"Zayn? Apa maksudmu?"
Zayn tidak menjawab. Ia malah menyodorkan sebuah sketchbook kepada Mia. Refleks Mia menaikkan sebelah alisnya dan menatap Zayn untuk meminta penjelasan.
Zayn hanya menatap Mia datar tanpa ekspresi. Mia yang merasa tidak mendapat respon dari Zayn memutuskan untuk membuka lembar demi lembar sketchbook itu.
Di lembar pertama, Mia dapat melihat gambar seorang wanita cantik berwajah Arabian. Dan wanita cantik itu sangat mirip dengan Zayn sehingga Mia berasumsi bahwa wanita itu adalah ibunya Zayn. Ternyata dugaan Mia terbukti benar saat melihat tulisan kecil rapi di kanan bawah kertas itu. Mom.
Mia tersenyum simpul dan beralih menatap Zayn yang juga sedang menatapnya lembut. Mia kembali membuka lembar demi lembar sketchbook milik Zayn yang hampir semuanya berisi wajah orang-orang terdekat Zayn. Ketika melihat lembar ke-11, Mia merasakan jantungnya berdegup begitu kencang bersamaan dengan kupu-kupu yang berterbangan di perutnya saat melihat lukisan yang mirip dengan wajahnya yang diarsir dengan goresan pensil yang sangat indah. Menurut Mia, lukisan wajahnya itu sangat cantik bahkan lebih cantik dari wajah aslinya. Poin tambahan untuk Zayn dari Mia: Zayn pandai melukis.
"Zayn, apakah ini aku?" tanya Mia sambil menunjuk lukisan wajahnya.
"Menurutmu itu kau?" tanya Zayn yang membuat Mia terdiam.
"Itu kau, Zamia. Itu memang kau."
"Tapi, kenapa?"
"Apanya yang kenapa?"
"Kenapa kau melukis wajahku?"
"Karena kau cantik. Sangat disayangkan apabila wajah cantikmu itu tidak diabadikan, Mia."
"Kau sedang merayuku?"
"Jika kau menganggap apa yang kukatakan barusan itu termasuk rayuan, maka ya. Itu rayuan."
"Kau tidak pandai merayu, Zayn."
"Setidaknya aku pandai melukis wajah seseorang yang sedang aku rayu."
"Kau menggelikan." ujar Mia.
Setelah itu, keheningan mulai menyelimuti mereka selama beberapa saat sampai suara pelayan memecahkan keheningan diantara keduanya.
"Maaf, Tuan Malik. Diluar ada sebuah sepeda butut yang diparkir sembarangan. Harus kuapakan benda itu, Tuan?"
Mia yang merasa sepedanya sedang menjadi bahan pembicaraan langsung membuka suara.
"Zayn, kurasa itu sepedaku. Dan satu hal lagi, sepedaku tidak butut." ucap Mia setengah berbisik.
Zayn yang mendengarnya tersenyum kecil dan menatap ke arah pelayan itu.
"Pindahkan sepeda butut itu ke tempat yang seharusnya." titah Zayn kepada pelayan itu yang segera mengangguk patuh dan beranjak pergi.Mia membulatkan matanya tak percaya dan menatap Zayn sengit hingga kedua alisnya menyatu. Satu lagi yang membuat heran adalah kenapa Zayn memerintah pelayan itu sesukanya saja?
"Sudah kukatakan kalau sepedaku itu tidak butut, Malik."
"Kau benar. Sepedamu itu tidak butut. Hanya kurang bagus saja."
"Kau menyebalkan."
Zayn hanya mengendikkan bahunya acuh. "Omong-omong kau mau minum apa?"
"Espresso Martini." jawab Mia yakin.
"Pilihan yang bagus."
Zayn melambaikan tangannya ke arah pelayan yang segera menghampiri meja mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Things
RomanceZamia Floridana, gadis dengan segala 'ketertutupannya' yang telah berhasil menutupi semua hal yang memang harus dia tutupi dengan diam. Mia, mempunyai gagasan yang menurutnya jitu dan tak terbantahkan, "Kau mungkin tidak berbuat curang dalam hidup...