DELAPAN BELAS

5.6K 587 101
                                    

                "Ini Pap, teh nya."

"Sini Bun, duduk disini."

"Sepi ya rumah.." ujar pria paruh baya itu memulai percakapan.

Bunda yang diajak mengobrol hanya tersenyum. "Iya dong sepi. Kan anak-anak lagi pada mengejar mimpi masing-masing."

Papap mengangguk setuju. "Si bungsu juga sebentar lagi nikah. Rasanya semua tugasku jadi ayah sebentar lagi selesai." Ujar Papap sedikit sendu.

"Jangan sedih dong Pap. Kan harusnya bahagia."

"Iya bahagia dong, Bun. Cuma ternyata gak terasa ya. Semakin tua juga."

Bunda kembali tersenyum. "Udah harus sering liburan kita, Pap. Sama main bareng cucu-cucu."

"Ngomong-ngomong yang lain sudah diinfokan? Bisa berangkat ke Tokyo?"

Bunda mengangguk mengiyakan. "Aku udah bilang sama Lia, udah titip bilang juga sama Sheza karena dia tadi yang angkat telepon. Bima sama Noemi ngusahain katanya. Takutnya hari itu di rumah sakit padat, apalagi Bima."

"Ya gapapa. Mereka juga tau betapa pentingnya proyek ini. ini proyek pertama Nataya, jadi sebaiknya kita kan memberi dukungan moril setidaknya dengan datang."

Bunda kembali mengangguk sambil menyesap teh nya. "Aku gak sabar Pap pengen cepet Nataya nikah. Seneng punya anak perempuan lagi."

Papap ikut tersenyum. "Aku juga, Bun. Anak bandel sih udah curi start duluan, tapi gak apa-apa lah. Aku udah luar biasa bahagia lihat Nata kembali kayak dulu. Kalau harus ingat-ingat enam tahun kemarin, rasanya hati hancur."

Bunda mengusap pelan lengan suaminya itu. "Aku juga, Pap. Tapi gak bisa menyalahkan siapa-siapa. Itu kan emang proses kehidupan Nata."

Papap dalam hati setuju. Toh pasti ada pesan yang bisa anaknya itu ambil dari kejadian selama enam tahun ini. Yang penting adalah semuanya sekarang sudah berangsur-angsur membaik. Bagaimanapun tugasnya adalah seorang ayah, terkadang tidak begitu ketara seperti seorang ibu di mata anaknya, tapi Papap ingin memastikan anak-anaknya lewat caranya sendiri.

****

Nataya si menyebalkan kembali belum pulang. Keluh Embun dalam hati. Hari ini tanggal 9 Februari, yang mana berarti besok adalah hari ulang tahunnya. Tapi Nataya dengan begitu sibuk terus berada di gedung peresmian sejak pagi hingga sekarang. Rencana Voiture untuk meluncurkan proyek mereka pada tanggal 5 kemarin ternyata harus gugur karena ada satu-dua hal yang masih harus di cek ulang. Ini proyek pertama Voiture, tentunya semua orang terutama Nataya ingin mobil hasil proyek mereka tidak ada kecacatan.

Embun mencoba berbesar hati, mungkin Nata sengaja tidak pulang cepat karena akan memberikannya kejutan. Halo, sebenarnya Embun sedikit malu untuk membahas ini. Besok ia berumur 29 tahun, harusnya Nataya sedikit melonggarkan waktu untuknya yang bertambah tua ini kan?

Tapi ternyata baru saja diceritakan, orangnya sudah mengajaknya video call. Menunjukkan keadaan di gedung peresmian yang masih sibuk dengan banyak orang, kemudian meminta maaf karena sepertinya akan pulang larut dan meminta Embun untuk tidur duluan. Yasudah lah, mau bagaimana lagi. Embun akhirnya makan malam sendiri dan segera membersihkan tubuhnya dan bersiap menuju alam mimpi. Mungkin nanti Nata akan tiba-tiba membangunkannya dan memberikan kejutan itu kan?

Lagi pula, Embun kapok menunggu Nata sampai sebegitunya. Kalau harus disebut sakit karena rindu, iya juga sih. Tapi ada hal yang mendasari juga kenapa satu bulan yang lalu Embun dan Nata bisa sama-sama sakit. Embun berhari-hari itu sering melupakan jam makannya dan dengan tidak peduli membiarkan dirinya tidak makan. Sedangkan Nata kelelahan akibat perjalanan luar kota ditambah malamnya ada badai salju diluaran. Jadi sebenarnya, sakit berkedok rindu itu adalah toping atas alasan sakit yang sesungguhnya.

Constellation of AntariksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang