23

1.9K 33 1
                                    

Juna sedang merebahkan badannya di kasur. Ia baru saja selesai mengerjakan PRnya. Tentu saja bukan matematika atau mapel eksak lainnya, tetapi sejarah. Baginya mata pelajaran itulah yang paling membosankan dengan tugas yang tidak pernah lepas dari merangkum.

Baru saja ia ingin memejamkan matanya, satu panggilan membuatnya harus kembali membuka matanya untuk melihat siapa yang menelfonnya pada tengah malam begini

Rian is calling

"ada apa gerangan sih anjing?" tanya Juna tidak santai

"Jun bantuin gue angkut si Angga Jun" pinta Rian. Juna mengubah posisi tidurnya menjadi duduk

"gimana gimana? lo dimana dongo?" tanya Juna

"gue Angga sama Boby di club, niatnya mau cuci mata doang tapi si Angga sama Boby malah teler" jelas Rian

"Gue ga bisa angkut dua-duanya pake motor, bukan balik ke rumah yang ada ke rahmatullah" lanjutnya

"mager"

"terus ini nasipnya gimana? masa gue tinggalin di sini? bangun-bangun bayarnya bisa lebih dari sejuta" ucap Rian terdengar kesal dari seberang telfon

"tinggalin aja di pinggir jalan" saut Juna asal

"heh dono!! anak orang ini. Udah cepetan ga pake lama, gue share-loc"

"kebanyakan tingkah ya ni orang stres" Juna mematikan panggilannya sepihak lalu menyambar jaket dan kunci motornya untuk menjemput Angga

Juna melajukan motornya menuju tempat Rian Angga dan Boby berada. Memarkirkan motornya lalu memasuki club. Bau alkohol menyeruak kedalam indra penciumannya, situasi remang serta kelap kelip lampu membuat ia harus menyipitkan matanya

"hai" sapa seorang pria dengan badan tegap dan berkulit tan menghampiri Juna

"iya?"

"kamu kayanya masih muda" ucap pria tersebut menatap Juna intens dari ataa hingga bawah membuatnya risih

Juna menatap bingung orang di hadapannya "memang" jawabnya singkat

"muka kamu keliatan soft, uke ya? mau main?" tawar pria tadi membuat Juna hampir mengeluarkan matanya

"udah gila ya mas?!!"

"saya bayar gimana?" tawar pria itu lagi

"istighfar mas! kiamat sudah dekat!!" ucap Juna lalu buru buru pergi dari hadapan pria berkulit tan itu

Juna pergi dari sana lalu segera menelfon Rian. Setelah dering ke dua Rian mengangkat panggilan Juna dan menuntunnya menuju private room dimana ia berada.

"lo naik ke lantai dua, pokoknya ngelewatin lorong yang lampunya warna merah" titah Rian

"gue udah di lorong, terus kemana?" tanya juna

"udah lo lurus aja, jangan kebanyakan ngedumel"

"lagian biasa minum teh pucuk banyak gaya mau upgrade ke wine" omel Juna

"menikmati masa muda bro" jawab Rian dari seberang telfon

"halah tai, kalo muntah juga yang keluar kangkung" Juna terus melangkahkan kakinya mengikuti arahan Rian sampai tidak sengaja menabrak seorang pria mabuk yang tengah di papah oleh perempuan yang sama mabuknya

"maaf mas mba, saya ga sengaja" ucap Juna yang sepertinya tidak di hiraukan oleh dua manusia yang sedang sama mabuknya. Ia memilih segera pergi dari sana dan memasuki privat room yang sudah terdapat teman temannya disana

"lama banget sih lo" omel Rian

"anjing ga ada adabnya ya lo, udah di jemput juga"

Rian hanya menunjukkan cengiran bodohnya "gue udah harus balik soalnya"

"tck, gara gara lo gue di godain sama mas-mas tadi, udah gitu nabrak orang"

Rian tertawa keras "muka lo emang minta di perawanin sih"

"kadieu sia anying"

"udah cepet pulangin ni manusia manusia jauh dari agama" suruh Rian lalu memapah Boby

"suka ga ngaca ya ni remaja" Juna lalu memapah Angga dan mengikuti Rian

"halah, kaya yang paling bener aja lo" cibir Rian

"astaghfirullahalazim kawan" Juna beristighfar

Mereka keluar dari tempat haram itu dan berjalan menuju motor masing-masing untuk mengantarkan pemuda-pemuda tersesat itu


🕸🕸🕸

Setelah mendengar cerita Juna, Rea mengajaknya untuk bertemu Ray besok sepulang sekolah. Awalnya Juna menolak karena ia merasa tidak seharusnya ikut masuk kedalam masalah rumah tangga orang lain. Tetapi karena Tari adalah alasan Rea selalu murung ia memutuskan untuk membantu.

bisa bisanya gue ngebantuin nyelesain masalah rumah tangga mba crush batin Juna dalam perjalanan menuju rumah Rea untuk mengantarnya pulang

Hari sudah malam ketika mereka sampai di rumah. Setelah mengucapkan terimakasih Rea melangkahkan kakinya memasuki rumahnya. Tujuannya sekarang adalah Ray, Ia harus menjelaskan semua yang ia ketahui dari Juna tadi


Ketika ia membuka pintu kamarnya, ia dikejutkan dengan Ray yang langsung memeluknya

"

Ray?" panggil Rea

"maaf" ucapnya pelan yang entah mengapa membuat Rea tersenyum

"buat?" tanya Rea memancing

"yang tadi"

"lupain aja yang tadi, aku punya info bagus yang bisa bantu kita nyelesain masalah ini" ucap Rea membuat Ray melepaskan pelukannya dan kembali mengubah raut wajahnya menjadi datar. Tsundere.

"apa?" tanyanya

Rea menceritakan ulang semua yang Juna ceritakan padanya

"kamu yakin dia ga salah liat?" tanya Ray

"Juna bilang sih dia yakin, soalnya dia ga mabok sama sekali" jawab Rea

"kalo gitu besok kita bahas ini sama Juna, semoga aja masalah ini bisa selesai" ucap Ray yang Rea angguki

"oh ya, lusa perusahaan akan ngadain peresmian kantor cabang, kita harus hadir sebagai tuan rumah" Ray memberitahu rencana keluarga mereka sore tadi. Itulah mengapa Ray pulang lebih awal. Untuk memberi tahu Rea semuanya.

"kalo kamu engga mau sa- aku bisa pergi sendiri" ucap Ray

"aku ikuutt, mau makan gratis" ucap Rea di akhiri cengirannya

"oke"










tbc

Phase //REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang