naik moge Naje
Pukul tujuh pagi. Masih ada setengah jam lagi sebelum bel masuk berbunyi di hari Jumat yang cerah ini.
Mila berjalan mengekori Ikhsan keluar dari kelas 12C setelah sebelumnya Naje mengajak mereka keluar kelas untuk mengikutinya.
Mereka bertiga berhenti di balkon yang berada di hadapan tangga. Kemudian Naje berdiri menghadap kedua rekan lombanya.
"Ada apa pagi-pagi begini?" tanya Ikhsan tak acuh. Naje menatap mereka berdua dengan serius, lalu berdeham.
"Ikhsan, kau bisa masak apa?" tanya lelaki itu pada lelaki berkacamata bulat di hadapannya.
"Aku pernah membantu ibuku mengulek sambal untuk chicken smackdown," jawabnya bangga. Naje mengernyit bingung.
"Ayam geprek, maksudku," imbuh Ikhsan dengan nada bergurau membuat Mila melirik sebal.
"Kalau Mim— Mila?"
Gadis yang ditanya tertegun beberapa detik. Ikhsan menyikut lengannya pelan bahkan sebelum suara Mila keluar.
"Masak air, ya kan Mi?" ledek lelaki itu yang dibalas dengan pelototan Mila yang seram karena gadis itu melotot sambil tersenyum.
"Mungkin aku bisa bantu-bantu yang lain," ucap Mila meragukan kemampuan memasaknya.
Naje tersenyum kecil melihat respon Mila.
"Menurut kalian, bagaimana kalau kita masak nasi goreng?" usul Naje.
"Apa tidak terlalu mudah? Bagaimana kalau tim lain juga membuat itu?" sangkal Ikhsan cukup sengit. Nadanya terdengar menyebalkan di telinga Mila.
"Justru mereka berpikiran sepertimu, makanya mereka tidak akan memasak nasi goreng. Lagipula siapa bilang mudah? Coba kau yang masak! Coba! Paling rasanya keasinan, atau gosong," cerocos Mila, untuk yang kesekian kalinya beradu mulut dengan lelaki kutu buku itu.
Sedetik kemudian gadis itu menelan ludahnya kikuk karena menyadari Naje memerhatikannya.
"Ya sudahlah terserah kalian," ucap Ikhsan mengalah sembari mengangkat kedua tangannya.
"Baiklah, kita masak nasi goreng. Aku yang akan beli bahannya. Nanti berkumpul di rumah Ikhsan jam tiga sore, ya," putus Naje.
"Alamatnya sudah kukirim di grup," ucap Ikhsan mengingatkan. Naje mengangguk.
"Mila kenapa tidak muncul di grup?" tanya Naje membuat gadis itu menggaruk telinganya gugup.
"Tidak ada kuota, hehe..." jawabnya canggung tanpa berani menatap Naje.
"Mil, bukannya nanti sore kau ada kegiatan ekskul?" Ikhsan lagi-lagi menyikut gadis itu.
"Iya, aku ada latihan renang. Tapi tidak lama... mungkin jam dua sudah selesai."
"Tidak apa-apa. Aku juga ada pelatihan di ekskul," ujar Naje lembut sambil tersenyum manis.
—sunyi senyap—
Sekolah sudah sepi. Hanya murid yang selesai ekstakurikuler saja yang masih setia berada di wilayah sekolah yang luas ini.
Mila melangkah gontai. Seluruh tubuhnya terasa sakit akibat pelatihan. Untunglah ia berhasil menyelesaikan pelatihan lebih dulu dibandingkan teman-temannya yang masih ada di area kolam renang.
Gerbang terasa sangat jauh. Matahari sangat terik. Peluh membasuhi dahi Mila, membuatnya berkali-kali mengusapnya dengan enggan.
Sesampainya di gerbang, gadis itu benar-benar sendirian. Ia menyender letih di tembok, menunggu angkutan kota berwarna kuning yang biasa lewat.
KAMU SEDANG MEMBACA
sunyi; senyap.
General Fiction엔시티 세리즈 © pifaoreefa 2018 WARNING: [15+] [ON GOING] Diperbarui setiap hari KAMIS Mila tidak pernah mengetahui bahwa Naje Bumintara, lelaki yang memiliki senyum sehangat mentari pagi itu adalah bagian dari masa lalunya. Selama ini, gadis itu setia me...