EMPAT

6K 727 161
                                    

                Hari kedua di rumah sakit, Nataya mengalami kejang karena peningkatan suhu tubuh yang tiba-tiba. Ia mengalami demam tinggi. Embun otomatis panik dan kebingungan dengan apa yang terjadi. Tubuhnya ikut bergetar dan ia dengan tergesa menekan tombol untuk memanggil tim medis disana. Embun hanya bisa menggenggam tangan Nataya dengan kuat. Mencoba mengalihkan keterkejutan tubuh pria itu akan suhu tubuhnya sendiri. Dan Embun merasakan tangan itu dingin sekali ketika tubuh yang lainnya panas seperti terbakar.

Embun hanya bisa menangis.

Sampai akhirnya tim medis datang dan mengecek tubuh Nataya. Ternyata di bagian pinggang pria itu terdapat luka benturan yang cukup parah. Saat dokter memeriksanya, diagnosis sementara mengatakan bahwa luka itu terjadi akibat benturan dengan benda keras yang diabaikan tanpa diobati atau ditangani sama sekali sehingga tubuhnya kini bereaksi melawan sakit itu dan mengakibatkan demam tinggi.

Semalaman setelahnya, Embun tidak ingin pergi barang sedetikpun dari dekat pria itu dan hanya bisa menangis sambil mengeratkan genggamannya. Embun terluka melihat Nataya seperti ini.

****

Keesokan harinya saat Nataya tersadar, ia baru merasakan bagian pinggangnya nyeri dan ia langsung teringat kejadian kenapa ia bisa seperti itu.

Kemarin di Jakarta, ia sedikit mengantuk saat menyetir dan dua mobil di depannya terus-terusan saling menyalip satu sama lain sampai keduanya mengerem mendadak dan Nataya tidak bisa mengendalikan mobilnya sehingga ia membenturkan mobil itu pada pembatas jalan dengan kencang. Untungnya bagian kepalanya tidak apa-apa, tetapi pinggangnya memang menubruk bagian pintu mobil dengan sangat kencang. Tidak ada yang tau kejadian ini karena Nataya langsung mengirimkan mobil itu ke bengkel setelahnya.

Nataya melirik ke sebelah kanannya dan mendapati Embun yang tertidur sambil menggenggam tangannya erat. Ia khawatir dengan posisi tidur Embun yang seperti itu. Pasti punggung perempuan itu akan sangat pegal bahkan sakit setelahnya. Tiba-tiba suara pintu ruangan digeser mengalihkan atensinya.

Kathia berjalan memasuki ruangan tergesa-gesa. Wajah perempuan itu begitu khawatir. Ia kemarin berada di Kyoto sehingga tidak bisa segera mendatangi adiknya itu ketika ia tau ia masuk rumah sakit.

"Nataya.." lirih Kathia saat melihat adiknya.

"Sakit apa lagi sih kamu.." omelnya kesal tapi sedih.

Nataya hanya tersenyum melihat kakaknya itu marah tapi hampir menangis melihatnya.

"Capek aja, sama ini luka" jawab Nataya sambil menaikkan baju pasiennya sedikit untuk menunjukkan luka memarnya.

Kathia hanya bisa menahan tangis dan mengelus wajah lelah adiknya itu. "Kamu gak sayang Kakak? Berhenti ngeforsir diri kamu sendiri, bisa?" tanya Kathia penuh permohonan.

"Kalau aku sakit tapi ada dia aku maunya sakit Kak.." jawab Nataya sambil melirik Embun sebentar.

Kathia hanya bisa menghela napas dan tersenyum tipis. Embun yang ia jaga enam tahun ke belakang. Mati-matian Earthia menutupi dirinya sebagai kakak Nataya agar perempuan itu tidak kabur dari jangkauannya. Tidak ada yang meminta, tapi ketika adiknya itu dengan penuh kesakitan menceritakan Embun yang meninggalkannya, entah kenapa bukan rasa kesal yang ia dapatkan untuk perempuan yang masih tertidur itu, melainkan perasaan ingin melindungi. Ketika selama enam tahun ini adiknya tidak mungkin untuk melindungi Embun, ia ingin membantu mengisi posisinya sementara.

Constellation of AntariksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang