DUA PULUH SATU

7K 523 101
                                    

                Nataya terbangun dengan tubuhnya yang cukup pegal, sejak kemarin ia dan Embun tidak berhenti. Oke, berhenti beberapa jam sampai akhirnya perempuan di dekapannya itu mengganggunya, padahal dalam hati Nataya berjanji akan memberikan jarak cukup lama untuk menghormati Embun yang benar-benar sudah menjadi wanita dewasa. Tapi ya, Embun sendiri yang membangunkan setan di tubuhnya.

Hampir tengah malam, mereka berpindah tempat ke sebuah bath tub yang memang dirancang khusus terpisah dengan kamar mandi. Bath tub itu diisi penuh dengan kelopak bunga mawar, sedangkan sekeliling ruangannya memang dihiasi lilin aroma terapi yang menenangkan. Dan mereka berdua melakukannya lagi disana. Awalnya Nataya mengiyakan karena Embun bilang tubuhnya lengket dan ia tidak bisa tidur, tetapi ketika Nataya masuk ke dalam air dan Embun menyusul, lebih tepatnya merebahkan diri diatas tubuhnya, Nataya jelas-jelas tidak bisa berkompromi. Sampai pada akhirnya mereka kembali ke tempat tidur sekitar pukul tiga pagi. Melakukannya berkali-kali dengan tubuh basah akibat air mawar dan dengan posisi berbeda ternyata membuat keduanya lupa diri.

Nataya menatap Embun yang masih terlelap begitu pulas di atas tubuhnya. Embun di hari biasa saja sudah begitu susah dibangunkan, apalagi Embun yang tanpa henti melakukan kegiatan yang cukup menguras tenaga kemarin bersamanya. Rambutnya benar-benar acak-acakan walaupun tidak sebasah seperti tadi malam. Ia sedikit khawatir Embun akan pusing karena tidur begitu saja dengan keadaan berkeringat dan rambut basah, mungkin ia bisa memastikan nanti saat Embun sudah bangun.

Nataya ingin mandi, tapi rasanya ia lebih ingin membiarkan Embun terbangun melihatnya agar perempuan itu tidak merasa ditinggalkan dan agar Embun tau ia luar biasa berharga dimatanya. Tapi sampai kapan? Nataya kemudian terkekeh menyadari keadaan ini. ia tidak bisa memastikan kapan Embun akan bangun. Oleh karena itu ia mengecek HP nya dan mebaca beberapa ucapan selamat dari kolega ataupun teman-temannya yang tidak di undang. Pesta kemarin tetap berjalan semi private, sehingga orang-orang yang tidak begitu penting memang tidak mereka undang. Katanya sih, merusak suasana akrab penuh kehangatan yang Embun dan Nataya impikan.

Sedikit demi sedikit Nataya mencoba mengganggu Embun. Ia meniup-niup telinga Embun sambil sesekali mencium wajah Embun yang masih terpejam, cukup ampuh karena Embun mengerang kesal dan memukul dadanya, kemudian melepaskan pelukan mereka dan kembali bergelung sendirian di dalam selimut.

"Bun, aku mandi ya?"

"Jangan.." jawab Embun menggumam.

Nataya terkekeh geli. Ada apa ini? Kenapa Embunnya jadi super manja begini padanya.

"Oke.." jawab Nataya kemudian memeluk Embun dari belakang. Kalau Embun masih mengantuk dan juga melarangnya mandi, oke, ia akan turuti.

"Aku laper sih. Katanya mau nyobain floating breakfast? Ini mah udah brunch Bun." ucap Nataya kembali mengganggu. Perut keroncongannya rupanya tidak ingin berkompromi.

"Hmm.. 10 menit aja Nat. Kalau aku gak bangun, boleh di angkat.." gumam Embun tanpa sadar. Ia masih begitu mengantuk dan suara Nata mengganggunya.

Nataya akhirnya mengalah. Ia tidak mengerti, tapi mungkin efek lelah pada Embun akan jauh lebih besar dari pada dirinya.

****

Nataya sudah mengangkat tubuh Embun sampai ke tepi kolam renang ketika perempuan itu memekik kaget merasakan sapuan angin yang langsung menembus kulitnya. Ia langsung meronta minta di turunkan dan kemudian berlari masuk kembali ke walk in closet, segera memakai pakaian berenangnya dan menutupinya dengan bathrobe yang tersedia disana. Nataya sialan. Bisiknya dalam hati. Pria itu benar-benar mengangkatnya langsung dari tempat tidur dan kemungkinan berniat menceburkannya langsung ke kolam renang.

Constellation of AntariksaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang