Pacar Halal 31

4.5K 186 19
                                    

Tok... Tok... Tok...
Afirah mengetuk pintu rumah Alvin yang megah itu. Afirah baru pertama kali pergi ke ibu kota Indonesia ini, memang kehidupan di Jakarta sangat berbeda dengan kehidupannya di Surabaya. Di Jakarta ini, begitu banyak bangunan-bangunan yang menjulang tinggi. Sampai-sampai membuat Afirah bergidik ngeri melihat bangun yang tingginya bermeter-meter itu.

Pintu rumah itu terbuka sempurna. Keluarlah wanita paruh baya dari balik daun pintu itu. Wanita itu memakai kerudung syar'i, dan juga gamis, lengkap satu set dengan hijabnya. Begitu cantik. Wajah wanita itu memang sudah berkeriput. Tetapi, tetap tak bisa menyembunyikan kecantikannya. "Assalamualaikum, Ma" salam Afirah ramah, sambil mencium punggung tangan Mala dengan penuh rasa hormat.

Mala tersenyum, wanita itu mencium pipi kanan-kiri menantunya, lalu mengajak menantu kesayangannya memasuki rumah megah itu "Wa'alaikumussalam, Fira. Ayo masuk" Mala merangkul Afirah, "Mama dan Papa sudah menunggu kalian dari kemarin". Lanjutnya lagi.

Mala membawa Afirah kemeja makan. Ia tahu jika perjalanan dari Surabaya ke Jakarta itu jauh, yaah walaupun anak dan menantunya itu memakai pesawat. Disana, sudah tersedia berbagai menu masakan yang spesial untuk pengantin baru itu. Afirah merasa bahagia mendapatkan mertua seperti Mala, setidaknya, jika dia kangen dengan Uminya, masih ada Mala yang bisa menenangkan hatinya. Juga dapat mengobati rasa rindu pada Uminya.

"Ayo duduk, Fi. Pasti kalian laparkan habis mudik selama dua jam lebih dipesawat? Bagaimana, apa kau tak merasa takut naik pesawat, Afirah?" tanya Mala tanpa ada jedah, Afirah hanya membalas dengan senyuman, sebab ia bingung harus menjawab yang mana dulu. Mala menyendokka nasi untuk Afirah"sudah, Ma. Biar Afirah ambil sendiri saja"tolak Afirah dengan halus.

Afirah mengambil piring dan penyendok nasi dari tangan mertuanya.

"Yasudah, kau ambilkan nasi saja buat Alvin yah, Fi" Afirah tersenyum lalu mengangguk.

"Alvinnya mana sih? Kok gak keliatan dari tadi, Fi?" kata Mala sambil celingukan mencari keberadaan anak sulungnya.

"Iyah, Ma. Tadi habis malkirin mobil. Terus ngambil barang-barang. Tuh orang yang diobrolin nongol, Ma". Kata Afirah sambil menunjuk ke arah suaminya.

"Al, kamu lama banget sih. Istri kamu nungguin tuh! " Afirah menundukan pandannya, ibu mertuanya itu sangat berlebihan menurutnya, padahal ia tak menunggu Alvin sama sekali.

Alvin berjalan menuju kursi yang diduduki Afirah, caranya berjalan begitu tegas dan lihay. Siapapun yang melihat pasti akan terpesona oleh cara berjalannya. Afirah menyembunyikan senyumnya, wajahnya semakin ia tundukkan. Pipinya pasti sudah seperti badut sekarang.

Alvin melewati bangku Afirah dari belakang, lalu duduk disebelah kiri Afirah"sayang, kau tau, keindahan senjapun kalah oleh rona dipipimu" kata Alvin pelan disebelah kiri telinga Afirah. Namun mampu membuat Afirah salting. Mendengar kata-kata Alvin barusan, dadanya berdebar-debar.

Uhg....

Afirah mengeluarkan napasnya. Agar detakan jantungnya kembali normal lagi. Baru begitu saja jantungnya langsung tak bisa diajak kompromi. Dan lebih parahnya lagi, Afirah akan sering bersama suaminya. Sungguh, ia tak ingin mepunyai penyakit jantung diusia muda. Sangat-sangat unfedah!

Afirah tetap diam tak menggubris rayuan receh milik suaminya, ia masih fokus pada nasi dan lauk yang akan ia ambil untuk Alvin"kau mau lauk apa, Kak?"

"Eum.... Apa yah? Terserah kau saja, Fe".
"Uh... dasar tak punya pendirian!"

"Afirah, tolong jangan sekarang jika kau ingin mengajakku berdebat. Aku sudah lapar. Nanti kita lanjutkan saja dikamar yah" kata Alvin sambil menyendokan nasi, lalu mengunyahnya.

Pacar HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang