SATU

9.3K 823 266
                                    

                'Kathia, this is not funny'

Pesan itu Nataya kirimkan secepat mungkin pada kakaknya. Setelah bertemu Embun, tidak ada lagi pembicaraan diantara keduanya. Tim inti proyek yang berjumlah enam orang berangsur-angsur memasuki ruangan untuk memulai rapat. Nataya tidak habis pikir ternyata kakaknya yang menyebalkan itu harus jauh lebih menyebalkan lagi dengan seperti ini.

Nataya membuka rapat dengan santai seolah tidak ada apa-apa. Ia harus profesional bagaimanapun juga. Embun sudah mendatangani kontrak jadi tidak masuk akal untuk menolak kehadiran perempuan itu disini. Nataya hanya harus berbesar hati.

"Selama project ini berlangsung, kita semua akan ditemani oleh penerjemah untuk memudahkan dalam komunikasi nanti. Silahkan kepada Bu Embun untuk pemperkenalkan diri." Tunjuk Nataya tanpa menatap. Ia segera duduk kembali di kursinya.

Embun berdehem sebentar kemudian memperkenalkan diri. Mata Nataya terpejam sebentar menikmati suara itu. Suara favoritnya yang sangat ia rindukan. Selama enam tahun mencoba hidup sebiasa mungkin, mengubur bayangan Embun jauh-jauh di dasar hatinya, ternyata dengan semudah ini semua kenangan itu berlomba-lomba menyeruak di kepalanya. Nataya merasa sesak.

"Jadi selama sepuluh hari ini kita akan melanjutkan pekerjaan di Bandung dan juga mempersiapkan untuk showcasing disini. Kemudian kita lanjut di Jakarta selama tiga minggu. Sisanya sekitar tiga bulan kita akan menetap di Tokyo. Semua fasilitas untuk tinggal di masing-masing kota sudah di provide oleh perusahaan. Tinggal membawa perlengkapan pribadi yang sekiranya perlu. Ingat! Kita bukan liburan. Kita punya project besar."

Semua orang mengangguk mengerti, termasuk Embun. Dari kursi ini ia bisa melihat Nataya dengan jelas. Pria itu sudah menjadi CEO dan hidup dengan baik. Tidak ada satu celah pun yang membuat pria ini terlihat kurang. Bahkan setelah berpisah selama enam tahun, Nataya masih bisa terus baik-baik saja. Jadi untuk apa selama ini Embun diam-diam mengkhawatirkan?

****

Semua anggota tim satu persatu pergi meninggalkan ruang rapat kecil yang tersambung ke ruangan Nataya yang tadi mereka pakai. Embun juga sebisa mungkin buru-buru membereskan barangnya. Ia merasa sangat kikuk hanya berdua dengan Nataya di ruangan ini.

"Bun.." suara itu pelan tapi Embun masih bisa mendengarnya.

"H-hai, Nat." Embun mencoba tersenyum.

"How's life?" tanya nya kembali sambil tersenyum. Ia ingin Nataya tau bahwa ia baik-baik saja. Well, setidaknya pria itu akan berpikir begitu.

Nataya tidak bisa berkata apa-apa melihat senyuman itu. Ia membalikan badan sebelum Embun sempat menemukan air matanya yang jatuh. Berjam-jam menahan diri, Nataya tau jiwa kelamnya masih menunggu sang pemilik. Dan kini pemiliknya ada dihadapannya, tersenyum dengan baik seolah kejadian lalu hanyalah angin yang bisa lewat begitu saja. Tapi bagi Nataya, tidak.

"B-baik. Mungkin kita bisa bicara nanti. Aku ada urusan" jawab Nataya terbata dan segera meninggalkan ruangan. Ia tidak mau terlihat bodoh sendirian sedangkan Embun mungkin tidak demikian.

Selama enam tahun ini, Nataya mengubur dalam-dalam perasaan dan hatinya. Ia tidak pernah menjalin hubungan dengan perempuan lain setelah putus dari Embun. Yang ia lakukan hanyalah bekerja sampai semua orang heran, target dari posisinya dulu untuk menuju ke posisi CEO mungkin dengan normal paling cepat bisa ia dapatkan setelah depalan tahun bekerja, tetapi Nataya mampu menjadi CEO dihampir tahun ke enamnya. Karena selama bertahun-tahun, hidupnya ia pakai hanya untuk ini. Untuk mengubur Embun jauh-jauh di dasar sana.

Constellation of AntariksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang