CHAPTER 3
Kelas empat semester kedua, sikapmu kepadaku lebih buruk lagi. Kamu mulai memanggilku dengan sebutan " Virus" .
Entah apa maksudnya, mungkin maksudmu aku adalah sesuatu yang berbahaya atau mengganggu sehingga perlu dijauhi.Tentu saja aku patah hati mendengarnya, terlebih lagi kamu mengatakan itu dengan raut wajah yang menunjukkan ekspresi benci.
Tak mengerti apa yang ada dalam pikiranmu saat itu, tapi aku tidak sedikit pun memikirkan mimik wajah bencimu, mungkin ini ujian untuk kisah kita.Teman-teman yang dulunya mengolok-olokkan kita , sekarang tidak lagi seperti itu. Aku merasa tergantikan dengan orang baru ini. Rasanya berbeda jika denganku, kamu terlihat begitu tidak menyukainya, tetapi dengan murid lain yang akhir-akhir ini mulai menjadi temanmu, disana kamu terlihat tidak ada rasa kesal ... Jika teman-teman meneriakkan namamu dengannya, kamu justru terlihat biasa saja dan menikmatinya.
Saat itu pastinya aku merasa cemburu, tetapi usahakan menyembunyikannya sebisaku.
Dari sini dimulai sesuatu yang baru, untukku. mencoba melupakanmu dengan menyibukkan diri mungkin akan berguna bagi perasaan ini.
Terdengar suara dari seorang guru yang sepertinya masih gagah, mengumumkan bahwa minggu ini terdapat lomba baru dari guru-guru yang bekerjasama dengan salah satu RS yang berada tidak jauh dari sekolah.
Saat itu juga aku memilih mengikuti lomba untuk mendapat kegiatan lebih, walau terlihat tak begitu banyak peminat.Nama ku terpampang disebuah mading sekolah kami, surat yang diketik oleh seorang guru ini bertuliskan jelas, waktu & tempat.
dengan surat itu, sudah jelas kapan lomba itu diselenggarakan, yang pasti aku mengikutinya.ternyata lomba ini akan dilaksanakan dalam 5 hari tanpa pengawasan orangtua murid.
Hari pertama kami diberi arahan tentang lomba yang akan dilakukan 4 hari mendatang.
panitia menjelaskan bagaimana caranya pertolongan pertama saat ada kecelakaan menimpah seseorang disekitar kita.
Kami mendengarkannya dengan seksama berharap mengerti walaupun susah untuk dipahami.Disana dibuat sebuah kelompok yang berisikan 4 anggota yang diikuti 24 orang. Ada dua orang anak perempuan dalam regu ku, tapi hanya seorang yang menempel dalam ingatan kepalaku, Sarah namanya . Ia cukup pandai dari yang kulihat, kelasnya juga bersebelahan dengan ku, agak asing melihatnya di sekolah tapi tidak di tempat ini.
Dari perlombaan itu nampak baik untuk diri dan pikiranku. Sebelum semua ini, didalam kepalaku hanya ada satu cahaya yang menerangi,
sekarang layaknya lampu yang sudah lama bersinar terang, mulai redup.Suatu hari Dede bertanya padaku,
" Fiq, kamu keliatan jarang ngobrol sama Aini, yaa? "
" Susah, De. Dia kayaknya nggak pernah mau bicara padaku. "
" Mungkin disitu gunanya aku selama jadi teman sebangku denganmu."
" Iyaa juga, dulu kita sering ngobrol berkatmu saat duduk bertiga."
" Itu dia maksudku."
HAHAHAHAHari ini adalah hari terakhir sekolah sebelum liburan kenaikan kelas dimulai, senang rasanya bisa bersantai di rumah tanpa harus bangun pagi untuk berangkat ke tempat ini, mungkin lama kelamaan akan terasa membosankan tapi
ku rasa lebih baik di rumah daripada bersekolah, untukku.
ada waktu lebih untuk bermain PlayStation bersama Dede.
=============akhirnya... pagi pertama dalam liburan terdengar suara piring yang dipukul dengan sendok menghasilkan bunyi khas setiap harinya, bubur mungkin baik untuk pagi ini.
aku berharap setelah selesai liburan kali ini akan menjadi hari baik padaku di kelas dan tingkatan yang baru, semoga akan terlahir juga kisah baru yang menyenangkan untuk dijalani, semoga saja.
Sebenarnya kamu sudah tak lagi berada dalam pikiranku, kamu diluar jangkauan.
Aku sedikit tidak peduli lagi pada ekspresimu saat berpapasan denganku di sekolah waktu itu,Tapi,
tiba-tiba kamu melakukan sesuatu diluar dugaan. Adik ku memberi sebuah amplop yang berisikan surat.Untuk Fiqi:
tertulis dibagian atas surat ini,
" Dari siapa ? " tanyaku
" Kakak Aini ." ucapnya
Pantas saja pagi tadi ibu membangunkanku, ternyata ada tamu penting, hehe.
" Kak Ainii ... a Fiqih nanyain nih ."
ucapnya dengan keras saat keluar kamar yang membuat ku sedikit malu.Tiba-tiba bayangan tentang wajahmu, tentang senyumanmu, tentang tawamu,
juga tentang caramu marah muncul lagi dalam benakku. Aku memperhatikan surat ini, ada namaku disana kemudian aku membukanya.Setelah empat tahun berada dalam kelas yang sama, bahkan sempat duduk sebangku denganmu, katamu. Kamu merasa belum berteman denganku, kamu belum mengenalku.
tulismu,
"Aku ingin berteman dan lebih mengenalmu"
" Mudah-mudahan kamu mau ."
" Tentu saja aku mau! " batinku.
" Kalau jawabannya iya, balas surat ini lengkap dengan biodata kamu.
kalau jawabannya tidak, kamu nggak usah balas surat ini ."
Berkali-kali aku membaca tulisan dari kertas yang ditulis menggunakan pensil oleh seorang wanita pagi itu.Setelah ku ketahui, kamu serta keluargamu sudah pulang sejak 30 menit yang lalu, mungkin kamu menunggu untuk memberikan surat ini langsung tapi karna yang mereka tau aku sedang tidur. Rasa yang tadinya sedikit malu mulai menghilang karna mungkin adikku hanya jahil berbohong.
Hari ini rasanya perasaanku kembali terarah kepadamu. Kamu akan menjadi tema utama dalam liburan sekolah saat ini, membawa pengaruh positif bagi perasaanku, terimakasih semesta.
Aku pikir liburan kali ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, ntah karena suratmu ini atau sesuatu yang lain.
Yang pasti aku rasa kali ini adalah kali pertama yang membedakan liburan tahun ini dengan tahun lainnya.Malam ini terasa sunyi dan sepi, ku coba membaca ulang surat darimu pagi tadi,
masih terlihat senang membacanya,
aku harap kita bisa menjadi teman baik nantinya.• KOMEN JIKA ADA TYPO / KATA YANG MEYINGGUNG •
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Lurus Bersuara
Roman pour Adolescents[FOLLOW JIKA MENYUKAI CERITA INI] " Apa itu Cinta? " Kisah kasih yang sudah terasa dalam diri, walau usia yang seharusnya belum mengenal dengan sebutan cinta, namun perasaan akan tetap berkata; begitulah cinta. Aku adalah seorang anak dari ked...