Pacar Halal 18

4.4K 176 4
                                    

Hari minggu kembali datang. Dalam hidupku,aku tak pernah mengistimewakan hari itu. Menurutku semua hari sama saja. Yang membedakan hanya nama hari nya saja kan?

Yah beginilah pagi-pagi ku. Menyirami bunga-bunga di taman belakang rumah ku. Menurutku ini lebih menyenangkan. Melihat berbagai bunga yang indah, serta warna yang cerah membuat awal pagi menjadi lebih bergairah.

Aku teringat kata Abah dulu. Saat aku masih berumur 10 tahun. Waktu itu aku masih duduk di kelas 4 SD. Abah mengatakan ini padaku"Nak, jadilah perempuan seindah bunga mawar, yang banyak memikat banyak orang dengan warnanya yang indah. Namun, susah di dapatkan karna banyak duri yang menancap di tangkai nya, karna dengan begitu hanya orang tertentu yang bisa memetik bunga itu"

Kalimat Abah masih ku ingat hingga sekarang. Waktu itu tak mengerti apa makna dari kata-kata Abah. Tapi sekarang aku mengerti makna kalimat itu.

Lalu pada waktu aku sudah mulai menginjak dewasa. Abah mengatakan lagi pada ku"Jadilah wanita seharum bunga kasturi, yang wanginya begitu semerbak, mengharumkan semua orang yang menciumnya. Begitu mahal untuk di dapatkan, dan beruntung bagi yang mendapatkaannya "

Menurutku itu adalah sebuah nasehat Abah yang yang indah, bermajas dan penuh makna. Aku sampai mengerutkan alis untuk memahami makna itu. Mengulang-ulang kata-kata itu, lalu mengartikan nya satu persatu.

Ah, Abah ku itu bikin aku bingung saja.

"Afirah". Aku menolehkan kepalaku ke belakang.

Aku melihat Umi ku membawa nampan yang berisi roti, susu coklat, selai dan tiga cangkir teh.

"Umi". Aku meletakkan selang di bawah. Berjalan menghampiri kran, lalu menutupnya.

"Abah mana, Mi? Aku mengulurkan tangan ku mengambil roti. Lalu mengolesinya dengan selai.

"Tuh! ". Abi berjalan menghampiri kami. Dia tersenyum.

"Waaahhh.... Bidadari Abah sudah kumpul disini rupanya". Abah duduk di depan Umi. Kami tersenyum.

Aku selalu berharap ingin mempunyai suami seperti Abah. Abah ysng selalu sayang pada Umi, Abah yang selalu perhatian, Abah yang selalu menghibur, Abah yang selalu sabar menghadapi sifat Umi, katanya Umi saat baru menikah dengan Abah, dia begitu manja, sifatnya kekanak-kanakan. Yah bisa di bilang aku itu contoh dari sifat Umi dulu. Ternyata memang benar jika ada pepatah yang mengatakan 'buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya'.

Semua itu Abah sikapi dengan sabar, penuh dengan rasa kasih sayang.

Katanya Umi juga tidak pernah di bentak Abah. Jika Umi salah, Abah hanya mengingatkan nya dengan penuh kesabaran.

Ah, mereka buat aku iri saja.

"Oh iyah, Fi. Tadi Hilmi nelpon Abah, dia lagi perjalanan ke sini. Katanya mau ngajak kamu ke butik kebaya".

Gus Hilmi mau kesini? Kenapa di tidak bilang-bilang dulu sih! . Sekedar memberi tahu aku. Kok dadakan kaya gini. Terus, kita hanya berdua? Hanya berdua?. Bercanda! Dia kan bukan orang yang suka berdu-duaan dengan lawan jenis. Kita memang mau menikah. Tapi aku belum halal dengan nya.

"Katanya bentar lagi dia sampe".

"Hah, yang benar Bah. Kok dia gak bilang-bilang dulu sih! Terus tiba-tiba udah mau nyampe aja. Aku kan jadi harus buru-buru". Aku kesal. Dia kenapa seenak nya sendiri membuat rencana. Tanpa ada persetujuan dari ku.

"Kita hanya berdu aja gitu, Bah. Abah ngijinin?".

"Yah.... Yang penting kalian tidak melakukan apa pun. Selagi kalian masih bisa menjaga diri masing-masing". Kata Abah santai. Abah kelihatan enteng banget bicara seperti itu. Justru malah aku yang sangat keberatan.

Pacar HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang