“Anak itu...” desah laki-laki berbadan tegap yang menyandarkan punggungnya pada sandaran tempat tidur. Tangannya meraih kalung yang tergeletak di atas nakas sebelahnya.
Kalung dengan leontin yang berbentuk bujur sangkar dengan lambang bulan sabit di tengahnya. Bagian tengah sisi garis bujur sangkar terdapat cekungan segitiga yang menjorok ke dalam. Pada kedua sisi sudut terdapat pula lubang yang sangat kecil. Sesaat ia memandangi kalung yang dipegangnya itu. Memori di otaknya bekerja.
Ia kemudian melepas kalung yang melingkar di lehernya. Kalung itu memiliki kesamaan dengan kalung yang dipegangnya. Sama-sama memiliki leontin berbentuk bujur sangkar. Hanya saja, yang membedakannya adalah lambang pada masing-masing leontin tersebut. Leontin kalung miliknya terdapat lambang bintang. pada bagian tengah garis bujur sangkar terdapat bagian sisi sudut lancip bintang berbentuk segitiga menonjol keluar. Pada kedua sisi sudut bujur sangkar terdapat pula bola-bola kecil yang menyembul.
Kedua leontin tersebut seolah memiliki keterikatan satu sama lain. Benar saja, jika disatukan akan membentuk lingkaran utuh seperti koin. Sempurna. Kalung miliknya dengan kalung milik pemuda itu adalah sepasang. Kalung inilah yang membuatnya tidak bisa tidur nyenyak selama dua tahun terakhir. Yang menjadi tanda tanya besar adalah bagaimana anak ini memiliki pasangan dari kalung miliknya?
Laki-laki itu mengumpulkan serpihan-serpihan memori di otaknya. Mungkinkah pemuda itu ada hubungannya dengan masa lalunya? Atau jangan-jangan.... sesaat terbesit sebuah nama seseorang. Ah, sudahlah. Ia tidak mau berandai-andai. Yang jelas, misteri kalung ini mulai terkuak. Ia harus segera memecahkannya. Pilihannya mengadakan program di kota yang disinggahinya ini sangat tepat. Ia bertemu dengan pemuda yang selama ini dicarinya. Besok ia akan kembali ke Jakarta untuk beberapa waktu.
****
Jagad menghempaskan tubuhnya di kursi panjang ruang tamu. Ia lelah sekali. Seharian ini banyak kegiatan di sekolah. Mulai dari kegiatan ajar-mengajar hingga ektrakulikuler. Sepulang sekolah, ia tak lantas ke rumah. Bersama dengan geng SR atau singkatan dari solidarity relationship, geng yang terbentuk ketika masih duduk di bangku SMP. Setiap akhir pekan, mereka sering mengadakan pertemuan.
Geng SR terdiri dari sepuluh anak. Enam anak cowok dan empat anak cewek Mereka adalah Jagad, Didik, Gesang, Lugut, Azid, Nur Cahyo, Zumaroh, Lia, Swasti dan Yunita. Geng yang terbentuk karena celetukan Swasti saat mengadakan penggalangan dana kemanusiaan untuk korban bencana alam di sekolahnya. walau setelah lulus SMP, mereka tidak satu sekolah lagi, tapi geng mereka masih tetap bertahan hingga sekarang.
“Baru pulang, Nak?” tegur Mak Mira dari balik pintu.
“Iya. Mak sendiri dari mana?” Jagad bertanya balik sembari beringsut.
“Habis ngantar Bulek Umi belanja ke pasar. Besok kan ada yasinan ibu-ibu muslimah di rumahnya,” terang Mak Mira sembari melempar pantatnya di kursi. Kemudian ia meletakkan bungkusan kantong plastik di meja.
“Apa ini Mak?” tanya Jagad penasaran melihat barang bawaan ibunya.
“Oh ini. Tadi Bulek Umi membelikan Mak bakso. Tadi sempat nolak dikasih dua bungkus. Satu saja cukup. Tapi Bulek Umi memaksa. Katanya buat kamu. Ya sudah, Mak terima saja. Nggak enak nolak rejeki.”
Jagad manggut-manggut.
“Makan Nggih. Kamu pasti lapar.”
“Nanti saja Mak. Masih kenyang. Tadi sudah ditraktir sama kakek-kakek di Lamongan," ujar Jagad membuka bungkus kantong kresek tanpa bermaksud mengambil isinya. Sebenarnya Jagad ingin sekali makan bakso tapi perutnya sudah penuh.
“Kakek-kakek siapa?”
“Jadi gini, Mak. Pas perjalanan pulang ke rumah, aku lihat kakek-kakek memakai kursi roda di pinggir jalan, depan hotel mahkota. Sepertinya mau menyebrang. Lalu aku membantunya. Terus aku diajak makan.”
Mak Mira terkejut mendengar penuturan anaknya. Ia penasaran. “Kakek siapa? Apa kamu mengenalnya?” ulangnya.
Jagad menggeleng. “Ketemu saja baru hari ini. Sepertinya kakek itu bukan orang Lamongan. Pakaiannya rapi, bersih dan berkulit putih.”
“Kamu jangan asal mau diajak orang makan. Nanti kamu diapa-apain bagaimana? Sekarang banyak penculikan!” tukas Mak Mira sedikit khawatir.
Jagad terkekeh. “Aku sudah gede Mak. Ngapain nyulik aku? Ada-ada saja sampean Mak, Mak.”
“Ya siapa tahu kalau orang lagi kalap.” Mak Mira bersikukuh dengan argumennya. Tampaknya ia curiga dengan si kakek tersebut. Bagaimana bisa orang yang baru kenal, langsung mengajak anaknya makan hanya karena mendapat pertolongan. Kan aneh.
“Mak nggak perlu khawatir begitu ah. Jagad bisa jaga diri. Lagi pula kakek itu baik kok Mak. Beliau menyebrang jalan karena bosan di kamar hotel. Itu saja tanpa tanpa sepengetahuan perawatnya.”
‘Tapi tetap saja Mak khawatir. Lain kali jangan diulangi lagi ya.” Mak Mira memberi nasehat.
“Iya Mak. Jagad mau mandi dulu, Mak,” ujar Jagad sembari bangkit dari duduknya.
Sebuah selebaran di meja menyita perhatian Mak Mira. Ia kemudian menyambar selebaran tersebut. Dibacanya sekilas.
Lomba menulis lagu penyemangat yang diadakan oleh dinas pemerintah kabupaten Lamongan. total hadiahnya sangat besar mencapai ratusan juta dan beasiswa ke perguruan tinggi untuk juara pertama.
sejak dulu, Jagad suka sekali bermain musik. Jagad mulai serius bermain gitar ketika duduk di bangku SMP. Di sekolah ia mengikuti ekstrakulikuler musik. Ketika kelas VIII, sang ayah membelikan sebuah gitar. Di waktu luang, ayah dan anak bersenandung bersama di bawah pohon mangga depan rumahnya sembari memetik gitar. Mak Mira sering memerhatikan dari jauh kedekatan mereka. Sayangnya, semenjak suaminya meninggalkan rumah, gitar kesayangan Jagad hanyalah seonggok benda yang tidak terpakai menggantung di dinding kamarnya.
Perhatian Mak Mira kini beralih pada logo di pojok selebaran yang dipegangnya. Dari perusahaan PT Agung Sentoso yang menjadi sponsor lomba. Agaknya, nama perusahaan itu cukup familiar bagi Mak Mira. Serpihan-serpihan masa lalunya kini kembali terangkum dalam memorinya.
Ah, mengapa ia harus mengingat kembali masa lalunya yang pahit itu? Wajah laki-laki yang pernah singga di hatinya berkelebat. Laki-laki yang sudah menggoreskan luka. Laki-laki yang menghancurkan masa depannya. Laki-laki yang mengubah rasa cintanya menjadi kebencian.
Sebuah sentuhan lembut membuyarkan lamunan Mak Mira. ia tergeragap ketika menyadari Jagad duduk di sampingnya.
“Mak kenapa? Kok melamun?” tanya Jagad penasaran.
“Tidak apa-apa, Nak.”
“Apa Mak lagi mikirin Bapak?”
Mak Mira tertunduk lesu mendengar pertanyaan anaknya. Bukan karena memikirkan suaminya. Bukan pula karena ia tidak memiliki jawaban untuk menjawab pertanyaan Jagad. Ia tidak tahu harus ngomong apa. Haruskah ia jujur pada Jagad? Bisakah ia menerima kenyataan pahit itu? Tidak. Ia tidak mau melukai hati anak tercintainya meskipun ia tahu bahwa Jagad sangat menyayangi suaminya.
“Kenapa Mak diam? Sebenarnya ada apa dengan bapak sampai tega meninggalkan aku dan Mak? Kenapa Mak selalu diam tiap kali aku bertanya soal bapak? Jangan-jangan ada yang Mak sembunyikan dari Jagad. Katakan Mak. Jangan diam saja!” Sepertinya Jagad mulai lelah dengan kebungkaman ibunya.
Seperti itulah Jagad. Ia akan terus mendesak ibunya untuk bicara perihal kepergian ayahnya. Bayangkan saja. Sudah tiga tahun ayahnya pergi. Tapi ia tidak tahu sama sekali alasan ayahnya pergi. Ia bahkan tidak pernah melihat kedua orang tuanya bertengkar. Meski ia merasa kecewa pada ayahnya yang tega meninggalkannya, tapi ia tidak bisa membencinya.
Karena tak ada jawaban dari ibunya, lantas Jagad menghentakkan kakinya kesal. Ia berlalu meninggalkan ibunya. Lagi-lagi kebungkaman yang ia dapat. Beberapa detik kemudian terdengar suara pintu dibanding hingga membuat tubuh Mak Mira terjengkat.
Kelopak mata Mak Mira mulai basah. Maafkan Mak, Gad. Mak belum siap mengatakan yang sebenarnya, batinnya. Butuh kekuatan untuk mengumpulkan keberanian mengatakan yang sebenarnya pada Jagad. Delapan belas tahun ia menyimpan rapat-rapat rahasia itu. Haruskah ia membuka luka lama yang selama ini ia kubur dalam-dalam?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Jagad
Teen FictionIni bukan tentang cinta tapi sebuah rahasia yang selama ini terkubur bersama masa lalu. Bermula ketika Jagad mengikuti lomba menulis lagu yang diadakan salah satu produsen minuman terkenal yang menjadi salah satu sponsor dalam pekan olahraga terbesa...