13

64 13 13
                                    

nana dan mimi

"Nana memilih jujur. Lalu aku tanya, siapa gadis yang dia suka di antara aku, Hina, Lami dan Herin. Tahu dia jawab siapa?"

"Siapa?"

"Dia jawab... tidak ada. Sungguh, aku kesal setengah mati. Kalau bukan di antara aku dan yang lain, lalu siapa gadis yang dia sukai?"

sunyi senyap—

Waktu lomba telah berakhir. Mila menghembuskan napas lega. Gadis itu bergegas membantu Ikhsan membereskan seluruh peralatan yang baru saja dipakai.

Hari Senin yang melelahkan. Sejak upacara bendera usai, Mila belum berhenti beraktivitas. Akhirnya sekarang ia bisa sedikit bernafas dengan leluasa.

Mila cepat-cepat meneguk obat itu ketika Naje berjalan ke arahnya dan Ikhsan yang sedang duduk di sisi lapangan.

"Sudah diserahkan?" tanya Mila sembari bangkit berdiri dari duduknya. Ia dengan cekatan memasukkan botol obat ke dalam kantung celemek yang masih membungkus tubuhnya.

Naje mengangguk. Ia melirik tidak berminat ke arah Ikhsan, kemudian mengarahkan tatapan sepenuhnya kepada Mila.

"Mimi— Mila maksudku, um."

Gadis yang merasa Naje memanggil namanya dengan nama kecilnya itu mengernyit. Jantungnya berdebar kencang. Kenapa Naje seperti orang gugup?

Naje mengusap tengkuknya dengan sedikit kasar. Lelaki ini kenapa?

"Iya? Itu... tidak apa-apa kalau mau memanggilku Mimi, hehe," ujar Mila pelan.

Ikhsan melewati mereka berdua, mengumpulkan kantung sampah tim mereka ke sebuah trash bag besar.

Mila menatap Naje jengah ketika lelaki itu memandangnya tanpa berkedip sama sekali.

"...kau membuatku takut," gurau Mila ragu-ragu. Kedengarannya seperti bukan gurauan sama sekali.

Naje Bumintara lagi-lagi mengusap tengkuknya gugup.

"Naje... benar boleh memanggil Mila... Mimi?"

Mila mengedikkan bahu, "Tentu saja... tidak masalah."

Mata besar Naje berbinar-binar berkilau seperti berlian. Mila memicingkan matanya tidak yakin. Apa ia salah lihat?

"Itu... um... anu..." Naje menatap Mila dengan malu-malu.

Mila menggigit bibir gemas. Gadis tomboi itu tanpa sadar menahan napasnya. Lelaki di hadapannya ini mau bicara apa sebenarnya?

"Mimi juga boleh memanggil Naje, Nana."

sunyi senyap—

Namra Somila, Ikara Ikhsan dan Naje Bumintara bersorak girang ketika juri yang merupakan chef hotel bintang lima mengumumkan bahwa tim mereka menjadi juara pertama. Usaha mereka tidak sia-sia. Seluruh darah, keringat, dan air mata terbayarkan dengan kemenangan telak oleh tim yang diketuai Naje itu.

"Aw, aw, aw," keluh Ikhsan ketika Mila memukul pundak lelaki itu karena girang. Lebih tepatnya, perempuan itu benar-benar tidak percaya tim mereka membawa piala kemenangan.

Gadis itu memperhatikan penyerahan piala emas dengan pahatan topi koki yang diberikan kepada Naje serta juara lain dari kelas 10 dan 11. Mila melompat-lompat dan bertepuk tangan meriah.

"Mimi, Ikhsan! Ayo berfoto!" teriak Naje dari atas podium. Mila memekik tertahan. Ini akan menjadi foto pertamanya bersama Naje.

Mila dan Ikhsan naik ke atas podium. Anggota SPEKTRUM telah siap sedia untuk mengabadikan momen mereka. Setelah beberapa kali jepretan, mereka bertiga pun turun dari podium untuk mempersilakan tim lain berfoto.

sunyi; senyap.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang