EMPAT || Menata Masa Depan

66 36 0
                                    

CHAPTER 4

Saat ini,
Hari demi hari berlalu, kita sudah lalui semua, semuanya telah terjadi selama 12 bulan bersekolah di sebuah Pondok Pesantren di Garut ini. Kita semua telah naik ke kelas VIII tahun ini. Akan banyak murid baru yang datang untuk bersekolah disini.

Aku dengan yang lainnya akan menjadi kakak kelas nantinya, sudah sepatutnya kita memberikan contoh yang baik untuk mereka murid baru, khususnya laki-laki. Untuk tidak lupa dengan sebuah budaya di tempat ini. Belajar di Pesantren bukan berarti tidak mengenal perempuan. Banyak Santri yang sudah berkenalan berkat
Emak-emak dapur .

Minggu ini tepat di hari sabtu, pengambilan rapot akan dilaksanakan dan para orangtua hadir disini, ini ke-lima kalihnya aku akan melihat Mama mu, sudah lama sekali rasanya tidak melihat beliau. Waktu Sekolah Dasar aku tidak berani menemui nya karena aku tau, kau tidak akan senang jika ada aku disana . Setiap pengambilan rapot aku selalu punya waktu untuk berbicara denganmu, Nii.
  Jika ditebak pasti Mama mu dan Ibu ku datang kemari bersama-sama, dengan kedua lelaki yang berada disamping kiri dan kanan.

Sehabis sholat ashar, aku dipanggil oleh Pak Kyai untuk berkunjung kerumahnya yang ditemani dengan Kakak senior. Sampainya di rumah beliau, aku disuguhkan segelas teh hangat kemudian Pak Kyai memulai pembicaraan perihal Orang Tua ku. Ia memberi tahu bahwa pagi tadi Ibu menghubungi Kyai via telephone untuk menanyakan kabar anaknya , dengan perasaan gembira setelah mendengar itu, Pak Kyai menawarkan ku untuk menghubungi Ibu dengan telephone rumah miliknya.

Tutt...tutt....tuttt
Bunyi itu terngiang-ngilang dalam kepala ku selama 60 detik , tidak ada jawaban. Perasaanku agak kecewa tapi tak apa lah, lagi pula hari sabtu mereka akan datang kesini. Ku putuskan untuk kembali ke Asrama saja, mungkin disana Ibu sedang sibuk mengurus rumah dan Ayah ku juga belum kembali kerumah, sepertinya...

Ku tutup telephone nya sembari meminum teh yang sudah dibuat untukku , kata-kata Guru saat ini akan ku praktek-kan. Adab seorang tamu jika di buatkan minuman harus dihabiskan, minum sedikit demi sedikit sambil bertanya tentang Mama mu. Apakah Mama mu akan menghubungi Pak Kyai sama seperti ku?? Entahlah..

Bergegas agar kembali ke asrama tidak terlalu sore, aku langsung berpamitan dengan sopan kepada semua yang berada disana kemudian ku ucap
. "Permisi semua, Wasaalamualaikum warohmatullahi wabarokaatuh. "

Salam kembali terucap dari bibir ku.
" Assalamualaikum."
Serentak yang berada di kamar itu menjawabnya. " Waalaikumsalam."
Setiap kamar berisi 5 orang, di kamar itu aku bersama dengan Dede teman SD dan teman seperjuangan, yang lain Adul, Iwan, dan juga Sangga. Mereka hanya teman di Pesantren ini bukan semua seperti Dede. Hanya berharap memiliki teman yang serupa sifatnya seperti ia.

===========

Terlelap dalam gelap nya malam, aku mulai memejamkan mata dan merasakan kantuk yang mendalam. Saat itu aku melihat Dede sedang menulis sesuatu pada buku nya dan kemudian menjadi gelap.

Fiq...Fiq...bangunn..

Aku mendengar suara orang yang memanggilku, makin lama suaranya makin keras. Sangga membangunkan ku subuh itu, " Eh, Angga ,udah jam berapa ini? " tanyaku masih mengantuk.
" Udah mau subuh, kamu sama aja kaya Iwan. " ucapnya sembari memakai sarung.

Pagi ini , kamis yang dingin di Garut. Kami para santri menyiapkan persiapan untuk pengambilan rapot, mulai dari bersih-bersih lalu merapikan meja & kursi.
Keadaan pagi itu sangat hening, tak ada seorang pun yang banyak bicara, sampai ada orang lain yang membuat kekacauan, merubah keadaan yang saat itu hening. Adul berkelahi dengan murid kelas sebelah, Yasha namanya.
Ku dengar, Yasha memang murid yang suka membuat keributan , ini bukan kalih pertamanya. Aku tak mengerti dengan pikirannya ,bahkan diwaktu yang seperti ini ? Batinku.

Mereka berdua dibawa keruangan Pak Kyai oleh senior disini. Entah apa yang akan dilakukan mereka kepada Adul, kami mencoba tidak memperdulikannya dan melanjutkan tugas kami.
Hari sudah agak siang namun Adzan belum berkumandang,  aku dengan yang lain diperbolehkan kembali ke kamar untuk bersiap sholat Dzuhur berjamaah,
Adul juga kembali siang itu.
" Bagaimana tadi, Dul? " tanya Iwan dan Dede bersamaan. " Aku diberi hukuman hafalan setelah isya nanti, dan bersih-bersih siang nanti ." ucapnya
" Tak apa, nanti aku dengan yang lain akan membantu." ucapku
" Bagaimana dengan murid tadi, siapa namanya? "
" Orang itu Yasha, dia dicukur abis rambutnya, tugasnya membersihkan kamar mandi masjid siang nanti . Soal hukuman ku, kalian tidak perlu bantu karena aku diminta untuk sendiri menyelesaikannya ."

===========

Maghrib sudah berlalu, sekarang aku dengan yang lain akan langsung ke ruang makan Santri untuk mengisi perut. Saat itu aku teringat sesuatu, bukan tentang diri ku, ini tentang kita. Aku sudah lama tidak mengirim surat untukmu, begitu juga dengan kamu. Pikiran ku buyar begitu saja. Aku teringat bahwa sabtu adalah hari Pengambilan Rapot . Aku akan bertemu denganmu saat itu juga, mungkin sedikit berbincang satu sama lain.

Selepas sholat isya , kami ber-empat menunggu Adul yang sedang setor hafalan karena perbuatan siang tadi, bukan hukuman berat yang diberi, tapi pelajaran. 
" Untung aja Adul nggak digundulin juga, hahaha ." ucap Dede membuat tawa.
Kami menunggu hingga selesai, Pak Kyai memberi kami nasihat untuk tidak melakukan keributan ditempat ini. Kemudian meminta kami untuk kembali ke asrama. Tak sabar menunggu hari sabtu, aku rindu Ibu, hanya bisa bertemu dengannya pada hari-hari tertentu dan pastinya sebulan sekali.
Malam itu pada tidur ku ditemani rasa rindu kepada Ibu.

• KOMEN JIKA ADA TYPO / KATA YANG MEYINGGUNG •
Baca terus yaaa, jangan lupa vote ≧∇≦
(๑•́ ₃ •̀๑)

Garis Lurus BersuaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang