Jakarta, 19 tahun silam...
Rumah mewah bergaya arsitektur Eropa dengan halaman yang sangat luas. Rumput sintetis yang menghijau menghampar seperti permadani. Hampir di setiap sudut terdapat pohon palem berjejer. Tanaman bonsai dengan berbagai bentuk tumbuh di beberapa tempat semakin mempercantik halaman rumah keluarga pengusaha terkaya di Indonesia itu.Seorang gadis bertubuh sintal tengah menyapu halaman. Sesekali ia menyibakkan rambut hitamnya yang menutupi wajah. Mata elang dari balik jendela itu tengah mengintai gadis yang sejak pertemuan pertama sudah merenggut hatinya.
Diam-diam ia menyelinap, hendak menyergap dari belakang. Daun kering berwarna keemasan berserakan itu terbang tersapu angin. Melayang hingga menimpa wajah pemuda itu.
“Shit!“ umpatnya sambil menyingkirkan daun yang menutupi wajahnya, membuat gadis itu pun tersadar akan kedatangannya.
“Mas Qiano?” tegur si gadis berwajah bulat itu. Ia terkejut. Tiba-tiba saja anak majikannya itu sudah ada di belakangnya.
Pemuda yang bernama Qiano tersebut meringis karena ketahuan.
“Eh, Laras... anu...” Qiano salah tingkah. senyumnya masih berkembang.
“Ada apa, Mas? Minta dibuatkan kopi seperti biasa?” sahut Laras. Entah kenapa jantungnya berdesir saat berdekatan dengan pemuda itu.
“Oh ya, boleh-boleh,” ujar Qiano tergagap. Sebenarnya bukan itu yang ia maksud.
“Tapi aku selesaikan pekerjaanku dulu ya, Ma. Setelah itu baru kubuatkan kopi.”
“Oke.”
Qiano membalikkan badan. Mengayunkan kakinya ke depan. Baru beberapa langkah, sebuah ide cemerlang muncul di otaknya.
“Nanti kopinya bawa ke halaman belakang aja. Aku mau ke kolam renang,” pinta Qiano tanpa menoleh. Senyumnya melebar. Cowok bertubuh atletis itu melanjutkan langkahnya tanpa menunggu jawaban dari Laras.
****
Qiano sudah bersiap-siap memberi kejutan pada tambatan hatinya. Dengan bertelanjang dada, ia membaringkan tubuhnya di atas kasur udara berwarna transparan yang mengambang di permukaan kolam renang. Sesekali tangannya memercikkan air ke udara.Tak berapa lama, Qiano menceburkan diri ke air sesaat setelah kedatangan Laras dengan membawa baki minuman yang dipesannya.
“Mas, ini kopinya,” ujar gadis yang berusia 17 tahun itu.
Qiano berenang menuju bibir kolam. Di lantai dasar tepi kolam, tangannya terlipat menopang tubuhnya yang sebagian berada di dalam air.
“Kopinya bawa ke sini,” pintanya.
“Baik, Mas.” Laras berjalan mendekati Qiano. Kemudian ia meletakkan baki berisi secangkir kopi di samping Qiano.
“Laras, aku punya sesuatu buat kamu.”
“Apa, Mas?” Laras menautkan alis. Penasaran.
“Bantuin aku ke atas dulu.”
Laras meluruskan tangannya kedepan yang kemudian disambut Qiano. Dengan susah payah Laras berusaha menarik tubuh anak majikannya itu supaya keluar dari dalam kolam. Qiano tersenyum licik. Inilah saatnya.
Tanpa diduga, Qiano justru menarik Laras hingga terjebur ke kolam. Spontan membuat Qiano ngakak.
“Ah, Mas Qiano. Bajuku jadi basah nih... “ Laras merengut.
Melihat ekpresi pujaan hatinya yang lucu itu, tawa Qiano semakin lepas.
“Mas Qiano sengaja ya ngerjain aku?” sungut Laras sembari memercikkan air ke wajah Qiano yang hanya berjarak beberapa senti saja.
Sejenak keduanya terdiam. Kedalaman air kolam hanya sebatas dada orang dewasa. Laras yang bertubuh mungil, terpaksa berjijit agar tidak tenggelam. Qiano mendekat. Wajah Laras yang dibasahi air dengan rambut kuncir kuda terlihat sangat cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Jagad
Novela JuvenilIni bukan tentang cinta tapi sebuah rahasia yang selama ini terkubur bersama masa lalu. Bermula ketika Jagad mengikuti lomba menulis lagu yang diadakan salah satu produsen minuman terkenal yang menjadi salah satu sponsor dalam pekan olahraga terbesa...