Pacar Halal 23

3.8K 164 0
                                    

"Tinggalkanlah yang ragu-ragu. Karna itu adalah sifat syaitan"

❤❤❤

Semenjak mengetahui sebuah kenyataan yang di ucapkan oleh Afirah di taman lima hari yang lalu, Afirah dan Hilmi sama sekali tidak pernah saling mengirim pesan. Entah apa yang ada di pikiran kedua insan itu.

Hilmi sama sekali tak berpikir untuk menghubungi Afirah, walau hanya mengirim pesanpun tidak. Hilmi masih butuh waktu untuk memantapkan lagi hatinya, mengatur lagi perasaannya. Hilmi sempat berpikir untuk melepas Afirah, lalu membiarkan Afirah mendapatkan kebahagiannya.

Hilmi merasa ia sendiri adalah benalu di hubungan Afirah dengan Alvin. Afirah mencintai Alvin, Alvin mencintai Afirah. Bukankah itu hal yang bagus? Sedangkan dirinya? Sampai sekarang pun Afirah belum sama sekali menaruh hati padanya?


Hilmi semakin geram. Kenapa Allah tidak membalikkan saja perasaan Afirah pada Alvin itu padanya. Saling mencintai dan saling menyayangi. Pasti Hilmi dan Afirah akan hidup bahagia.

Oh Allah..... Mengapa sulit sekali mendapatkan cinta seorang wanita yang akan ku nikahi? Mengapa tidak Kau hilangkan saja perasaan Afirah itu pada Alvin?

Hilmi membaringkan badannya di atas ranjang. Matanya menatap langit-langit kamarnya. Memikirkan bagaimana jadinya jika ia menikah dengan Afirah. Bagaimana jika Afirah tidak mencintainya nanti? Dan bagaimana kalau tiba-tiba Afirah akan meminta cerai padanya. Bayangan itu nampak jelas di langit-langit kamarnya itu. Bayangan Afirah yang tiba-tiba meminta cerai padanya.

Uhh..... Mengerikan sekali!

Hilmi menggelengkan kepalanya. Pikiranya akhir-akhir ini semakin ngawur saja.

Ia kembali mengecek ponselnya. Siapa tahu Afirah mengirim pesan padanya. Namun tetap saja nihil. Biasanya Afirah mengirim pesan padanya jika Hilmi tak kunjung mengirim pesan pada Afirah.

Gadis itu.... Selalu saja mengganggu pikiranya,hatinya,jiwanya, raganya. Semuanya.

Dia bukan hantu! Tetapi lebih tepatnya seorang bidadari.

Bidadari siapa? Dirinya atau Alvin? Atau tidak pula keduanya?

***

"Al, ayolah.... Udah lima hari lo hanya diam di rumah, kerjaan gak okeh, meeting juga gak oke. Lo harus prevesional lah antara kerjaan dan perasaan" Hisyam kesal dengan tingkah sahabatnya itu. Bagaimana tidak kesal, semua pekerjaan jadi dia yang ngerjain, bukanya Hisyam tak mau membantu Alvin, dia hanya ingin sahabatnya itu bisa bertanggung jawab dengan tugasnya sendiri.

Alvin diam. Omongan Hisyam yang panjang kali lebar hingga muncul rumus matematika itu tak ada tanggapan dari sahabatnya.

Hisyam semakin kesal. Sebenarnya dia itu ngomong sama siapa? Manusia atau makhluk gaib?

Hisyam nyerah. Akhirnya dia pun diam. Lalu melipat kedua tangannya di dadanya. Matanya melihat kearah Alvin dengan tajam dan penuh kekesalan.

Alvin yang sekarang bukan lah Alvin yang dia kenal. Alvin yang sekarang menjadi lebih diam, dan pemurung. Itu semua karna cinta. Ingat karna CINTA!!!.

Cinta memang indah ketika kita sedang merasakan jatuh cinta. Tetapi cinta bisa menjadi lebih mengerikan saat kita sedang patah hati. Cinta itu sebuah anugerah dari Allah, lalu.... Mengapa cinta itu juga yang membuat kita benci dengan yang namanya cinta?

Rumit bukan?

Alvin membuka mulutnya"Syam, lo bilang kaya gitu karna lo gak ngerasain apa yang gue rasain! "Kata Alvin pelan, namun ia tatap menampakkan wajah marahnya.

Pacar HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang