LIMA

5.9K 691 213
                                    


                Sekarang masih terlalu pagi untuk jam besuk tapi kedua orang ini sudah bisa memasuki ruang inap rumah sakit. Ditangan keduanya menjinjing buah-buahan dan juga makanan ringan sebagai buah tangan. Mereka berhenti di depan pintu, memastikan sebentar bahwa ruangan yang dituju benar dan kemudian segera memasukinya.

"Embun bukan sih?" bisiknya.

Yang ditanya, yaitu Bagas langsung berjalan terburu-buru mendekati ranjang pasien untuk memastikan, dan benar saja adik iparnya itu disana. Masih tertidur lelap di dekapan sahabatnya.

Bagas mengangguk mengiyakan dan Kalandra langsung terburu-buru juga mendekat.

"Bangsat lehernya Embun!" pekik Kalandra pelan.

Bagas yang tidak begitu meneliti langsung melihat ke arah yang dimaksud Kala. Ia tidak ingin menduga-duga tapi di leher adik iparnya itu jelas ada beberapa tanda yang ia kenal dari mana asalnya. Dan Bagas hanya bisa menghela napas. Ia mengelus lembut rambut Embun mencoba membangunkan.

"Embun.."

"Udah pagi ayo bangun.." ujarnya mencoba membangunkan.

Embun langsung terbangun dan terlonjak kaget hampir jatuh. Nataya pun sedikit terusik tapi tidak terbangun. Ia hanya sedikit mengubah posisi.

"A Bagas kapan ke Tokyo?"

"Eh ada Kala juga h-hai!" dengan linglung Embun segera turun dari kasur dan merapikan rambutnya. Ia juga menyapa kedua pria itu dengan canggung.

"Tadi malem, cuma si Kala baru nyampe malem banget jadi baru kesini sekarang. Kamu beli makan dulu gih. Biar Aa yang nungguin Nata."

"O-oh? Oh iya A hehe Embun kebawah ya?"

Sebelum Embun segera beranjak dari ruangan, Bagas menarik tangannya pelan dan membawa perempuan itu ke depan cermin. "Dek, ngaca dulu coba. Keliatan gak lehernya ada apa?"

Embun hanya bisa diam tidak menjawab, Bagas tau adik iparnya itu kebingungan juga dengan semuanya. "Aa nanya Embun aja atau Aa nanya sama yang masih tidur?"

Embun buru-buru melesat mengacak-acak isi tasnya untuk mencari syal miliknya, melilitkan benda itu di lehernya, mengambil dompet kemudian memekik. "Tanya Nataya aja jangan tanya Embun!", dan dengan begitu perempuan itu menghilang di balik pintu.

"Hahahaha astaga si Embun" Kalandra tertawa keras melihat reaksi Embun.

"Goblok anjir nih curut! Ngapain sih." Lanjutnya lagi.

"Ngiblat sama maneh sih jadi gini." Kala tetap melanjutkan.

"Nat, Nat! Bangun Nat!" kalandra menepuk pelan bahu sahabatnya itu.

"Hmm." Nataya hanya menggumam tanpa menggubris.

"Nat! Nat! Embun pergi Nat!" ujarnya kembali dengan nada panik.

Nataya buru-buru terbangun dari tempat tidur dan mencabut infusan miliknya, pria itu berlari dan hampir sampai ke pintu sampai akhirnya perkataan Kalandra kembali menghentikannya. "Pergi ke kantin Nat."

"Bangsat!" hanya itu yang di ucapkan Nataya sambil mendelik tajam.

"Santai dong bro. Tuh liat berceceran." Lanjut Kalandra sambil membopong kembali Nataya ke tempat tidur. Bagas sendiri hanya memencet tombol panggilan suster untuk membenarkan infusannya.

Constellation of AntariksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang