Kebenaran Kekhawatiran Anisa Eps 1

28 1 0
                                    

Walaupun jenazah beliau masih belum berangkat ke peristirahatannya, namun waktu tak mau kuajak bersatu. Anisa dan aku harus segera beradu ke perjalanan menuju kota pahlawan. Aku lihat kakak dari Hikmah yang tadi berkelahi denganku menyesal telah menghina bapaknya sendiri. Bahkan makin menyesal melihat kenyataan jika Anisa adalah adikku juga Fortuner yang hendak aku naiki adalah milik sendiri. Pun malu pada si adik tiri kakak kembar Almarhumah Siti.

"Jadi, sebenarnya itu sejak Nisa lihat kakak vc dengan Hikmah di belakang kakak sudah diikuti oleh jin qori bapak Hikmah. Bisa dibilang arwahnya. Beliau selalu minta komunikasi sama keluarga. Kalaupun kakak merasakan tatapan ganjil dari diri Nisa, sebenarnya itu Nisa komunikasi sama ia. Nisa tahu kok tadi waktu kakak berkelahi sama kakaknya Hikmah sebenarnya tubuh kakak dikendalikan olehnya. Karena, ya kakak pasti tahu sendiri andai kakak yang meninggal terus orang yang disayangi kakak ternyata menyiakan kasih sayang yang kakak berikan. Makanya Nisa memasukan ia pada tubuh kakak, agar bisa komunikasi sama mereka. Eh gak tahunya main fisik pula." jelas Anisa saat mobil ini telah sampai jalur pantura.

"Nah yang dikatakan Mbah Nardi itu apa? Pantesan kok kakak selalu merasakan kehadiran beliau."

"Banyak banget. Dua jam lebih beliau bicara sama keluarganya." jawab Anisa sembari merapikan hijabnya.

"Berarti apa kamu tahu kalau kakak akan selamat kemarin? Nyatanya kamu nangis kok kaya tidak tahu kakak akan selamat."

"Jadi begini kak. Sebenarnya untuk kedua jasad itu disembunyikan oleh penunggu muara. Maka dari itu Nisa minta izin sama mereka. Dan untuk orang yang kata kakak bawa akik penuh di semua jarinya, beliau itu bisa dibilang kurang sopan dalam meminta kedua jasad tersebut karena mengerahkan prewangannya untuk berkelahi dengan penunggu itu. Bisa dibilang memaksa."

"Jadi teori yang kamu sampaikan itu cuma sebagai pemanis?"

"Tidak juga sih. Karena cara mereka menyembunyikan adalah memendamnya sangat dalam. Maka dari itu bagaimanapun jua kakak mengorek lumpur takan pernah berjumpa. Semakin dalam kakak mengorek semakin jauh pula jasad itu terpendam. Dan juga, mata batin Nisa itu mereka tutup setiap berada di sana selama beberapa saat sebagai syarat. Maka dari itu Nisa tak tahu kalau kakak akan selamat. Kan kakak juga tahu kalau syarat makhluk ghaib selalu tak masuk akal."

Aku hanya mengangguk saja mendengar penjelasannya. Karena dulunya aku juga tak menyangka jika kemampuan supranatural pun ia punya. Jangankan menebak warna dan wujud Si Bintang Samudra sebelum berjumpa. Bahkan untuk memprediksi masa yang akan datang ia bisa walau tak seberapa.

Tangan kanan taruni komandan pleton itu mulai ia lingkarkan pada perutnya. Ia nampak cemas. Keringat pun kulihat telah membasahi wajahnya. Untuk dudukpun kulihat ia kurang tenang.

"Bilang aja tak usah malu. Daripada nanti kena malu. Atau ntar ada berita danton Nautika satu... "

"Hem, iya kak. Lagipula kan masih jauh spbu nya. Nisa bisa nahan kok. Sekalian mandi sama pake seragam." potong gadis itu sebelum kulanjutkan pembicaraan.

"Emang kamu bawa seragam untuk hari senin?" tanyaku sembari menambah kecepatan mobil.

"Pasti bawa. Oh iya kak, kapal kakak masih baru toh? Mending jangan terlalu ngebut deh. Biasanya kapal baru itu banyak cobaannya. Ini belum seberapa ujian pada kakak. Nanti akan ada kejadian lain sebagai cobaan untuk peralatan kapal bahkan untuk crew lain. Disamping Nisa juga takut sih untuk saat ini kalau kakak ngebut."

"Ah yang bener aja kamu. Doa yang baik dong. Along pulang selamat komisi besar kek atau apa. Kok banyak cobaannya? Apa hubungannya ama mobil ngebut?" bantahku untuk ucapannya.

"Komisi kakak itu nanti jauh lebih besar dari yang kakak terima sebelum lebaran tahun kemarin. Walaupun perbekalan untuk trip ini bisa dibilang jauh lebih besar kak. Kan kakak tahu belum berangkat pun untuk pembelian alat tangkap juga seluruh perangkat lain yang kini masih ada di gudang udah berapa ratus juta? Udahlah kak, Nisa takut kalau kakak ngebut untuk saat ini." pandangnya yakin padaku.

Bintang SamudraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang