Pacar Halal 11

4.5K 237 17
                                    

Sudah satu bulan ini Afirah belum sama sekali memberikan jawaban kepada Kyai nya itu. Ia masih bingung. Sebenarnya ia ingin menolak tapi ia selalu mengingat apa yang di katakan abah nya tiga minggu yang lalu.
"Jangan menyia-nyiakan seseorang yang sudah benar benar ingin menyempurnakan agamanya Fira. Jika dia sudah datang menjemput mu, lalu kenapa kamu masih menunggu seseorang yang belum pasti?. Ingat, Abah dan Umi juga dulu tidak saling mengenal. Umi mu tidak tahu sama sekali kalo dia akan di nikah kan sama Abah. Bahkan dimana dan kapan Ijab Qabul nya pun Umi mu tidak tahu. Afirah, dengerin Abah. Orang yang baik tidak akan datang yang kedua kali. Abah percaya kan kamu pada Gus mu itu. Abah tau dia orang yang baaik. Dia bisa menjaga mu, membina mu, juga menjadi imam yang bisa membimbing anak anak mu. Rasa suka pasti akan datang dengan berjalan nya waktu".

"Tapi Bah, Afirah gak mau nikah sama dia. Afirah mencintai Kak Alvin. Afirah sudah berjanji untuk selalu menunggu nya Bah". Afirah terisak, dia benar-benar tidak ingin menikah dengan Gus nya. Biarkan saja semua yang di katakan Abah nya hanya kisah mereka. Tapi tidak pada Afirah. Sudah tiga tahun ini, perempuan itu menunggu Alvin. Selama itu, lalu akankah sia sia begitu saja. Tidak. Tidak akan semudah itu.

Umi Afirah hanya diam, dia mengelus elus punggung Afirah yang sesenggukan. Berharap dengan cara ini bisa membut Afirah tenang.

Memang jika masalah perasaan tak ada yang bisa menolak.

"Afirah. Kamu sendiri tidak tau kan keberadaan Alvin di mana. Lalu apakah dia sudah menikah atau belum. Bahkan bagaiman jika dia sudah mempunyai anak?". Suara Abah nya semakin meninggi.

"Tidak Bah. Kak Alvin pasti akan kembali. Pasti. Dia juga tidak seperti yang Abah katakan".

"Ya sudah jika kamu terus mengelak. Jangan salahkan Abah jika dia mengecewakan mu". Abah nya berlalu begitu saja. Meninggalkan anak dan istrinya di kamar Afirah. Lalu membanting pintu agak keras.

"Umi....... ".tangis Afirah semakin keras. Ia tak habis pikir dengan sikap Abah nya. Selama ini dia tidak pernah di bentak Abahnya sampai seperti ini. Afirah semakin erat memeluk Uminya. Membenamkan wajahnya di pundak uminya.

"Umi..... Kenapa jadi seperti ini mi..... Aku tak mau nikah sama Gus Hilmi Umi.. ".

"Lagian Afirah juga belum mau menikah sekarang,mi. Afirah masih mau ngabdi di pondok".

"Iyah Umi mengerti Afirah. Sudah jangan menangis lagi. Umi akan coba bicara dengan Abah. Yah? ".

"Baiklah, Mi".

***

"Afirah! Kok ngelamun". Umi datang sambil membawa makanan untuk Afirah. Gadis 22 tahun itu, masih aja lupa makan jika uminya tidak membawakan makanan untuk nya.

"Enggak kok, Mi. Afirah lagi mikirin sesuatu aja". Dia membalik kan badanya yang semula menghadap jendela kamarnya. Kini dia sudah menghadap ke arah uminya.

"Ayok makan dulu. Dari pagi kamu belum makan, nanti sakit lhoh. Umi takut magg kamu kambuh lagi". Iyh semenjak sebulan yang lalu, saat Kyai Nasir mengatakan melamar Afirah untuk anak nya. Afirah makin susah sekali untuk makan. Akhirnya terkena magg.

"Iyah, Mi. Sini aku makan. Tapi di suapin Umi ya". Afirah tersenyum matanya sembab. Namun tak mengurangi kecantikan nya. Wajah nya malah tambah merona.

Afirah tau, uminya khawatir. Sebulan ini ia kembali murung seperti saat tiga tahun lalu di tinggal Alvin. Sebenarnya ia juga lelah menunggu pangeran nya itu. Bukan kah seorang perempuan tak ingin di gantung dalam sebuah hubungan yang tak pasti. Tapi ia takin, di balik penantian nya ini pasti akan berbuah kemanisan. Makanya ia berani menunggu Alvin sampai laki- laki itu kembali.

setelah selesai makan, Afirah tertidur. Entah mengapa ia rasa ngantuk sekali. Mungkin terlalu lelah memikirkan masalah lamaran itu. Ia memikirkan apa kah harus menerima lamaran ini, lalu meninggalkan Alvin. Atau dia menolak lamaran tersebut. Memikirkan hal itu sangat menguras pikiran dan tenaganya.

Uminya telah pergi sejam yang lalu. Setelah menyuapi Afirah. Uminya berkata sebelum dia pergi"Afirah, jangan bingung. Umi akan selalu mendukung keputusan mu, jangan pikirkan kata kata Abah. Umi ingin kamu bahagia dengan pilihan mu sayang. Jadi tetap tenang lah". Sambil Mengelus elus kepala Afirah dengan sayang. Setelah uminya berkata seperti itu ia merasa tenang. Dia tidak sendiri. Ada umi yang selalu menenangkannya.

***

Setelah itu. Abah Hadi mengajak istrinya ke dalam kamar. Mereka membicarakan tentang lamaran tersebut. Abah Hadi merasa tak enak pada Kyai Afirah itu. Karna sebulan ini, dia masih belum memberi keputusan. Dia merasa tidak enak. Yah walaupun Kyai Nasir tidak mendesak mereka. Tapi tetap saja perasaan tak enak itu selalu muncul dalam benak nya.

"Mi, bagaimana? Sudah ngomong sama Afirah? ".

"Belum, Bah. Umi tak tega mendesak nya. Tadi aja dia melamun lama banget. Biarkan saja dulu Bah. Biarkan dia ngomong sendiri pada kita. Tanpa kita memintanya. Pasti setelah dia tau jawabannya dia kan memberi tahu kok".

Umi Maryam memegang tangan suaminya. Mencoba meyakinkan.

"Ya sudah, Mi. Kalo seperti itu. Udah Asar Mi. Yuk sholat berjamaah. Ajak Afirah juga, Mi".

Umi Maryam langsung pergi kekamar Afirah. Namun Afirah masih tenang di alam mimpinya. Uminya tidak ingin mengganggu anak nya. Dia pergi dari kamar itu. Membiarkan Afirah tertidur nyenyak. 'Mungkin dia lelah'pikirnya.

***

"Afirah nya tidur Bah. Mungkin dia kelelahan. Umi tidak enak membangunkan nya".

"Yaudah kita mulay aja sholat nya, Mi".

***

Hari ini adalah hari dimana dua keluarga itu tersenyum bahagia. Orang tua mana yang tak bahagia melihat anak nya Afirah dan Gus Hilmi menikah. Hari yang sudah di tunggu-tunggu itu akhirnya datang juga. Umi Maryam merasa bahagia telah menitipkan Afirah pada seseorang yang tepat. Seseorang yang bisa membimbing nya. Dan yang pasti bisa memembawa anak nya ke surga.

Afirah kini sudah cantik dengan gaun pengantin nya. Acara ijab qabul sudah usai. Dia sedang menunggu Gus Hilmi di kamarnya. Tak ada yang menemaninya di sana. Dia sendirian. Dengan jantung yang berdebar-debar dengan hebat. Ia menangis. Dia sudah melepas masa lajang nya. Selama 22 tahun ini dia selalu bermanja-manja pada Uminya. Kini usai lah sudah pengabdian nya pada kedua orang tua nya. Surganya sudah beralih pada suaminya. Ia tak menyangka akan menikah secepat ini.

Ceklek..

Pintu kamar Afirah terbuka sempurna. Laki-laki berusia 28 tahun itu muncul dari balik pintu. Laki laki itu terlihat ganteng dengan baju yang dia kenakan. Baju pengantin laki-laki pasca ijab qabul. Senada dengan Afirah. Yaitu putih. Afirah menunduk, dia sudah menebak 'pasti itu Gus Hilmi' jantungnya semakin tak karuan. Meloncat loncat meminta untuk keluar.

Dia memegangi jantung nya. Ya Allah... Apakah seperti ini rasanya jadi pengantin.
Kini Gus Hilmi sudah tepat di depan nya. Afirah tak sadar. Gadis itu memejamkan matanya. Tak berani membuka matanya. Takut-takut ini hanya mimpi.

Samakin ia sibuk dalam pikiran nya. Tiba tiba. Ia merasakan pundak nya di sentuh oleh tangan yang kokoh. Membantunya berdiri lalu merapatkan badan Afirah pada dada laki-laki itu. Mata Afirah masih terpejam. Menunggu sentuhan selanjutnya. Ia menebak apakah priya itu akan mencium nya?.

Tak lama dari itu. Benar saja, laki laki itu mencium kening Afirah lama. Lama sekali. Afirah pun menikmati adegan itu. Lalu Afirah membuka matanya. Namun masih dalam keadaan menunduk. Ia meraih tangan suaminya, mencium nya penuh takdzim. Laki laki itu memegang ubun ubun Afirah, mendoakan nya lalu di cium nya ubun-ubun gadis itu tiga kali.

***

Bagaimana udah baper belum. Kalian setuju enggak Afirah nikah sama Gus Hilmi??

Pacar HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang