"Kau dengar sesuatu, Mia?" tanya Daniel sambil memutar stirnya ke arah kiri.
Mia meringis menyadari kalau suara perutnya terdengar oleh Daniel. Mia memang belum sarapan tadi pagi dikarenakan ia telat bangun ditambah kegiatan olahraganya menuntun sepedanya itu yang tentu saja sedikit banyak menguras tenaganya.
Mia berdeham. "Mm, tidak." bohong Mia.
Daniel tertawa sinis. "You're a bad liar," kata Daniel. "Aku tahu kau belum sarapan. Jadi, kita akan sarapan. Tapi, sebelumnya kita akan mengambil uang di ATM terlebih dahulu."
Kening Mia berkerut. "Ini sudah hampir senja, Daniel. Dimana kita akan menemukan menu sarapan di sore hari seperti ini?"
"You'll find out."
•••
Disinilah mereka. Di sebuah Cafe yang menyediakan menu sarapan 24 jam. Cafe ini menyediakan berbagai menu sarapan, mulai dari wafel, panekuk, sereal dan salad. Atau mungkin, terdapat sup dan sandwich alpukat di jam-jam senja seperti ini.
Mereka duduk di dekat jendela dan segera memesan. Mia memesan wafel dan susu hangat. Sedangkan Daniel memesan panekuk dan white coffee.
"Kau tahu filosofi kopi, Mia?" tanya Daniel membuka pembicaraan.
Mia menggeleng. "Tidak tahu dan tidak ingin tahu." jawab Mia dingin. Lagipula untuk apa Mia mengetahuinya? Toh, kopinya saja dia tidak suka apalagi filosofinya.
"Jika kopi terlalu pahit, siapa yang salah?"
Mia berpikir sejenak, "Gula?"
"Jika terlalu manis?" tanya Daniel lagi.
"Gula?"
"Jika takaran kopi dan gula balance siapa yang dipuji?"
"Tentu saja kopi."
"Nah, gula tidak pernah disebut padahal gula mempunyai andil," Daniel memberi jeda pada ucapannya. "Jika seseorang mengidap penyakit gula, barulah gula disebut-sebut."
Mia mengunyah wafelnya dan mengetukkan jari telunjuk ke dagunya. "Jadi?"
"Kau bisa menarik kesimpulan sendiri, tukang tidur."
Mia menggerutu. "Hei, kan sudah kukatakan aku tidak ingin tahu."
Daniel menyeringai. "Teknisnya, kau sudah tahu."
Mia mendengus kesal dan tersenyum jahil. "Kesimpulannya adalah kau harus berhenti minum kopi karena kopi mengandung kafein yang bisa menstimulasi otakmu." kata Mia dengan nada menakut-nakuti.
Daniel menghembuskan napas kasar. "Itu tidak ada hubungannya dengan filosofi yang sedang kita bahas, Mia."
"Ya, aku tahu. Aku tidak sebodoh itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Things
RomanceZamia Floridana, gadis dengan segala 'ketertutupannya' yang telah berhasil menutupi semua hal yang memang harus dia tutupi dengan diam. Mia, mempunyai gagasan yang menurutnya jitu dan tak terbantahkan, "Kau mungkin tidak berbuat curang dalam hidup...