DUA

6K 735 195
                                    

                "Lo sampai kapan sih bakal ngiket Embun?" tanya Wendy di bandara, mereka akan menuju Jogja.

"Apaan sih Wen."

Perempuan itu mengeluarkan rokoknya, "Ya gue nanya aja. Gue mau jahat sih ini. Tapi mata Embun tuh gak ada percikan cinta sama sekali buat lo."

"Ck. Lo manager disini Wen. Jangan sok-sokan ikut campur."

"Gue cuma menilai dari sesama perempuan. Walaupun keluarga gue bobrok, gue masih punya contoh orang yang bener-bener saling jatuh cinta. Dan tentunya bukan Embun contohnya."

"Pikirin aja, Ga. Gue cuma ngasih tau. Gue di ruang rokok ya! Takut lo bengek deket-deket gue" dengan begitu Wendy pergi begitu saja meninggalkan Angga.

Erlangga hanya termangu di kursi besi milik bandara itu. Hati kecilnya menyutujui perkataan Wendy, tapi egonya menolak mentah-mentah. Toh kalau Embun tidak menyukainya, kenapa hubungan mereka bertahan sampai saat ini?

Itu karena kalian jarang ketemu. Gak berasa pacaran. Suara di kepalanya itu tiba-tiba mengganggunya.

****

Suara dari kepala Erlangga mungkin ada benarnya. Embun dan Angga boleh saja berpacaran, tapi intensitas mereka bertemu sangat jarang, bahkan sekali bertemu pun lebih sering Angga ikut serta membawa Wendy karena pria itu kini luar biasa sibuk sebagai artis. Untuk pergi berdua saja bisa dihitung jari. Tidak ada perayaan apapun bersama karena Angga lebih sering dapat jadwal manggung di tempat jauh saat hari-hari penting.

Embun sendiri lebih memilih tidak peduli. Ia tidak pernah meminta apapun pada Angga karena rasanya menerima Angga tanpa membalas perasaan pria itu sudah jauh lebih menyakitkan, jadi untuk apa Embun menuntut? Toh ia memang tidak ingin menuntut apa-apa dari pria itu.

Mengakhiri hubungan dengan Angga juga tidak ada dalam opsinya. Ia tidak ingin membuat luka yang sama pada pria berbeda. Ia merasa jahat sekali. Oleh karena itu Embun memilih untuk menunggu Angga. Kalau Angga ingin semua ini berakhir, ia akan menerimanya.

Embun terburu-buru berlari ke dalam kantor. Sebenarnya masih ada satu jam setengah lagi untuk memulai rapat hari ini, tapi ia dihubungi untuk datang lebih awal satu jam karena ada berkas berbahasa Jepang yang harus diperiksanya terlebih dahulu.

Oh ya, Voiture sebenarnya punya penerjemah khusus di perusahaan. Tapi proyek ini proyek khusus yang bahkan melibatkan langsung si CEO, oleh karena itu tim yang dibuat pun khusus dibuat diluar tim yang biasa bekerja bersama perusahaan.

"Neng Embun baru datang?" tanya Pak Burhan yang sedang membawa secangkir kopi ditangannya.

"Hah..hah.. iya Pak ini baru nyampe banget"

"Oh yasudah Neng, saya bawakan dulu minum ya? Neng masuk duluan saja ke ruangan Bapak"

"Eh gak usah Pak. Saya bareng aja sama Bapak."

"Yasudah, saya bawakan teh saja gak apa?"

Embun mengangguk sambil tersenyum, "Gak apa-apa Pak. Sini kopinya saya yang bawa."

Embun mengulurkan tangan kemudian Pak Burhan dengan senang hati menyerahkan gelas kopi ditangannya untuk membuat teh. Embun termenung sebentar. Orang-orang yang bekerja dengan keluarga Nataya selalu sebaik ini. Pasti karena keluarganya juga luar biasa baik pada semua orang.

Constellation of AntariksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang