Pacar Halal 14

4.4K 197 4
                                    

Satu bulan yang lalu.....

Gus Hilmi sebenarnya sudah lama menyatakan tentang perasaannya terhadap Afirah pada Abahnya itu. Tetapi Abah nya tak menanggapi omongan nya. Karna beralasan takut Afirah sudah memiliki calon. Abah nya takut anak nya itu terlalu berharap pada Afirah. Lalu jika sudah berharap terlalu dalam akan sulit untuk menerima sebuah kenyataan. Abahnya tahu jika anak nya ini sudah sangat siap membangun sebuah keluarga. Tapi di sisi lain ia tak mau anak nya terlalu menuruti nafsunya untuk memiliki Afirah.

"Bah, aku mencintainya Bah. Aku ingin mengkhitbah nya". Hilmi terus saja merengek pada Abah nya. Namun, Abah nya hanya menggeleng-gelengkan kepala.

"Hilmi, Abah tanya sama kamu. Kamu benar-benar mencintainya? ". Hilmi mengangguk. "Baik, jika kamu benar yakin mencintainya. Lantas, apa benar cinta mu ini karna Allah? ". Hilmi pun mengangguk lagi. "Lalu jika benar karna Allah, mengapa kamu sangat Ingin memilikinya? ". Hilmi diam, alisnya bertaut. Ia mencoba mencerna kata-kata Abahnya. "Jika kamu mencinyai nya karna Allah, seharusnya kamu serahkan semua pada Allah, bisa jadi cinta mu pada Afirah itu hanya sebuah nafsu. Bisa juga kamu hanya terobsesi padanya. Iya toh? ". Hilmi diam. Ia masih mendengarkan kata-kata Abah selanjutnya. "Ingat Hilmi, jangan egois. Bagaimana kalau Afirah sudah ada yang mengkhitbah? ". Kali ini Hilmi benar-benar di buat bungkam oleh Abahya. Hilmi sadar benar apa yamg di katakan Abanya. Benarkah ia mencintai karna Allah, benarkah ia terobsesi pada gadis itu. Atau lebih parah nya lagi benarkah perasaan nya ini hanya nafsu belaka. Lantas bagaimana tentang jantung nya yang selalu berdebar-debar jika melihat nya. Apa kah ini juga sebuah nafsu belaka.

Hilmi geram. Kini Abah nya meninggal kannya sendirian. Sengaja agar Hilmi berfikir, laki-laki itu sudah dewasa, sudah sepantasnya bisa membedakan antara cinta karna Allah, dan cinta karna nafsu.

Hilmi beristighfar..... Ia sadar. Dia telah di kuasai oleh nafsu. 'Allah..... Kenapa di saat aku sudah memutuskan untuk meletakkan hati ku pada satu hati. Malah seperti ini. Allah aku memohon ampun pada mu, lindungilah selalu hati ku dari apa-apa yang membutku lalai atas takdirmu'

Lalu laki - laki itu bangkit. Pergi ke kamar untuk bersiap-siap pergi ke kampus mengingat ini sudah jam delapan pagi.

Memikirkan ini membuatnya menjadi pising sendiri. Karna satu gadis yang sudah tiga tahun ini bersemayam di hati nya. Hilmi memberanikan lagi membicarakan hal ini pada Abahnya. Hanya pada Abahnya. Bahwa ia sungguh-sungguh dalam keinginan nya itu. Karna dia sudah tak dapat lagi membendung perasaannya pada Santrinya itu.

Seperti biasa Hilmi memakai celana katun hitam, tapi kali ini di padukan dengan baju kemejan polos berwarna dongker. Ia tak memakai peci nya. Penampilan nya sekarang jadi lebih keren, bukan ala-ala sabtri lagi. Bukan, bukan ia tak lagi menyukai baju koko. Tapi ia hanya ingin menyesuaikan pekerjaan dengan penampilannya.

***

Hilmi melihat di depan rumah nya. Ada sebuah mobil silver terparkir. Ia memarkirkan motornya di samping mobil itu. Hilmi menguluk salam. Masuk. Kemudian menyalimi tamu Abahnya itu.

"Assalamualaikum ".

"Wa alaikumussalam ". Jawab mereka serempak.

"Hilmi. kenalkan, mereka ini orang tuanya Afirah". Hilmi tampak biasa saja. Hanya ber oh. Tapi tak di sangka dadanya diam-diam berdebar- debar. Jika sudah menyangkut tentang wanita itu. Dia tak bisa di bilang biasa-biasa saja.

"Hilmi, pak, bu". Sambil menjabat tangan Abah Hadi. "Hadi. abah nya Afirah. Dan ini istri saya ibunya Afirah".

"Ya sudah kalo gitu aku ke ndalem dulu yah Bah".

"Mari Pak, Bu".

Hilmi berlalu. Dadanya belum padam bergemuruh. Sebenarnya ia penasaran dengan obrolan mereka. Saat ia pergi, ia dengar Abahnya menyebut namanya.

Pacar HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang