Pacar Halal 27

3.9K 168 4
                                    

Seperti biasa, Alvin selalu di sibukkan dengan file-filenya. Ia memang sengaja menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Karna ia tak mau mengingat-ngingat lagi tentang Afirah. Apalagi mengingat besok adalah hari pernikahan Afirah dengan Gusnya.

Alvin Mengambil file yang terletak di disudut kiri meja kerjanya. Di tumpukan paling bawah file itu, Alvin melihat selembar foto Afirah, di potret foto itu, Afirah sedang tersenyum begitu manis, sambil membawa piagam dan piala kebanggaannya.

Alvin mengambil foto itu tepat setelah akhirusanah selesai, tepatnya empat tahun yang lalu.

Alvin mengambil foto itu, lalu memandangnya dengan penuh rasa rindu. Ia tahu, mulai besok, Afirah akan resmi menjadi istri gusnya sendiri. Sejak sebulan yang lalu, hatinya kacau. Apalagi jika ditambah ia melihat Afirah menikah, hatinya mungkin akan hancur seperti pazzle yang berhamburan, yang tak mampu untuk di satukan kembali.

Sebesar apapun pikirannya menolak untuk mengingat Afirah, namun hatinya tak mampu menolak rasa yang tumbuh menjalar di seluruh hatinya. Hingga rasa itu mengakar di sela-sela ototnya. Ia tak akan sanggup lagi berdiri dengan menggunakan kakinya. Separuh jiwanya pergi di bawah gadis itu.

Jika ia hidup, mungkin akan jauh dari rasa cinta, rasa cinta pada makhluk-Nya.

Alvin masih memandangi foto itu lama. Lama sekali. Sebagai seorang cowok, memang tak pantas untuk menangis. Apalagi di usiannya yang sudah menginjak 25 tahun. Sungguh tak pantas di lihat. Tetapi, cinta sudah mengalakan logikanya, dan segala pertahanannya agar tak mengingat-ngingat gadis itu lagi.

Air mata yang ia tahan, akhirnya menetes juga. Dadanya begitu sesak. Ia ingin menjerit sejadi-jadinya. Agar dunia tahu jika ia tak bisa melepas Afirah, melepas cintanya, dan masa depannya. Alvin meremas foto itu kuat-kuat hingga otot-otot di lengannya menonjol. Hatinya benar-benar hancur. Semoga dengan ini perasaannya menjadi lebih baik. Alvin frustasi. Lalu membuang foto itu kesembarang Afah.

Tepat saat foto yang di remas Alvin itu jatuh, ada sebuah heels hitam yang terhenti. Wanita itu memungut foto itu lalu membuangnya di tempat sampah yang terletak di sudut ruangan itu. Sekertaris Alvin-Sarah, dia terlihat bingung dengan sikap bosnya hari ini. Wajahnya begitu kusam dan pakaiannya terlihat acak-acakan. Tidak biasanya bosnya seperti ini.

Sarah berjalan mendekati meja Alvin. Lalu menaruh sebuah berkas-berkas yang akan di gunakan meeting hari ini"Pak, ini berkas-berkas yang Bapak minta"kata sekertaris Alvin dengan nada kalemnya. Alvin diam, tak menanggapi lawan bicaranya.

"Pak" Sarah memanggil Alvin lagi, karna tak ada jawaban dari atasannya itu "suruh saja Hisyam yang menggantikan saya meeting hari ini" kata Alvin tegas. Dengan nada Yang begitu tajam. Tangannya mengepal begitu juga matanya yang terlihat sayu.

"Tapi, Pak-" belum juga Sarah melanjutkan kata-katanya. Alvin sudah mencela bicaranya"jangan membantah saya" kata Alvin lagi. Kali ini, matanya berubah menjadi berkilat-kilat marah. Tampak jelas di matanya. Sarah semakin ngeri melihat Alvin seperti itu. Selama tiga tahun ia menjadi sekertaris Alvin, tak pernah sekalipun Sarah melihat Alvin marah sampai seperti ini.

Tak mau membuat Alvin semakin marah, dan malah dia yang akhirnya menjadi sasaran Alvin. Akhirnya, Sarah hanya bisa mengangguk dan pamit pergi. Ia merasa ngeri melihat tingkah Alvin yang seperti orang kesetanan"yasudah, Pak. Saya permisi"pamit Sarah, seraya sedikit menundukkan kepalanya.

"Afiraaahhh.... "Alvin menjerit pelan"mana janjimu? Mengapa kau mengingkari janji yang kau ucapkan"Alvin semakin menangis.

'Aku akan menunggumu Kak, sampai kapanpun'

Kata-kata itu selalu mengelilingi kepalanya. 'Mengapa kau memberiku janji jika kau sendiri yang mengingkari? Kenapa Afirah! Kenapa!?'.
Alvin mengacak rambutnya. Bukan hanya hatinya yang kacau, namun penampilannyapun kini tak ia hiraukan. Ia juga tak perduli dengan kesehatanya.

Pacar HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang