Pacar Halal 15

4.5K 224 4
                                    

Hari ini selesai lah sudah acara kangen-kangenan kedua sejoli itu. Fina hari ini akan kembali ke pesantren. Sebenarnya ia masih ingin berlama-lama di rumah Afirah. Tapi ia mempunyai tanggung jawab di pondoknya. Fina sebenarnya bisa saja meminta ijin lagi pada pengurus lain, tapi itu rasanya tak mungkin. Fina mempunyai rasa tanggung jawab yang besar, karna dia sudah memegang amanah yang di berikan Ibu Nyai Khodijah pada nya untuk mengajar para santri.

Afirah tak rela. Ia masih ingin berlama-lama dengan sahabatnya itu. Namun ia tak boleh egois, santri-santri lebih membutuhkannya di banding dirinya. Selama tiga hari ini banyak wisata yang mereka kunjungi di daerah nya Afirah. Terlebih ke curug. Sudah lima air terjun yang mereka kunjungi dalam tiga hari. Fina hanya mengikuti kemauan Afirah. Kemanapun, Karna ia tak mengetahui lokasi di daerah Afirah. Afirah memang sangat menyukai air terjun. Tapi bagi Fina sendiri, ia agak takut dengan air terjun. Menurutnya air terjun itu mistis, apalagi di tambah banyak pohon, semak-semak dan rerumputan. Jadi semakin mistis. Terus, suara air yang begitu deras membuatnya malah tambah bergidik ngeri. Sangat berbanding terbalik dengan Afirah.

Kini Fina sedang memasukkan barang-barang nya ke dalam tas. Dengan berat hati.

"Fin, kamu yakin mau pulang sekarang? Aku masih kangen sama kamu".

"Fi, aku tau. Tapi aku harus ke pesantren sekarang. Para Santri sudah menunggu. Kalo aku di sini terus, siapa yang akan mengajar mereka? ".

"Suruh saja ustazdah lain. Suruh menggantika Kamu dulu, Fin".

"Afirah. Tidak bisa. Mereka sudah ada tugas nya masing-masing, jangan kaya gini Fi. Aku tau kau bisa menyelesaikan masalah mu sendiri. Allah tak akan mungkin menguji seorang hambanya di batas kemampuannya". Fina memegang ke dua tangan Afirah. Mencoba menguatkan, ia yakin sahabatnya iti pasti bisa.

"Bukan kaya gitu, Fin. Aku hanya ingin selama aku belum memberikan jaban ku pada Gus Hilmi, kau tetap disini. Selama seminggu".

"Heeemmmm...... Fi, mengertilah".

Afirah tak menjawab. Ia hanya menunduk lesu. Setelah ini ia akan kembali di pusingkan oleh jawaban nya itu. Selama tiga hari ini ia bisa melupakan masalahnya. Karna ada Fina yang menghibur. Yah walaupun terkadang kembali muncul di kepalanya. Tapi setidaknya itu dapat mengurangi beban di pikirannya.

"Yasudah, Fi. Aku pamit dulu pada Abah dan Umi mu yah. Dimana mereka? ".

"Biar ku panggilkan. Kamu tunggu saja di ruang tamu".

"Baik lah". Fina melangkahkan kakinya menuju ruang depan, sambil membawa tas nya.

"Umi, Fina mau kepesantren sekarang. Dia mau pamit, dia di ruang depan".

"Loh, kenapa cepat sekali?". Afirah menjingkut kan pundaknya.

"Fina, kamu mau ke pesantren? Kok cepet banget. Kasihan tuh Afirah nya sendirian lagi".

"Iyh, Umi. Aku harus mengajar di sana. Nanti kalo kelamaan gak ada yang mengajar".

"Oh yasudah. Sering-sering main kesini yah. Jangan kapok". Umi Maryam Mengelus-elus lengan Fina.

"Iyh, Umi. Tenang aja. Nanti bakal sering-sering kok kesini. Apalagi nanti kalo Afirah menikah sama Gus Hilmi, aku bakal jadi orang pertama yang dateng".

"Fina! Apa an sih! ". Afirah agak tak suka saat Fina membahas hal itu. Afirah selalu saja PMS jika membahas hal itu.

"Hahahh.... ". Umi dan Fina ketawa. Afirah berdecak sebal.

"Yaudah, Mi. Aku pergi yah. Afirah". Fina mencium tangn Umi. Lalu memeluk Afirah."Fi, aku pergi yah. Kalo kau ingin bicara pada ku. Lewat telfon pondok aja. Kapan pun".

Pacar HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang