan. Wajahmu terlihat serius dalam pembelajaran pertama ini, aku hanya diam dan melihatmu.
Aku sudah bisa berhitung dan membaca sebelum masuk SD. Maka, semua pelajaran pertama ini sudah aku lalui, selalu membosankan bagiku, kecuali pelajaran menggambar. Entah kenapa, ini selalu diluar kepintaran-ku.

Wajahmu itu benar-benar membuatku jatuh cinta pada usia yang seharusnya belum cukup untuk mengenal cinta, seolah-olah aku adalah pria dewasa yang sudah melihat cintanya dan sedang menunggu waktu untuk mengejarnya.

• KOMEN JIKA ADA TYPO / KATA YANG MEYINGGUNG •

Garis Lurus BersuaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang